5 - Menjadi Muallaf

601 81 53
                                    

Sebelumnya :

Tiba-tiba Hinata merasa ada yang menarik tangannya.

Sasuke menaikkan tubuh Hinata ke atas punggungnya. Menautkan kedua tangan gadis itu ke depan lehernya, kemudian berdiri perlahan sambil memegangi kedua kakinya. Sasuke mulai berjalan.

Hujan kembali turun meski tidak sederas tadi.

"Sasuke-kun ...." Suara Sakura terkejut mendapati Sasuke menggendong seorang wanita. Gadis berhijab itu diam mematung dengan payung yang dipegangnya. Ia melihat Sasuke menggendong kekasih Sasori di bawah hujan.

Sasuke dan Sakura saling menatap dalam bisu. Hingga suara Harumi memecah keheningan yang tercipta.

📖
📖
📖

Hinata terbangun saat ia mendengar suara bacaan indah dari mulut Harumi. Ia bersyukur terbangun karena tadi habis mengalami mimpi buruk.

"Sudah bangun, ya?" sapa wanita cantik itu tersenyum, menutup al-quran yang dibaca kemudian menyerahkan nampan berisi bubur untuk Hinata. "Ini, makanlah. Kau pasti lapar."

"Aku tidak lapar," ucapnya pelan.

Harumi mengangguk lalu berpikir, "Apa perlu kupanggilkan Sasuke untuk menyuapimu?"

"Ah tidak jangan!" Buru-buru Hinata menarik lengan Harumi. "Aku akan makan buburnya, tapi tolong jangan bicara yang aneh-aneh pada Sasuke." Wajah Hinata sudah semerah tomat.

Harumi tertawa. "Aku hanya bercanda. Sasuke tidak ada di rumah."

"Harumi Nee!" Hinata jadi gemas. Ia mulai menyuapkan bubur ke dalam mulutnya. Enak sekali. Gadis dengan lahap menghabiskannya.

"Apa karena aku tinggal di sini, Sasuke pergi?"

Harumi menggeleng. "Sasuke menginap di rumah temannya, Naruto. Kata Sasuke, temannya itu tertarik pada Islam dan ingin mempelajarinya."

📖📖 Laa__Tahzan 📖📖

Hampir satu minggu Hinata menginap di rumah Sasuke. Sementara si bungsu Uchiha itu sendiri memilih tinggal di rumah Namikaze. Gadis itu mulai berubah, ia suka mendengar Harumi mengaji. Hatinya sangat tentram saat mendengar ibu si kembar itu melantunkan ayat-ayat suci.

Tiba-tiba suara si kembar datang dengan suara heboh yang diikuti Sasuke dari belakang.

"Kaachan, Takuya-chan mengambil mochiku! Lihatlah mochinya dipegang-pegang sampai seperti itu!" Tomoya mengadu kesal, sementara Takuya dengan jahilnya tak mau mengembalikan.

Harumi mendekati Takuya. "Takuya-chan, ayo kembalikan mochi niichan-mu!"

Takuya menyerahkan mochi kesukaan Tomoya, tapi bocah itu tak mau menerimanya.

"Aku tidak mau memakannya. mochinya sudah dipegang-pengang Takuya. Aku ingin mochi yang baru yang masih dibungkus, yang tidak kotor karena dipegang tangan!"

Deg! Mendadak hati Hinata mencelos usai mendengar perkataan Tomoya. Ada sesuatu yang lembut masuk ke dalam hatinya. Pertanyaan yang sering mengganggu pikirannya, pada akhirnya terjawab oleh omongan anak kecil macam Tomoya. Kata-kata bocah itu tadi seolah sindiran halus untuk membandingkan orang yang menutup aurat dengan yang tidak.

"Ada apa?" tanya Harumi heran saat melihat Hinata terdiam lama.

"Harumi-Nee," sang Hyuuga mengatur napas pelan. "Aku ...,"

"Ya?"

"Aku ... aku ingin masuk Islam," ucapnya mantap.

Harumi terkejut tak percaya.

[END] ✅ Laa TahzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang