Beach Pt.1

508 25 3
                                    

"Wah, laut yang sangat luas" sorak Zisca sambil berlarian di bibir pantai

"Sudah lama sejak aku terakhir kali melihat pantai" ucap Hera sambil berbaring di tikar yang muncul entah darimana ditutupi payung yang juga entah muncul dari mana

"Kita harus berhati hati, kita tak tahu apakah tempat ini berbahaya atau tidak" Freina tetap waspada melihat sekitar walau sekali kali dia melirik ke Zisca dengan wajah iri

"Mana yang kalian lebih suka, Seafood bakar atau asap?" Raphael dan Sheera sudah siap dengan persiapan masak mereka

Pasti kalian bertanya tanya bagaimana ini dapat terjadi, mungkin sedikit flashback dapat menjawab pertanyaan kalian

*beberapa jam yang lalu*

"Ah, aku tidur sangat nyenyak"
Setelah kejadian yang terjadi beberapa hari lalu, keadaan desa ini sudah makin membaik

"Oh, kau sudah bangun?" Ucap Raphael yang tengah sibuk di dapur

"Sarapan akan siap sebentar lagi, tolong bangunkan yang lain" lanjut Raphael

Saat aku berjalan menuju kamar gadis gadis, aku melihat Sheera yang tengah menjemur pakaian di halaman belakang

"Hey, sarapan akan siap sebentar lagi"

Sheera hanya menoleh sebentar, lalu melanjutkan kegiatan menjemurnya.
Kurasa hubungan kami memang tak begitu baik

"Baiklah" balas Sheera dengan senyum malu malu

Aku tersenyum sambil mengangguk lalu berjalan kembali ke kamar gadis gadis

"Hei, bangunlah Zisca"
"Umm, lima menit lagi"
"Hei, kau tak akan mendapat sarapan jika kau tak segera bangun"
.............
"Hei, kau benar benar tak akan mendapat sarapan bila..."
"Aku bangun"

Seperti biasa, Zisca memang bukan orang yang dapat bangun dengan mudah bila sudah tertidur, namun jika itu menyangkut makanan, dia akan langsung bangun

"Hei, Hera ini sudah pagi" saat aku akan membangunkan Hera, tiba tiba sebuah tangan muncul dari balik selimut dan menarikku

"Hei, hei apa yang kau lakukan"
"Hehehe"
Sepertinya Hera masih setengah sadar dan menarikku seolah olah aku adalah guling. Dia mendekapku dengan erat hingga aku kesulitan bernapas, bagaimana tidak, dengan benda yang sangat besar itu, aku yakin bahwa dia bisa menghancurkan balok hanya menggunakan benda miliknya itu

"Hmm? Reiss? Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Hera dengan wajah bingung
"Oh, jika kau ingin tidur denganku kenapa tak minta saja, kau tak perlu mengendap endap seperti ini" lanjut Hera dengan sedikit tertawa
"Fholong fwepashkhan fakhu (tolong lepaskan aku)"
"Baiklah"

"Freina kau sudah bangun?" Tanyaku sambil mengetok pintu kamarnya
"Freina, kau didalam?"
Karena tak ada balasan sama sekali, aku mulai khawatir, langsung saja kubuka dan yang pertama kali kulihat adalah tubuh Freina yang hanya mengenakan pakaian dalam dan sebuah lubang dimensi aneh di depannya

"Hei, hei" kucoba memanggilnya, namun tak ada balasan sama sekali
"Hei, Freina, kau tak apa?" Saat ku sentuh pundaknya, tiba tiba di terkejut dan menjerit sangat kencang hingga membuat pendengaran ku agak berkurang

"Aaa-apa? Kenapa kau tiba tiba mengagetkan ku?" Tanya Freina
"Umm, Kurasa lebih baik kau berpakaian lebih dulu" ucapku sambil memalingkan wajah ke arah lain
Freina lalu melihat ke tubuhnya, lalu kembali melihat wajahku. Hening beberapa detik, lalu detik berikutnya, berbagai macam barang terlempar ke arahku yang untungnya dapat kuhindari

"Aku kesini hanya untuk memberitahu bahwa sarapan akan segera siap"
"Dan aku mau bertanya..." belum selesai aku bicara, tiba tiba sebuah balok es terlempar dari balik pintu dan mengenai wajahku
"Apa kau tak punya malu, tak cukup dengan melihat, sekarang pun kau mau tahu ukurannya juga"
Ucap Freina dengan marah sambil berjalan keluar setelah mengenakan pakaian
"Eh, Reiss? Berani beraninya kau pura pura mati setelah apa yang kau lakukan tadi, jika kau tak bangun, akan ku injak kau" Ucap Freina sambil menghentak-kan kakinya ke lantai
"Hei, aku akan benar benar menginjak mu tau"
"Hei, ini tidak lucu"

Setelah itu ingatan ku mulai buram, sepertinya aku melihat wajah Freina yang hampir menangis, sayang sekali aku lupa apa yang terjadi setelah itu. Ketika aku bangun, hal pertama yang kulihat adalah wajah Freina di sampingku, dan menebak langit langit kamar ini, dapat di pastikan ini pasti kamar Freina

"Ah, akhirnya kau bangun juga" Ucap Freina senang sambil memelukku
"Apa yang terjadi? Hal terakhir yang kulihat adalah........" saat aku mengingat kembali hal yang terakhir kulihat, entah kenapa yang ku ingat hanyalah tubuh Fre......
Kurasa lebih baik tak perlu ku lanjutkan

"Oh, ya lubang dimensi itu!" Aku langsung bangkit dan kulihat lubang dimensi itu masih ada disana tak berubah sama sekali
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanyaku bingung pada Freina
"Aku juga tak tahu, saat aku bangun pagi ini tiba tiba, dimensi itu sudah ada" jawab Freina
"Apakah kau susah mencoba masuk ke dalamnya?"
"Emmmm, suda..... belum" entah kenapa sepertinya jawaban Freina tak meyakinkan, apakah mungkin dia sudah mencoba masuk kedalam
"Lebih baik kita bahas ini dengan yang lainya dulu"

Setelah itu, aku dan Freina pergi ke ruang makan dan memakan sarapan kami yang sudah dingin, Zisca dan Hera juga bertanya kenapa wajah kami pucat dan berkeringat, bahkan Hera menggoda Freina, sedangkan Zisca hanya menatap mataku dengan tajam

Setelah sarapan selesai, aku meminta mereka semua untuk tetap disini
"Ada sesuatu yang ingin kubicarakan dengan kalian, ini tentang alasan kami terlambat datang tadi"
"Ara, jadi kalian benar benar...." goda Hera
"A-a-apa yang kau b-b-bicarakan, dan itu juga salahnya" Wajah Freina langsung merah
"Apa maksudmu, aku kan tak sengaja, kau sendiri juga membuatku pingsan" balas ku tak mau kalah yang hanya memperbesar kesalah pahaman ini
"Hei, a-apa yang sebenarnya k-kalian lakukan di sana?" ucap Zisca dengan wajah yang tak kalah merahnya dengan Freina
"Sepertinya akan lebih cepat bila kalian melihatnya secara langsung"
"Melihat, secara langsung, uuuhhh" sepertinya Zisca masih salah paham, tapi biarkan saja lah

Setelah kami sampai di depan kamar Freina
"Jadi kalian benar benar akan memperlihatkannya pada kami?" Tanya Hera dengan ekspresi sedikit malu
"Wawawawa" wajah Zisca semakin merah
Sheera dan Raphael yang dari tadi diam pun mulai bicara
"Ugh, aku kalah start"
Eh, Sheera? Kalah start? Dalam hal apa?
"Sepertinya menarik"
Menarik? Lubang dimensi?

Entah kenapa sepertinya kesalahpahaman ini semakin membesar, kurasa semakin cepat mereka tahu semakin cepat pula mereka paham

Kubuka pintu tersebut, lalu kini nya mereka untuk mengamati, lubang dimensi yang ada didalam
"Jadi, ini yang kau maksud" entah kenapa sepertinya Hera kecewa
"Hmm? Lubang dimensi, kukira apa"
"Oh, hanya ini"
Zisca dan Sheera sepertinya malah lega
Hanya ekspresi Raphael saja yang tak berubah
Setelah kuceritakan kejadian tadi, kesalah pahaman ini akhirnya tuntas dengan penuh, kuharap saja

Kemudian kami semua memutuskan untuk mengecek dimensi ini dan menutup nya bila itu berbahaya. Setelah bersiap siap, kami langsung masuk ke dimensi tersebut. Awalnya, kukira tempat dibalik dimensi ini akan sangat menyeramkan atau berbahaya. Namun, saat aku masuk ke dalam, yang kutemui hanyalah hembusan angin yang menyejukkan, matahari yang menyilaukan, awan awan yang menghantam di langit, laut biru yang sangat luas

Dan itulah sedikit flashback yang dapat menjelaskan kenapa kami dapat sampai disini

"Hei, Reiss bisa kau kesini sebentar" [Zisca]
"Ada apa?" Tanyaku sambil mendekati Zisca yang sedang bermain di pinggir pantai
"Lihatlah, ada sesuatu di dalam pasir ini"
"Hmm, aku tidak melihat ap...." belum sempat aku berbalik untuk kembali, tiba tiba Zisca langsung mendorongku sehingga membuatku jatuh

Sayang sekali tidak ada pakaian renang di sini, sehingga jika ingin berenang, kami harus hanya mengenakan pakaian dalam saja, bila tak ingin pakaian kita basah

Saat aku jatuh, tanpa sengaja aku jatuh tepat di antara kedua kaki Zisca, sehingga aku dapat melihat tubuh Zisca dengan jelas. Kulit yang putih dan mulus, pantat yang bulat dan kenyal, dada yang memang tak terlalu besar, namun indah

Tanpa sadar, darah mulai turun dari hidung ku
"Hei, a-apa yang k-kau lihat?" Ucap Zisca sambil menutupi tubuhnya
"Eh? Maaf,aku em....anu...emm hahah sepertinya aku ketauan"
Kukira aku akan digampar atau di pukul, tapi entah kenapa dia hanya terdiam dan malu malu
"Jika k-kau ingin me-melihatnya, k-kau tinggal me-memintanya saja"
Eh? Apa maksudnya, jangan jangan

"Ehem, mesum" tiba tiba Sheera sudah ada di sampingku dan menatap sinis ke arahku
"Eh? Apa maksudmu, a-aku tidak.....hah, aku ketauan lagi"
"Dan Zisca apa maksud perkataan mu tadi?" Tanyaku untuk memastikan apakah benar bahwa....

"Sebenarnya, aku.... sebenarnya aku.........















Bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A guy who reincarnated to another worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang