Bab 4

849 91 121
                                    

Hari ini adalah hari pertama Rain masuk bekerja sebagai karyawan training.

Dengan menggunakan seragam hitam putih, Rain berangkat mengguanakan ojek agar tidak terlambat.

"Selamat pagi semua," sapa Seorang pria berseragam biru yang menggunakan pin khusus manager menyapa para peserta training.

"Selamat pagi, pak," jawab mereia serempak.

"Selamat datang di perusahaan kami. Hari ini kalian semua akan mulai training. Training akan dilakukan selama satu minggu kedepan," lanjutnya tegas.

"Oh iya. Perkenalkan saya manager produksi disini. Nama saya Bayu," katanya kemudian.

.
.
.
.
.
.

Hari telah sore, jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Rain keluar dari ruang training dengan senyum merekah. Setidaknya dia tidak akan khawatir dengan nasibnya kedepan.

Rain bersama teman-teman barunya berdiri di depan pabrik karena hujan samakin deras. Mereka sebagian menunggu hujan reda, ada juga yang nekat menerobos hujan. Banyak pula yang milih pulang menggunakan taksi online.

"Huft, lumayan dingin. Rain, lo nunggu reda apa naik taksi online aja?" Tanya Tya salah satu teman Rain.

"Nunggu hujan reda saja deh kayaknya. Sayang ongkosnya kalau naik taksi online," jawab Rain sambil menggosok-gosok tangannya pada lengannya sendiri untuk menahan dingin.

"Iya juga sih. Lumayan duitnya buat nahan laper kita sampai gajian pertama nanti," kata Tya mengiyakan pendapat Rain.

Hari semakin gelap sayangnya hujan semakin deras saja.

"Rain, gue udah dijemput cowok gue nih. Lo gimana pulangnya?" Tanya Tya.

"Lo pulang aja. Gue bentar lagi baliknya," jawab Rain setengah berteriak karena suaranya tertelan suara gemuruh hujan yang semakin deras.

"Oke. Lo hati-hati ya," kata Tya sambil cipika-cipiki dengan Rain.

"Iya. Lo juga hati-hati ya. Makin deres hujannya. Lo kan bonceng motor," ujar Rain dengan senyum tulus.

Setelah Tya dan pacarnya pergi, Rain mencoba mencari taksi online. Dan sialnya hpnya ternyata sudah mati karena kehabisan baterai.

Rain mendesah pelan, sepertinya dia harus bertahan sendirian di depan pabrik begini sembari menunggu hujan reda.

Tin...tin....

Suara klakson mobil terdengar nysring, Rain menoleh ke arah sumber suara. Sebuah mobil sport terparkir manis di depan Rain berdiri sekarang.

Seorang lelaki bertubuh tegap, dengan jambang tipis turun dari mobilnya. Dengan membawakan sebuah payung berwarna merah dia serahkan pada Rain.

"Hai, Rain. Nunggu siapa?" Tanya Bagas ramah.

"Eh, selamat malam Pak Bagas," sapa Rain ramah sembari sedikit membungkukkan badan denfan hormat.

"Selamat malam. Jangan formal begitu sama saya. Kamu nunggu siapa?" Tanya Bagas dengan senyum menawan.

Rain tersenyum canggung, dia merasa tidak nyaman berada di dekat CEO. Apalagi ini dipinggir jalan dan masih di depan pabrik. Tentu saja membuat mata setiap orang yang lewat menatap mereka dengan penuh selidik.

"Hei, nunggu siapa kamu?" Tanya Bagas sekali lagi.

"Ehm.. A-anu Pak. Saya sedang menunggu taksi lewat," jawab Rain gugup.

Bagas mengangguk pelan, kemudian mengulurkan payung yang dibawanya kepada Rain.

"Pakai ini, saya antar kamu pulang," kata Bagas.

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang