Bab 8

895 74 12
                                    

Pagi - pagi sekali Rain sudah sampai di kantor. Hari ini adalah hari kepulangan Bagas. Setelah lebih dari seminggu menghilang tanpa kabar, akhirnya hari ini Bagas menghubunginya dan mengabarkan dia udah sampai di kota ini.

Rain sudah mem-blow  rambut panjangnya. Dengan make up tipis yang membingkai wajahnya agar terlihat manis. Hari ini Rain memilih  menggunakan rok hitam selutut dengan atasan tanpa lengan berwarna maroon yang di tutupi kembali menggunakan blazer.

Setelah memastikan penampilannya sudah on, Rain kembali memasukkan alat tempurnya ke dalam loker. Rain menyemprotkan parfum ke bagian leher dan beberapa bagian dalam tubuhnya. Sembari tersenyum ceria, Rain berjalan memasuki ruangannya.

"Wah, selamat pagi neng Rain," Sapa Ispul salag satu OB di kantor ini.

"Pagi juga kang Ispul. Sift pagi ya hari ini?"  Tanya Rain sambil menscan kartu tanda pengenalnya untuk absen.

"Iya, wah neng Rain pagi - pagi begini loh sudah cantik banget. Mana wangi lagi," kata Ispul sembari tersenyum menggoda.

Rain terkekeh kecil, kemudian mengangguk tanpa menanggapi perkataan Ispul lebih lanjut.

"Kang, tolong buatkan teh less sugar ya," pinta Rain sembari membuka knop pintu ruang kerjanya. Kemudian masuk ke dalam, beruntung Rain satu ruangan dengan big boss. Sehingga make upnya tak perlu luntur karena ruangan itu memang sangat nyaman.

Sudah sejak beberapa hari sebelum keberangkatan Bagas, Rain memang menempati ruangan yang sama dengan Bagas karena permintaan big bossnya itu.

"Siap neng, di tunggu ya," kata Ispul.

Rain membereskan berkas - berkas yang harus di periksa oleh Bagas. Kemudian Rain menuju tempat printer milik bosnya, karena printer di mejanya bermasalah. Rain harus mencetak hasil design beberapa logo dan sample yang telah di buat staffnya agar di periksa oleh big boss.

"Wah, habis kertasnya," gumam Rain  sembari mendesah pelan. Rain kemudian mencari di sudut ruangan tempat tumpukan beberapa kardus berisi kertas hvs kosong.

Rain sedikit membungkukkan badannya seraya mengambil beberapa kertas dan membawanya dengan kedua  tangannya.

"Eh!" Pekik Rain kaget, tiba - tiba saja sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang.  Aroma khas ini sudah sangat dikenal oleh Rain. Aroma yang sudah lebih dari seminggu dia rindukan.

Rain merasakan sedikit tegang, bahkan tubuhnya kaku. Lelaki berjas hitam mewah itu menegakkan tubuh Rain dan mencium leher jenjangnya. Bahkan dia sedikit menggigit kecil daun telinganya.

"I miss you..." bisiknya lirih dengan suara beratnya yang khas.

"M- mas," bisik Rain lirih setelah dirinya tersadar.

Bagas semakin mengeratkan pelukannya, menyerukkan wajahnya di leher Rain.

Suara ketukan pintu membuat Bagas menguraikan pelukannya. Meski sedikit kesal, dengan berdecak sebal, kemudian Bagas mengecup bibir Rain sekilas kemudian melenggang menuju meja kerjanya. Rain tergagap lalu kembali ke meja kerjanya untuk mencetak design.

Suara ketukan pintu kembali terdengar,

"Masuk," kata Bagas sambil mengecek  beberapa berkas yang sudah berada di meja kerjanya.

"Permisi neng Rain, ini minumnya," kata Ispul sembari meletakkan minumannya.

"Eh, Pak Boss apa kabar, baru sampai ya Pak? Pak bos mau minum juga?" Tanya Ispul beruntun namun tetap santun.

"Ngga usah. Eh, tapi tolong belikan uduk ya di tempat biasa" kata Bagas ramah.

"Siap, Pak," jawab Ispul semangat.

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang