2. "A" Is The End of The Words

79 8 0
                                    

- "A" adalah akhir dari kata-kata" -

aku menghadap cakrawala
menatap langit senja
bagai lukisan yang amat sempurna

ada kala dimana,
perasaanku tak mampu ditumpahkan dalam aksara
ada kala dimana,
semua tak berjalan seperti yang semestinya

aku ragu semesta membiarkanku bahagia
aku ragu dunia membiarkanku gembira

nyatanya,
hanya senja yang mampu membuatku menumpahkan segala rasa
nyatanya,
hanya senja yang menjadi penyemangatku setiap harinya

semua orang hadir tanpa ku sangka,
dan kemudian menghancurkanku tanpa sisa
semua orang hadir tanpa ku kira,
dan kemudian meninggalkanku tanpa kabar berita

cinta yang mereka berikan sebelumnya,
membuatku terlena dalam bahagia yang sementara
hingga tanpa sadar terperangkap dalam gelap gulita

maaf yang telah ku terima,
nyatanya tak mampu memperbaiki semuanya

aku bahkan tak dapat menerima realita dengan lapang dada

aku bahkan mengkhianati mata,
dan memilih percaya pada hati yang fana

segala fakta dan realita,
hampir membuatku tak sanggup menjalani semua

Alana,
tegakkan kepala,
relakanlah mereka

hanya dengan itu,
kamu dapat menerima realita
hanya dengan itu,
kamu sanggup menjalani hidup yang tak sempurna

sampai jumpa,
di hari dan lembar selanjutnya...
__________________________________

Begitulah isi lembar pertama dari buku harian Alana. Judul yang cukup sempurna untuk menjelaskan puisinya. Karena, jika kalian teliti lebih lanjut, setiap barisnya diakhiri dengan kata "a".

Gavin cukup terpana akan kepiawaian Alana menulis frasa. Rasanya ia ikut hanyut dalam perasaan yang ingin disampaikan oleh Alana.

Pada awalnya, Gavin hanya bertujuan untuk membaca buku harian itu agar dapat menemukan informasi lebih lanjut dengan sosok Arabella Alana ini. Namun dengan sekejap ia melupakan tujuan awalnya. Ia terlanjur ingin tahu tentang apa yang terisi di lembar selanjutnya.

Namun, bukan Gavin namanya jika ia mengakui perasaannya. Ia berdalih dengan berpikir bahwa "siapa tahu di lembar selanjutnya ada informasi mengenai Alana yang akan memudahkanku mengembalikan bukunya"

Lembar kedua terlewati, begitupun dengan lembar-lembar selanjutnya. Hingga tanpa terasa, halaman-halaman selanjutnya masih kosong dan belum terisi.

Pada akhirnya, Gavin bahkan tak tahu menahu lebih lanjut mengenai sosok Alana ini.

"Sudahlah," pikirnya.

GAVIN'S POV
Aku memutar otak, mencerna segala info mengenai sosok pemilik buku ini. Arabella Alana...

Karena ia berlalu lalang dan berlarian di dalam gedung ini, maka besar kemungkinan ia adalah mahasiswi fakultas musik atau sastra. Aku bisa menyimpulkannya dengan cepat karena gedung ini hanyalah milik fakultas musik dan sastra.

Memang tak menutup kemungkinan bahwa bisa saja ia hanya mengunjungi temannya. Namun melihatnya yang tadi terburu-buru, maka seharusnya yang terjadi adalah ia terlambat menghadiri kelasnya. Jadi, mari kita kesampingkan kemungkinan itu.
POV END

>> hari selanjutnya

Gavin berjalan menuju fakultas sastra. Ia telah menanyakan beberapa orang di fakultas musik tentang Alana. Kata mereka, Alana adalah mahasiswi fakultas sastra.

"Ternyata, sosok Alana ini cukup dikenal banyak orang" pikirnya.

Waktu sedang berpihak pada Gavin. Mahasiswa/i jurusan sastra baru saja menyelesaikan kelasnya. Ia bertanya kepada salah satu mahasiswa yang telah keluar dari kelasnya.

You're My SerenadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang