Tujuh.
Aku setuju dengan warna pelangi
Mereka seperti bersenandung indah di atas
Berjejer menggambarkan warna-warna mejikubihiniu-nya
Tapi mengapa hanya muncul setelah hujan?
Bisakah dia membariskan warnanya sebelum itu? Setelah malam menjelang? Atau saat purnama dimana ribuan bintang bertitik-titik di angkasa?
Bagaimana kalau tujuh tinta itu mengalir ke bumi?
Hancur?
Sepasang mata bak permata itu sedikit membelalak. Tubuhnya yang semampai tampak kaku. Dua tangannya memegang sehelai kertas yang baru saja ia lepas dari amplopnya.
Dan tulisan indah yang acak-acakan itu terbubuh sajak yang jika ditelisik lebih dalam terdapat makna tersembunyi yang mengerikan. Seperti riddle yang terkhusus, untuk Bae Suzy, sang primadona.
Dengan melihat kalimat-kalimatnya Suzy sudah bisa menebak, pelaku yang beraninya main teror ini adalah orang yang sangat dekat dengannya.
Siapa dia? Orang yang memiliki dendam padanya? Orang yang pernah dia sakiti?
Bahkan ia sudah lupa wajah-wajah yang pernah ia lukai. Seolah-olah dalam otaknya hanya tertanam makhluk A, makhluk B dan seterusnya. Dia sudah lupa dengan para cecunguk yang ia bully. Atau mungkin…
“Suzy!”
Wanita itu tersentak. Menoleh kikuk ke arah gadis dengan mata sipitnya yang terlihat seperti rusa. Dia, Dayang Satu.
“Sialan! Kau mengagetkanku!” Suzy segera menyembunyikan surat itu. Mendorongnya masuk ke dalam bagian terdalam loker. Menutupnya hingga menimbulkan bunyi berisik. Gugup.
“Kau seperti menyembunyikan sesuatu, Suzy.” Dayang Satu yang satu ini memang ahlinya membaca situasi. Seperti seorang peramal, atau ahli nujum. Wow sekali. Hidungnya mengendus-endus layaknya anjing pelacak yang bisa mencium aroma-aroma tidak beres pada sang Ketua.
“Kkaja kita shopping! Ajak yang lainnya!” Suzy berusaha mengalihkan keadaan yang nyaris merujuk kearah serius. Menarik si Dayang Satu keluar dari area loker menuju ke tiga teman-temannya yang saat ini menunggu di parkiran.
***
Lima anggota Gogirls saat ini sedang sibuk shopping di salah satu mall yang ada di Seoul. Para dayang-dayang seolah siap sedia membawakan barang-barang belanjaaan Suzy sang Ketua yang menurut mereka bersahaja.
Dayang pertama bernama Krystal Jung. Sinis dan sarkastik. Satu-satunya anggota Gogirls yang lahir di Amerika dengan mata sipit yang tentu saja, sinis. Memegang jabatan penting dalam OSIS, berpangkat sebagai tangan kanan Ketos, alias Wakil Ketua OSIS yang terkenal wibawa, dan tentu saja, sinis. Satu hal yang menarik dari kisah Krystal yang dengan antusiasnya bergabung dengan geng Gogirls yang populer, dia adalah sepupu dari salah satu mantan Suzy, Cha Eun Woo. Dia yang memiliki dendam pribadi dengan Eun Woo, memilih berpihak pada Suzy yang dengan kerennya mencampakkan Eun Woo yang terkenal brutal. Pria yang tak segan memukul wanita.
Memang terdengar pengecut, tapi itulah Eun Woo. Dia tanpa ampun dan merasa derajat wanita itu sangat rendah di matanya, yang jika dihantam oleh tangannya, merupakan sebuah penghormatan hakiki. Dia, menderita kelainan seksual parah, disebut sadist.
“Suzy, sepertinya sepatu ini cocok untukmu,” suara itu berasal dari Dayang dua bernama Oh Jieun. Gadis cantik yang selalu tampil nyentrik dengan warna-warna cerah, plus aksesoris full color, macam siswi gyaru. Merupakan Ketua Klub Menggambar SMA Mujigae yang karya-karyanya sering dipajang di lomba-lomba kesenian. Mendapatkan predikat si ratu fashion nyeleneh nan centil. Dia dengan sukarela bergabung dengan Gogirls karena menyukai gaya fashion Suzy yang dia sebut kakkoi. Juga karena keterlibatan Suzy atas insiden gila setahun lalu dengan Sehun, saudara tirinya. Sehun berhasil dihancurkan dengan dahsyat oleh Suzy, dimana harga diri Ketua OSIS SMA Mujigae itu bak diinjak-injak. Sehun bahkan absen sekolah selama satu minggu akibat insiden itu. Dan setelah masuk, Jieun si saudara tiri yang selalu ditindas Sehun akhirnya bisa tersenyum bangga. Akhirnya Ketos congkak itu berhasil ditaklukkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRISM
FanfictionSemuanya bermula saat ketua Geng Gogirls, Bae Suzy, menemukan sebuah surat di dalam lokernya. Barisan sajak. Entah mengapa, tulisan-tulisan yang seharusnya indah nan menyejukkan itu malah terdengar mengerikan.