"Jadi, Myungsoo... Gigi-gigi itu milik siapa?" Taeyang muncul dari balik pintu begitu Myungsoo masuk ke dalam kamar. Kebetulan sekali hari itu Sehun dan salah satu teman kamarnya sedang keluar. Entah kemana.
Hari itu terik. Murid-murid yang lainnya sedang asyik bermain di pantai. Para gadis memamerkan baju renang mereka. Para pria sibuk menggoda gadis-gadis lainnya. Terlalu sibuk sampai tak peduli, ada orang-orang seperti Taeyang yang menyendiri dalam diam.
"Gigi? Gigi yang mana?"
Mimik di wajah Taeyang berubah drastis. Begitu menusuk.
"Jangan pura-pura bodoh. Apakah kau sudah membuangnya ke dasar lautan?"
Ada lengkungan misterius yang mengurai di bibir Myungsoo.
"Menurut penelusuran detektif yang kusewa, Taehyung keluar saat sesi terakhir lomba fashion show pada pukul 08.30 malam, dan kembali ke ruang rias pada pukul 09.00. Dia lalu menerima telepon pada pukul 09.15. Dan nomor yang memanggilnya berasal tidak jauh dari lokasi. Nomor tidak di kenal. Si penelpon berada di lantai yang sama dengan Taehyung. Aku tahu kau terus berada di Busan dan menyewa sebuah hotel dekat dengan mall tempat fashion show itu... Dan kau... Bisa saja marah dan melakukan sesuatu pada Taehyung karena aku menghalangimu saat itu. Atau... Karena kejadian itu? Benar, kan?"
Tak ada balasan.
"Yak Myungsoo... Kau pasti sedikit lalai dengan sekitarmu karena kau terus mengawasi Suzy... Sampai tidak menyadari pergerakan Sehun..."
"Sebelum kau membuang gigi-gigi itu... Apakah kau tidak menghitungnya terlebih dahulu?"
Myungsoo masih tampak tenang. Tak ada mimik-mimik signifikan yang kentara.
"Yak Myungsoo... Kalau sampai identifikasi forensik mengatakan bahwa gigi itu adalah gigi Taehyung... Apa yang akan kau lakukan untuk membela diri, huh?"
Tawa tiba-tiba membura dari bibir Myungsoo. Tawa yang begitu menyeramkan.
"Taeyang..." Bisikan itu terlalu halus untuk Taeyang cerna. Menggermangkan bulu kuduknya.
"Perbandingannya adalah 50:50. Sebuah judi yang sangat mendebarkan. Aku menantikannya... Beritahu aku kalau tesnya sudah keluar..." Myungsoo menepuk pundak Taeyang. Kemudian keluar dari ruangan itu dengan senyum yang tak surut.
Taeyang tercenung. Tak bisa dengan jelas menangkap maksud perkataan Myungsoo. Apakah dia mencoba bermain kata-kata dengannya agar recorder yang sudah disiapkannya sia-sia? Padahal ia menantikan pengungkapan rahasia itu. Tapi Myungsoo justru memberinya lebih banyak pertanyaan dari yang seharusnya ia harapkan.
"Dasar brengsek. Aku tahu dia pelakunya!"
***
"Tesnya sudah keluar..." Mimik yang ditampilkan Sehun tampak campur aduk. Resah. Kecewa. Marah. Bingung.
Tes hasil itu ia serahkan ke Taeyang.
Sepasang mata gadis itu membesar tak percaya."Huh? Gigi itu milik orang lain? Siapa pria bernama Kim Myungdo ini?"
"Kata orang forensik, itu adalah gigi kakak laki-laki Kim Myungsoo yang telah lama meninggal. Sekitar sepuluh tahun yang lalu. Dia ditusuk oleh seorang bocah berusia tujuh tahun. Berita itu tidak sampai keluar karena pihak keluarga Myungsoo membungkam media. Katanya, mereka sudah ikhlas dengan kepergian Kim Myungdo. Jadi gigi itu, bisa saja Myungsoo menyimpannya untuk kenang-kenangan... ." Jabar Sehun. Dia bisa dengan mudahnya mendapatkan semua informasi rahasia itu karena dia menyogok para tim forensik dengan sejumlah uang yang sangat banyak.
Taeyang tampak shock. Bergumam tidak jelas tentang kalimat yang Myungsoo katakan beberapa waktu yang lalu.
"Perbandingannya 50:50... Sebuah judi yang sangat mendebarkan... " sepasang matanya membesar sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRISM
FanfictionSemuanya bermula saat ketua Geng Gogirls, Bae Suzy, menemukan sebuah surat di dalam lokernya. Barisan sajak. Entah mengapa, tulisan-tulisan yang seharusnya indah nan menyejukkan itu malah terdengar mengerikan.