4

562 118 10
                                    

Mobil itu sampai pada parkiran mall. Mereka turun. Berjalan berdampingan. Wajah Suzy memerah saat Myungsoo meraih tangannya. Menggenggamnya erat.

Baru kali ini Suzy merasakan semua perasaan tak terjelaskan itu saat berpacaran dengan seseorang. Biasanya hanya ada niat membalas dendam. Membuat semua pria-pria bertekuk lutut. Menganggapnya budak cinta. Tak ada pipi yang merona. Tak ada jantung yang berpacu. Tak ada geli yang menggeletik perut. Apalagi senyum malu-malu yang menurutnya menjijikan itu.

Sekarang dia mengalami semuanya. Saat Myungsoo melakukan rutinitas biasa itu sebagai seorang kekasih. Memegang tangan. Mengatakan kalimat-kalimat gombal. Bercanda. Tertawa. Senyum.

“Pasti Myungri sangat senang dengan hadiah yang kau belikan.” Ujar Suzy seraya menyeruput milkshake-nya. Mereka sedang berada di sebuah restoran yang ada di dalam mall. Menikmati dinner sederhana yang anehnya bisa Suzy nikmati. Tepatnya, hanya saat bersama Myungsoo ia bisa menikmati semua santapan-santapan sederhana yang baginya mengenaskan itu.

Mereka berhasil mendapatkan benda yang Myungsoo cari setelah menelusuri beberapa toko. Dan sudah dibungkus rapi dengan pita berwarna merah.

“Suzy!” suara itu membangunkan Suzy dari kencan romantis-nya ke-kesalan hakiki yang tak berujung. Ia sangat mengenal suara itu.

“Sedang kencan, ya?”

Suzy menoleh. Benar saja, dia Jieun.

Dan… shit. Di sebelahnya adalah orang yang sangat ingin dia hindari. Oh Sehun.

“Si Ouji-sama sialan ini menjadikanku budaknya. Lihat saja barang belanjaan yang kupegang. Miliknya semua.” Bisik Jieun, mencoba mendapatkan pembelaan dari Suzy yang notabenenya pernah mempermalukan Sehun yang terkenal tangguh.

“Pergi kau. Jangan mengganggu. Hush, hush.” usirnya. Turut memainkan nada yang sama. Bisikan.

“Tolong aku, Suez.”

“Bagaimana kalau kalian duduk dulu? Aku yang traktir.” Suara itu meluncur dari bibir orang yang tak disangkanya akan berkata seperti itu. Myungsoo menawari orang yang sudah menyiraminya tempo hari? Meneraktir pula? Apakah langit akan runtuh sebentar lagi?

Sehun terdiam. Sepasang matanya melotot sewot. Seperti menyiratkan bahwa berani-beraninya rakyat jelata yang lebih miskin darinya menawarkannya makanan.

Melihat Sehun di hadapannya membuatnya kembali mengenang hal-hal manis saat bersamanya. Tunggu dulu, memangnya ada hal manis saat bersama Sehun?

Oh, oh, rasa-rasanya hanya ada pukulan, tebasan, dan rasa sakit. Sehun yang masokis selalu menerima perlakuan-perlakuan sadis Suzy dengan senyum. Terengah-engah. Tetap tersenyum.

“Aku lelah, Sehun-ah. Duduk boleh?” Jieun menatap Sehun. Mata Jieun yang seperti Puss in the Boots itu membuat pertahanan Sehun goyah. Dia mengangguk. Lantas duduk berhadapan dengan Myungsoo.

Jieun nyaris menjerit senang. Meletakkan belanjaan bawaan Sehun yang bejibun banyaknya itu dengan hati riang gembira. Dan tanpa basa-basi memesan makanan dan minuman.

“Suzy, kau sudah membeli hadiah untuk ulang tahun Myungri?” Tanya Jieun yang kini menyantap bulgogi-nya dengan lahap. Sambil sesekali melirik ketegangan yang menjerat lingkaran mereka. Myungsoo dan Sehun yang bersitatap dalam diam. Sengit.

“Sudah. Kau?”

“Sudah. Memangnya aku mau-mau saja ikut si Baka-ouji ini karena apa? Dia punya bonus buatku.” Jieun terkekeh. Baginya yang hanyalah anak tiri, dia seperti upik abu di rumah Sehun. Dan Sehun adalah raja yang punya segalanya.

PRISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang