Semakin Kesini, Semakin Paham Bahwa Kesadaran Diri Itu Perlu

47 3 0
                                    

Hari itu, saat angkatanku di SMA akan merayakan anniversary yang ke-2. Semua teman-temanku begitu bersemangat untuk menghadirinya. Namun, lain halnya denganku. Entah kenapa aku sangat tidak bersemangat bahkan malas untuk mengikutinya.

"Safff ikut kaann bawa almett yaa!" paksa Elona kepadaku.

"Gamau iih daridulu juga aku ikut mulu sekali doang absen santaiii" kataku.

"Ihhh saf tapi inituh kaya acara inti loh masa iya gaikut siih gimana nanti kalo ku cemingg" lanjut Elona.

"Aduuhhh el lagi males banget sama semua orang looh apalagi rame kaya lagi cape sama duniaaaa" kataku mengeluh.

Memang, akhir-akhir ini aku selalu merasa kesepian. Seperti tidak memiliki teman padahal ada, rasanya seperti dunia sedang tidak berada di pihakku. Aku merasa lelah dengan semua orang sehingga aku lebih mudah tersinggung dengan perkataan siapapun. Bisa dikatakan aku sedang berada di fase mental breakdown, tanpa tahu sebabnya.

Awalnya aku ingin menceritakan apa yang aku alami kepada Adzira karena dia pernah berada di fase seperti ini dan curhat kepadaku. Namun, aku mengurungkan niat dan hanya menceritakan hal ini kepada Elona.

***

Hari senin, acara diadakan sepulang sekolah. Semua teman berkumpul sampai akhirnya aku terbujuk oleh Elona untuk mengikuti acara tersebut.

Acara dimulai. Aku melihat Zapatha dari jauh, membawa setangkai bunga mawar, yang entah akan ia berikan untuk siapa. Jujur aku benar-benar penasaran siapa sosok perempuan yang selama ini ia dambakan. Sungguh beruntung perempuan yang akan menerima mawar pemberian Zapatha.

***

"Safa" sahut seseorang memanggilku mendadak.

Aku pun membalikkan badanku karena sedari tadi aku hanya asyik mengobrol dengan temanku. Ternyata itu mantan pacarku.

"Mau gaa?" katanya sambil menyodorkan setangkai bunga mawar ke arahku.

Aku tersenyum kaget. Bukan karena tersipu atau lain sebagainya. Hanya saja selama ini aku tidak pernah berbicara lagi dengannya apalagi menyapanya. Kami berdua sudah seperti orang asing di sekolah.

"Ell ambil gaa?!" Teriakku ke Elona.

"Ambil aja saaff" Jawab Elona kepadaku.

"Cepeet mau gaa?" Ia mengulangi pertanyaannya.

"Ikhlass ga?" Tanyaku balik sembari tersenyum jahat meledeknya.

"Ikhlass lah!" Katanya yang sedari tadi masih menggenggam bunga mawar.

Aku pun menerima setangkai bunga mawar dari mantan pacarku. Aku tidak ingin langsung mengambilnya dan lebih memilih untuk meminta persetujuan dari teman-temanku. Walau pada akhirnya, aku tetap
menerimannya karena sedari tadi ia terlihat ragu akan ku tolak. Jadi, aku tetap menghargai dan menjaga perasaannya.

***

Walaupun suasana di lapangan sangat ramai, namun aku terus mencuri pandang ke arah Zapatha yang ternyata masih menggenggam setangkai bunga mawar. Bahkan belum diberikan kepada siapapun. Aku memberitahu hal ini kepada Amira, teman sekelas Zapatha sekarang yang juga merupakan teman dekatku.

"Bunganya untuk siapa ya mir" kataku pelan kepada Amira.

"Saff lo mau foto sama dia gaa? gua ajakin yaa ayok! mau kan?!" kata Amira yang langsung bergegas menghampiri Zapatha.

"Mir gausah sumpah jangan," jawabku ragu karena feelingku tidak enak saat itu.

"Gapapa udaah nanti dia foto sama gua dulu abisitu baru sama lu gaketauan kook" lanjut Amira meyakinkanku.

"Aduuh miir takut salting gabisaaa" jawabku mendadak panik.

Tak lama, Amira dan Zapatha sudah berada di dekatku.

"Saf ayoo nih foto" kata Amira santai membawa Zapatha di sebelahnya seakan-akan tidak tahu apa-apa.

Entah kenapa, aku langsung berdiri di sebelah Zapatha. Adzira dan Amira sontak memotret kami berdua.

Hal bodoh apa yang telah aku lakukan? Aku begitu canggung bahkan terus menerus tersenyum salah tingkah sampai-sampai aku hampir terjatuh saat sedang foto dengan Zapatha.

"Iih sumpah lucuubangettt" kata Adzira dan Amira yang sedari tadi fokus ke kamera hpnya.

Aku tidak meladeni guyaman mereka. Aku hanya ingin ini cepat-cepat selesai karena wajahku sudah tidak terkontrol.

Aku bahkan tidak tahu siapa saja yang memperhatikanku. Bagaimana jika yang lain tahu kalau aku memiliki perasaan lebih kepada Zapatha? Tingkahku begitu aneh bahkan saat sedang foto di lapangan dengan keadaan yang masih ramai.

***

Sesi foto selesai. Dengan segala pikiran masuk ke dalam otakku, aku terus mengoceh karena tingkahku sendiri. Aku menghampiri Elona yang sedari tadi ternyata memperhatikanku foto bersama Zapatha.

"Ell ketauan niih fixxx aku salting banget bener-bener kaya orang gilaa aduuh nyesel foto!!" kataku yang sedari tadi panik sendiri.

"Gaa saff gakeliataan aku aja kageet ko bisaa, tapi tadi Adit tepuk tangan lagii" jawab Elona tersenyum melihatku.

Adit merupakan pacar dari Elona. Ia memang telah mengetahui perihal perasaanku kepada Zapatha karena ia sering membaca dm ku dengan Elona yang tersangkut di instagram hpnya.

"Demiapaaa aduuh koo dia tepuk tangann?! Tadi rame gasiih takut pada liaat mana aku kaya bego lagi gimanaayaah iniiii?!!" kataku semakin panik.

"Gaa saf kataku pada gasadaar deh kayanya pada sibuk sendirii" lanjut Elona dengan perkataan manisnya yang selalu berhasil menenangkanku walau hanya sekejap.

***

Entahlah, aku sangat kalang kabut saat itu. Aku tidak dapat berpikir jernih. Aku menyesali tingkah konyolku sendiri. Aku tidak akan mau mengajak Zapatha duluan. Harga diriku terasa turun karena ulahku sendiri.

Ini baru hari Senin dan masih ada 4 hari lagi untuk sekolah minggu ini. Bagaimana jika besok aku berpapasan dengan Zapatha? Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana kalau dia ilfeel dengan tingkahku tadi?

Semua dugaan terus bermunculan ke dalam pikiranku. Rasanya seperti aku telah menjatuhkan diriku sendiri.

***

Untungnya, aku pulang nebeng dengan Amira.

"Mirr sumpaah tadi malu-maluin bangett yaa aduuh mau ditaro dimanaa ini mukaa!!" kataku di atas motor saat perjalanan ke rumahku.

"Tauu lagian lu nya siih bukannya biasa ajaa," kata Amira.

"Kerumahku dulu dong myy gabisa tenang inii mau ceritaa bangett" kataku memaksa.

"Tapii laper saaff hehehee" lanjut Amira sambil tertawa.

"Makan dirumah gue ajaa yaa okeee!" jawabku semangat.

Aku tidak sabar ingin menceritakan segalanya kepada Amira. Aku juga ingin terus menerus menanyakan perbuatanku tadi sampai aku bisa tenang. Terakhir, aku juga akan menanyakan bagaimana kelakuan Zapatha di kelasnya yang sekarang.

 Terakhir, aku juga akan menanyakan bagaimana kelakuan Zapatha di kelasnya yang sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Cinta dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang