Harapanku, Larut Di Dalam Angan

33 3 0
                                    

Sesampainya di rumahku, Aku mulai menceritakan semua tentang Zapatha kepada Amira. Termasuk kelakuanku tadi yang pasti akan membuat semua orang bertanya-tanya.

"Mirr bikin malu banget yaa jujur ajaa. Pasti ketauan kan yaa inii?! Fix ilfeel nihh diaa" kataku.

"Saff aduuh tapi gimanaya" jawab Amira tersenyum penuh keraguan.

Terlihat dari matanya seperti ingin mengatakan sesuatu. Sontak aku berhenti melahap makananku.

"Kenapa Miir sumpah Zapatha udah tau yaa?!" tanyaku tersenyum memancing agar Amira mau jujur kepadaku.

Amira tersenyum kepadaku. Ia menganggukkan kepalanya. Semua kepanikan di pikiranku mendadak berhenti. Semuanya terasa hening. Rasanya aku baru saja tersadar dari mimpiku. Angan-anganku tentang Zapatha hilang seketika.

"Dia cerita Mir? Dia tau gua suka sama dia?" tanyaku pelan tapi pasti.

"Saff tapi lo jangan berubah yaa ke dia. Lo tetep jualan ke kelas gue. Gapapa kan ya saf gue ngasih tau gini? Salah ga siih?" kata Amira.

Memang, sebulan ini aku rutin berjualan nasi uduk di sekolah. Aku selalu keliling kelas 12 IPA untuk menawarkan dan biasanya sudah laku walau masih pagi.

"Iyaa Mir janji gue tetep ke kelas loo. Gimana Mir dia ceritanyaa?" kataku.

"Jadi awalnya tuh si Zapatha tiba-tiba duduk di samping gue gitu kan, dia ngomong gini :
👱‍♂️ Zapatha
👩‍🦰 Amira
👱‍♂️ : Mir gua sering di pasang-pasangin gitu sama temen lo
👩‍🦰 : Hah pasang-pasangin? Apaansih lu? gajelas
👱‍♂️ : Lu gausah pura-pura bego dah Mir, emangnya gua gatau?
👩‍🦰 : Siapasih? Elona?
👱‍♂️ : Iya dia tuh sering nyuruh gua foto sama safa." kata Amira.

"Terus terus Mir?! Tapii udah tau gitu kok dia masih ngeladenin guaa?" kataku.

"Tapi dia emang real cowo jahat saf, nih ya dari cerita-cerita dia yang gue dengerin dia malah bilang 'ya kan gua cuma gitu-gitu doang siapa suruh dia nya baper' ituu tentang cewe yang pernah dia deketin saf berarti emang konyol kan ya dia?" lanjut Amira.

"Demiapa siih? Terus kenapa dia sering banget mir beda ke guee. Apa emang gue nya kali ya yang kebaperan? Emang siih salahku makanya jadi kayagini. Tapi emang keliatan ya kalo ku salting?" tanyaku.

"Enggaa saaf. Lo juga gini emang gara-gara perlakuan dia looh gue juga liat langsung, bukan dari omongan lo doaang. Jadi emang dia nya yang jahat suka mancing-mancing, kalo dia gagitu juga lu gabakal kepancing kan" jawab Amira.

"Iyaasih mirr, yaudahlaah biarin gamau mikirin, emang gapernah mau berharap juga lagiann" kataku.

Memang cukup lama Amira di rumahku. Pada malam selasa, Amira telah menceritakan semuanya.

"Inget ya saff tetep jualan ke kelasku okee?!" kata Amira mengulangi perkataannya sebelum pulang.

"Iyaahh bebiih tiatii yaaah! Makasyiiii!" kataku.

***

Malam itu, setelah semuanya telah terungkap. Amira membuatku sadar, bahwa berharap pada angan-angan itu sangat tidak dianjurkan. Ia juga mengajarkanku untuk berpikir secara realistis. Rasanya, aku seperti ditarik dari jurang yang penuh dengan harapan. Kini, tidak ada lagi jurang yang harus ku daki untuk diperjuangkan.

Namun di sisi lain, aku antara percaya tidak percaya dengan semua ucapan Amira. Tubuhku terasa melayang, dan aku mengasihani diriku sendiri. Mengapa aku bisa seceroboh itu? Mengapa aku tidak bisa mengontrol sikapku setiap kali berada di dekat Zapatha?

Cinta dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang