Nests Defiler

1.2K 100 0
                                    

Tittle : Nests Defiler (Ga nyambung dengan isi)

Writer : NaraYuuki

Betta reader : Hyeri

Genre : Romance? Familly?Incest?A little hurt/sad?(silahkan tentukan sendiri)

Rate : M-Preg

.

.

.

.

.

Mimpi yang sama....

Mimpi yang selalu menghantuinya selama enam tahun lamanya ini. Mimpi yang mengerikan, terlalu mengerikan untuk sekedar dingat. Mimpi yang selalu menghantarkan pahit dalam setiap denyut nadi dan aliran darahnya. Mimpi yang merubah hidup dan nasibnya.... Mimpi yang harus diakuinya mampu membuatnya terluka....

"Tuan muda, anda sudah ditunggu untuk makan pagi bersama."

Doe eyes kelam itu hanya memandang datar pelayan yang memasuki kamarnya, mengabaikan sejenak suara-suara berisik yang memenuhi tempurung kepalanya. Memejamkan matanya sebentar sebelum beranjak dari ranjang empuknya dan berjalan menuju arah kamar mandi untuk sekedar cuci muka, setidaknya dirinya harus menghilangkan muka bantalnya bukan sebelum mendatangi meja makan tempat para iblis itu berada?

Jemari lentik pucatnya menggenggam erat punggung tangga yang ditapakinya satu per satu, dadanya bergemuruh, tubuhnya sedikit bergetar bahkan beberapa kali dirinya nyaris terjatuh akibat kakinya yang salah menumpu. Setiap kali para iblis itu berkumpul entah kenapa dirinya selalu ketakutan seperti ini. Ketakutan yang nyaris membuatnya memotong nadinya sendiri beberapa kali. Beruntung otaknya belum rusak sehingga kewarasannya masih tersisa walaupun sering kali bersinggungan dengan kegilaannya.

Sedikit ragu namun akhirnya anak tangga terakhir terlampaui juga. Kaki jenjangnya yang masih terbalut piyama itu melangkah pelan menuju ruang makan dimana di sisi kiri dan kanan sudah berdiri pelayan yang membungkuk hormat padanya, memberikan sapaan dan penghormatan pagi seolah-olah dirinya adalah bangsawan berdarah biru.

Padahal bukan!

Rumah ini bukanlah rumah bangsawan, hanya rumah biasa yang menjadi sarang... para iblis? Bukan! Bukan! Bukan iblis. Lebih tepat bila disebut sebagai pendosa. Ya, pendosa, Rumah indah ini bukanlah rumah bangsawan melainkan sarang bagi para pendosa yang hidup dalam kemunafikan dan lingkaran setan.

Begitu pintu jati bercat kecoklatan yang di atas permukaannya terdapat ukiran harimau sumatra yang nyaris punah itu terbuka, dapat dilihatnya beberapa orang yang langsung menghujaninya dengan beragam tatapan memilukan. Ya, memilukan. Atau setidaknya seperti itulah yang terlihat sejak enam tahun yang lalu.

Tatapan menghakimi, tatapan penuh kasih dan cinta, tatapan mengasihani, tatapan iba, tatapan jijik, tatapan meremehkan, tatapan penuh kemarahan dan kebencian, tatapan penuh kerinduan dan hasrat, tatapan penuh dendam serta tatapan ingin membunuh semua didapatkannya. Terlebih karena hari ini 'orang itu' ikut makan bersama di dalam ruang makan yang sudah terlebih dahulu ditempati para pendosa itu.

Meja makan berbentuk persegi panjang itu lebih mirip sebagai sebuah altar persembahan pada para iblis dimana tubuhnya akan dicabik-cabik kemudian dibakar di dalam api neraka abadi yang tidak bisa dipadamkan. Dengan langkah berat akibat dibebani keraguan besar akhirnya dia melangkah menuju sebuah kursi yang memang menjadi tempatnya untuk duduk. Setelah pelayan menarik kursi itu untuknya pemilik doe eyes itu duduk manis dengan debaran jantung yang menggila.

Nests Defiler  (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang