MANTAN [XIII]

3.9K 579 49
                                    

Enam bulan berlalu begitu saja, tanpa Renjun tau Doyoung dimana, kabarnya gimana. Tadi Siang Renjun dapat pesan dari nomor yang tidak di kenal minta ketemuan di cafe yang sering dia kunjungi sama Doyoung waktu pacaran. Bisa jadi juga kan nomor itu Doyoung? Sengaja pura-pura jadi orang lain biar suprais gitu.

Renjun udah sampai, cafe tumben sepi. Suasana juga dingin sehabis hujan sisa rintik-rintikkan padahal ini masih awal belum larut malam. Di cafe cuman ada kasir yang lagi main ponsel emang bener-bener sepi pengunjung. Biasanya rame dan gak bakalan pernah sepi, sedikit aneh sih.

Setelah Renjun menanyakan kembali orang yang mengajaknya ketemu yang ternyata bakalan telat lima menit atau lima belas menit gitu katanya Renjun lebih memilih flashback sebentar, mengenang sedikit gakpapakan?

Sekalian memikirkan pernyataan Eunwoo lagi. Kalau gini Renjun bolehkan ngambil keputusan nerima Eunwoo? Lagian Doyoung juga udah sama Sejeong, iya kan?

Tling!

Bell yang sengaja ditaruh diatas pintu cafe bunyi, muncul Sejeong yang membuat Renjun kaget. Sejeong menghampiri Renjun beserta senyum tipisnya di balas sama Renjun, wajah Sejeong agak aneh, ada bekas kebiruan di pipi dan matanya juga sembab seperti habis menangis. “Udah lama, Ren?” tanya Sejeong.

Renjun menggelengkan kepala, “Enggak kak” jawab Renjun seadanya.

“Apa kabar?” Sejeong masih basa-basi, sementara Renjun udah ketar-ketir pikirannya malah negatif.

“Baik”

Mereka diam-diaman beberapa menit belum ada yang mulai bicara padahal Renjun udah gatel mulutnya pengen nanya ada apa, dia juga denger beberapa kali Sejeong menghela nafas lalu tersenyum memaksa. “Sebelum itu, aku minta maaf ya, Ren” kata Sejeong.

Renjun menatap kakak tingkat beda falkutas ini dengan tatapan heran, “Kenapa minta maaf kak? Kakak gak buat salah”

“Bukan bukan itu, ini Doyoung”

“Hah?”

“Bentar— aku gak tau mau jelasin darimana dulu” Sejeong ngehela nafas, “Selama ini kita gak pacaran Ren, ini akal-akalan Doyoung aja. Aku sepupu jauhnya Doyoung sama Mingyu” jelas Sejeong.

“Hah?”

“Mingyu juga gak kenal aku, pokoknya kita jauh. Cuman Doyoung yang kenal, intinya gitu deh Ren” lanjut Sejeong.

“Kak gue jadi keong aja, gue gak ngerti” ucap Renjun.

“Hubungan kamu sama Doyoung udah lama kan?” tanya Sejeong diangguki sama Renjun, “Kamu tau kan kalau orang tua Doyoung itu udah pisah? Doyoung lebih milih tinggal di Apart-nya daripada salah satu dari orang tuanya.”

Karena tidak dapat jawaban dari Renjun, Sejeong kembali lanjut bicara “Papah Doyoung tau kalau kalian pacaran, selama ini beliau diam. Namun, di hari itu papahnya datang ke Doyoung dan minta dia putusin kamu Ren, papahnya gak setuju sama hubungan kalian walaupun mamah Doy dukung kalian.” jelas Sejeong.

“Doyoung gak terima percintaanya juga di atur sama papahnya, dia ngelawan tapi papahnya malah ngebuat hidup Doyoung gak tenang. Dia pewaris keluarga Kim, papahnya mau Doy punya hubungan normal, sama wanita—

—Tapi Doy gak mau, dia lebih milih keluar dari keluarga Kim, ngikut sang mamah tapi papahnya murka berakhir Doy kalau enggak di pukulin sama antek-anteknya papahnya yaa di kurung berhari-hari. Bahkan dia sampai di cari ataupun dilacak keberadaannya sama papahnya.” jelas Sejeong.

Selama cerita Renjun menahan nafas, sesak banget tertahan, membayangkan gimana perjuangan Doyoung selama ini. “Lanjut ya?” kata Sejeong diangguki lagi sama Renjun.

“Doyoung berniat sukses di usia muda, dia bolak balik absen kampus bahkan pernah sampai berbulan-bulan demi membangun sebuah perusahaan, dengan keahlian teknologinya—

“— tau game yang baru keluarkan? Atau alat-alat medis? Itu perusahaan yang Doy berdiriin demi buktiin sama papahnya kalau dia bisa sukses, tanpa diatur tanpa harus nerusin perusahaan papahnya. Biar dia bebas Ren”

“Doyoung udah banyak berjuang, jatuh bangkit lagi sampai titik dimana papahnya angkat tangan ngebuat perusahaan Doy rugi— papahnya tetap mau Doy jadi pewaris keluarga Kim, beliau gak kenal lelah ngebuat Doy jatuh terus-terusan”

“Doy mutusin kamu bukan karena orang-orang yang deketin kamu Ren. Itu cuman alasan, malahan dia bersyukur kamu di kelilingin mereka sehingga papahnya gak mudah kalau nyakiti kamu”

“Doy—”

“Hiks.. Kak Doyoung dimana sekarang!?” tanya Renjun sesegukkan wajahnya sudah banjir air mata dan makin mengalir begitu deras. Sejeong yang sedari tadi cerita hanya menundukan wajahnya ke arah meja lalu menatap Renjun. Keduanya menangis untung cafe sudah di booking sama Sejeong.

“Kak.. hiks.. kak dimana kak Doy..” tanya Renjun suaranya kecil, kaya ngomong aja Renjun gak bisa, karena pasti air mata sama rasa sesak itu makin menghantam dirinya, “Kenapa kak.. kenapa hiks kak Doy gak ngajak Renjun berjuang hiks..” tangis Renjun.

Sejeong pindah posisi ke samping Renjun memeluk tubuh mungil lelaki tersebut. “Dimana kak Doyoung?” tanya Renjun sekali lagi.

Dan hanya gelengan yang dibalas sama Sejeong membuat tangis Renjun semakin pecah. Dia gak pernah berimajinasi kalau akhir dari percintaannya seperti novel paling tidak happy ending, Renjun terdiam dengan air mata yang terus mengalir.

“Kak sekali lagi aku tanya, dimana kak Doyoung?” tanya Renjun dengan suara paraunya dan Sejeong kembali menggelengkan kepala, “Semenjak hari dimana Doyoung telfon aku dan dia bilang dijebak papahnya... kita gak berkabar lagi Ren, lebih tepatnya ponsel Doyoung mati hiks”

“Kak..”

“Jadi selama ini, kenapa lo berdua sembunyiin hal sebesar ini sama gue?” suara seseorang mengalihkan keduanya menatap Mingyu yang pandangan orang tersebut ketara kecewanya.

“Gyu duduk dulu” lirih Sejeong.

“Asal lo tau Jeong, gue kenal lo” ungkap Mingyu, “Gue tau lo sebagai sepupu jauh gue dan Doyoung, awalnya dari kalian pacaran gue gak percaya, tapi gue mikir-mikir lagi karena hubungan kita terlalu jauh kiranya Doyoung gak kenal lo sebagai saudara-nya, ternyata ...”

“Mingyu...”

“Sepupu macam apa gue yang gak bisa membantu saudaranya yang lagi ada masalah? Sejeong, gue ngerasa gak guna udah biarin Doyoung berjuang sendirian dan disini gue kaya orang bodoh gak tau apa yang dia alami”

“Gyu... Udah..”

Renjun masih terdiam mencerna semuanya, menatap gelas yang masih penuh dengan minuman yang ia pesan, “Bisa lacak kak Doyoung gak?”

Mereka masih terdiam dengan helaan nafas masing-masing, “Gak ada yang bisa lawan Tuan Kim, sekalipun pelacak hebat”

Renjun terdiam mendengar jawaban Sejeong, ini akhir percintaannya? Padahal dia ingin sekali memulul wajah Doyoung sambil memaki karena tidak memberitahu hal sebesar ini kepada dirinya. Doyoung berjuang sendiri, membuay Renjun ngerass kehadirannya tidak diperlukan kah? Sekalipun alasan Doyoung untuk menjaganya, tetap saja, Renjun ingin berjuang bersama dan terlibat bersama.

Karena hubungan ini, di dasari dua orang, bukan satu.

𝙼𝚊𝚗𝚝𝚊𝚗 || 𝙳𝙾𝚈𝚁𝙴𝙽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang