Sedari tadi Sejeong tidak bisa tenang, mengetahui Taeyong yang tidak sadarkan diri didepan matanya sendiri membuatnya sangat ketakutan.
Sejeong memandang kearah ruangan dimana Taeyong sedang diperiksa oleh beberapa Dokter.
Setelah Taeyong tidak sadarkan diri, pihak sekolah segera membawanya ke rumah sakit terdekat dan tentu saja Sejeong memaksakan diri untuk ikut dengan mereka.
Suara pintu terbuka membuat Sejeong berlari dan menemui Dokter yang baru saja keluar dari ruangan.
“Bagaimana keadaannya, Dok?”
“Taeyong baik-baik saja, saya rasa dia hanya kelelahan dan hal itu yang menyebabkannya tidak sadarkan diri.”
Sejeong benar-benar lega mendengarnya.
“Kalau begitu boleh saya masuk, Dok?”
Dokter itu hanya menganggukan kepalanya pelan dan berjalan pergi meninggalkan Sejeong.
Tunggu, apa ini kesempatanku? Yak! Apa yang aku pikirkan? Taeyong sedang tidak sadarkan diri seperti itu dan masih sempat aku berpikir untuk menyeledikinya? Wah, Sejeong kamu benar-benar keterlaluan. Batin Sejeong.
Sejeong segera masuk ke dalam ruangan dimana Taeyong berada, tetapi belum satu menit Sejeong sudah berlari keluar dan mencari Dokter yang tadi memeriksa Taeyong.
“Dokter, tunggu.”
Dokter itu berhenti dan berbalik menatap Sejeong.
“Ada yang bisa saya bantu lagi?”
Sejeong menelan ludahnya pelan dan mengatur napasnya.
“Taeyong pernah mengatakan kepada saya bahwa tulang rusuknya patah.”
Sejeong terdiam sebentar.
“Bisakah Dokter memeriksanya? Sa-saya takut apa yang terjadi pada Taeyong hari ini membuat tulang rusuknya memburuk.”
Maafkan aku Taeyong, hanya ini kesempatanku. Batin Sejeong merasa bersalah.
☠️☠️☠️
“Taeyong! Taeyong!”
Sejeong mendengar sebuah suara memanggil Taeyong dengan keras. Sejeong tau suara itu milik Sera, Ibu Taeyong.
Sejeong sudah akan membukakan pintu untuk Sera, tetapi Sera sudah masuk dan makin histeris melihat keadaan Taeyong saat ini.
Bagaimana tidak? Taeyong sedang tidak sadarkan diri dengan banyak lebam di sekujur tubuhnya.
“Bibi, maafkan ak—”
“Tidak, Sejeong. Bibi tahu ini bukan salahmu.”
Sejeong terdiam. Ini kesalahannya. Karena Sejeonglah, Yuta memukuli Taeyong sampai seperti ini.
“Kembalilah ke sekolah.”
Sejeong terkejut mendengar suara Ibunya, dia tidak sadar jika Sera pergi ke rumah sakit bersama Ibunya.
“Ta—”
“Biar Ibu dan Bibi Sera yang menjaga Taeyong.”
Dengan berat hati Sejeong pun meninggalkan ruangan itu diikuti oleh Ibunya.
“Sudahlah tidak usah bersedih seperti itu, Dokter juga mengatakan Taeyong tidak apa-apakan?”
Sejeong menganggukkan kepalanya pelan. Sebenarnya bukan hal itu yang membuatnya bersedih, tetapi perasaan bersalahlah yang membuatnya bersedih.
Sejeong sangat menyesali keputusannya, seharusnya di saat seperti ini dia tidak perlu memikirkan tentang penyelidikannya.
Dasar bodoh. Batin Sejeong.
“Tetapi sebenarnya ada apa dengan Taeyong? Kenapa dia bisa babak belur seperti itu?”
Sejeong menatap mata Ibunya.
“Ibu tanya saja pada Jungwoo.”
“Jungwoo?”
Sejeong mengangguk.
“Apa hubungannya dengan Jungwoo?”
“Pokoknya Ibu tanya saja pada Jungwoo, kalau begitu aku kembali dulu ke sekolah. Sampai nanti, Bu.”
Ibunya hanya menganggukkan kepalanya dan disusul oleh kepergian Sejeong.
☠️☠️☠️
“Kak, maafkan aku.”
Sejeong merasakan sebuah tangan memeluk lehernya dari belakang. Sejeong tidak menggubrisnya, saat ini dia sangat marah kepada Jungwoo.
“Kakak.”
Jungwoo mengguncangkan tubuh Sejeong karena tidak juga menerima tanggapan.
Sejeong tidak berkutik, dia tetap melakukan aktivitasnya yaitu mencatat ketertinggalan tadi dikelas saat dia menghantarkan Taeyong ke rumah sakit.
“Kak Seje.”
Jungwoo makin mengeratkan pelukan di lehernya membuat Sejeong tercekik.
“Yak! Kamu mau membunuhku ya!?”
Sejeong membalikkan badannya membuat Jungwoo tersentak.
“Kak, maafkan aku.”
Jungwoo melihat Sejeong dengan tatapan memohon.
Jika Sejeong tidak ingat dia sedang kesal kepada Jungwoo, sudah dipastikan Sejeong akan mencubit pipi Jungwoo gemas.
“Pergilah, aku sedang tidak ingin di ganggu.”
“Ta—”
Belum sempat Jungwoo melanjutkan kalimatnya, Sejeong sudah menggigit lengan Jungwoo.
“Kak, sakit Kak!”
“Kamu lebih memilih aku memukulmu!?”
Jungwoo meringis pelan, pukulan Sejeong adalah hal paling menyakitkan yang pernah dia rasakan.
“Ti-tidak Kak. Aku tidak apa-apa di gigit asalkan Kakak mau memaafkanku.”
Sejeong mendengus sebal dan membalikkan tubuhnya menghadap meja belajarnya lagi.
“Kakak sudah memaafkanku?”
“Yak! Kenapa juga kamu diam saja saat ada seseorang yang dipukuli oleh Yuta!? Kamu tahu sendiri Yuta seperti apa!”
“Maka dari itu karena aku tahu Kak Yuta seperti apa, aku diam saja.”
Sejeong menatap Jungwoo dengan tatapan sebal. Sebenarnya Jungwoo ada benarnya juga, jika Jungwoo ikut campur bisa-bisa Jungwoo akan menggantikan tempat Taeyong.
“Tetapi aku sudah memberitahu Kak Irene kok!”
“Jadi kamu yang memberitahu Irene?”
Jungwoo menganggukkan kepalanya pelan. Sejeong menghela napasnya pelan.
“Baiklah, karena kamulah yang memberitahu Irene. Kakak akan memaafkanmu. Tetapi ingat, Kakak tidak mau kamu ikut-ikut seperti itu lagi.”
Jungwoo bersorak senang. Jika Sejeong menyebut dirinya ‘Kakak’ bukan ‘Aku’, berarti Sejeong sudah memaafkan Jungwoo.
“Sudah sana pergi dari kamar Kakak.”
“Terimakasih, Kak Seje!”
Jungwoo memeluk Sejeong sekali sebelum pergi meninggalkan kamar Sejeong.
“Kak?”
Sejeong memutar kedua bola matanya.
“Apa lagi?”
“Kakak tidak mau memberi kesempatan kepada Kak Yuta? Kak Yuta benar-benar sangat bersedih tadi, bahkan aku dengar dia belum pulang ke rumah.”
“Jungwoo.”
“Baik Kak, aku pergi.”
Jungwoo sudah akan keluar tetapi Sejeong mencegahnya.
“Jungwoo tunggu!”
“Kakak akan memberikan kesempatan kepada Kak Yuta!?”
Tanya Jungwoo bersemangat membuat Sejeong memutar kedua bola matanya malas untuk kesekian kalinya.
“Bukan! Bersiap-siaplah dengan Ibu.”
Jungwoo membelalakan kedua matanya.
“Kakak memberitahu Ibu!?”
Sejeong menganggukan kepalanya tanpa ekspresi.
“Jangan harap Kakak akan membantumu kali ini.”
“Kakak! Mobilku benar-benar akan di sita kali ini.”
Jungwoo menutup pintu kamar Sejeong dengan tampang yang lesu membuat Sejeong gemas dibuatnya.
Sejeong mengingat ucapan Jungwoo tadi.
Yuta belum pulang? Batin Sejeong.
Sejeong melirik kearah telephone genggamnya.
Tidak, aku tidak akan menelephonenya. Batin Sejeong.
Sejeong melanjutkan mencatat tetapi sesaat kemudian dia melempar penanya ke atas meja dengan kasar dan mengambil telephone genggamnya.
“Kenapa sih aku sangat tidak punya pendirian.”
Sejeong mencari pada daftar kontaknya dan segera menelephone Yuta.
“Kenapa tidak diangkat sih!? Menyebalkan sekali!”
Sejeong menelephonenya sekali lagi tetapi masih tidak ada jawaban. Walaupun apa yang sudah Yuta lakukan, Sejeong tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau dia tidak khawatir.
Pikiran negatif segera menghampiri pikirannya.
“Dia tidak mungkin bunuh diri kan?”
“Ha ha ha, tidak mungkin, ha ha—”
“—sialan, pergi kemana sih dia?”
Sejeong menelephone Yuta sekali lagi, dan pada nada sambung ketiga, dia mengangkatnya.
“Halo.”
“Yuta, dimana kamu!?”
“Ha ha ha, apa kamu sedang mengkhawatirkanku?”
“Aku sedang tidak ingin bercanda, cepat katakan dimana kamu sekarang!?”
“Apa aku harus berada dalam bahaya dulu agar kamu mau menelephoneku duluan, bahkan mengkhawatirkanku?”
Sejeong dapat mendengar nada sedih disana.
Apakah aku sangat keterlaluan? Batin Sejeong.
“Yuta, kamu ada dimana?”
Kali ini Sejeong menurunkan suaranya.
“Seje.”
Ada yang tidak beres. Batin Sejeong.
“Aku sangat menyukaimu.”
“Kamu tidak berniat bunuh diri kan?”
“Haruskah?”
“Yak!”
“Kak Yuta, ayo ma—”
Sejeong terdiam. Dia keluar dari kamarnya dan menuju kamar Jungwoo yang berada di lantai dua.
Tanpa mengetuk pintu, Sejeong membuka kamar Jungwoo dan mendapati pemandangan yang membuatnya naik darah.
“KIM JUNG WOO!”
Jungwoo menutup kedua telinganya mendengar teriakan dari Sejeong.
“Hai, Seje.”
Yuta sedang melambaikan tangan kearahnya sembari mengedipkan satu matanya kearahnya.
☠️☠️☠️
“Kak jangan marah lagi, bahkan aku baru saja mendapat maaf darimu, tetapi Kakak sudah marah lagi.”
“Anda siapa? Kakak? Maaf tetapi saya tidak pernah memiliki adik laki-laki.”
Jungwoo memeluk tubuh Sejeong dari samping sembari merajuk. Yuta hanya tertawa disebelahnya.
“Ada apa sih anak ini? Cepat makan, jangan menganggu kakakmu dulu.”
“Ibu mengenal orang ini?”
Sejeong menunjuk Jungwoo disebelahnya. Ibunya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku kedua anaknya.
“Makanlah yang banyak, Yuta.”
“Baik, Bibi.”
Yuta tersenyum sangat ceria.
Apa-apaan dengan sifatnya? Batin Sejeong.
Merasa di tatap oleh Sejeong, Yuta tersenyum hangat kepadanya, membuat Sejeong memalingkan wajahnya.
“Permisi.”
Semua orang yang ada di meja makan menatap kearah pintu secara bersamaan, disana berdiri Lucas, Ten dan juga Winwin.
Bagus, mereka semua ada disini. Batin Sejeong malas.
☠️☠️☠️
Ngeselin banget sih Jungwoo, untung lucu😫
Gimana episode 2 nya?
Kalian ada di kapal Taeyong – Sejeong atau Yuta – Sejeong nih? wkwkwk
Episode awal emang masih ringan-ringan dulu gatau nanti😋
Aku mau nawarin nih, mumpung ini masih di awal ada yg mau nyaranin cast yang lain?
Semisal kalian kepingin yg jadi Dokter siapa? Atau mau siapa jadi siapa.
Tulis aja ya di komen, aku pasti baca semua komen kalian kok hihihi
Sekian aja deh, sampai ketemu di episode 3!💝
KAMU SEDANG MEMBACA
D O U B L E - T
FanfictionSeseorang yang memiliki kemiripan 100% dengan orang lain? Apakah itu mungkin? Start: 5 November 2019 End: -