3

426 65 5
                                    

Sejeong terbangun mendengar alarmnya berbunyi. Tidak biasanya Sejeong seperti ini, dia tidak akan bangun walaupun alarmnya berbunyi sekeras apapun.

Suara Ibunya-lah yang biasanya akan membuatnya terbangun, karena suaranya bahkan melebihi bunyi apapun.

Sejeong segera bangkit dari tidurnya dan pergi ke kamar mandi. Sejeong bukan orang yang akan menghabiskan waktu lama di dalam kamar mandi.

Terbukti tidak sampai lima menit Sejeong sudah keluar dengan wajah yang segar.

Dia segera bersiap-siap memakai seragamnya dan sedikit memakai bedak di wajahnya. Tidak lupa menyemprotkan sedikit perfume ke tubuhnya.

Sejeong sudah bersiap akan keluar kamar saat tiba-tiba pintu kamarnya terbuka lebar.

“Astaga pemandangan apa ini?”

Sejeong melihat Ibunya masuk ke dalam kamarnya membawa panci disebelah kiri tangannya dan sendok disebelah kanan tangannya.

“Apa Ibu berniat membangunkanku dengan kedua alat itu?”

Sejeong bergidik ngeri.

“Tidak jadi, karena anak Ibu yang cantik ini sudah bangun bahkan sudah berdandan sangat cantik.”

“Ibu yakin ingin membangunkanku? Bukannya membunuhku?”

Ibunya tertawa.

“Jika kamu sulit dibangunkan mungkin Ibu akan memikirkan hal itu.”

“Ibu!”

“Ibu tunggu di bawah untuk sarapan.”

Setelah mengatakan hal itu, Ibunya menutup pintu kamar Sejeong. Sejeong pun mengambil tas sekolahnya yang ada di kasurnya dan berjalan turun ke bawah.

Sesampainya di meja makan, Sejeong melihat Jungwoo sudah duduk disana. Jungwoo memang sangat berbeda dengannya. Jungwoo selalu bangun tepat pukul empat pagi, tidak peduli semalam apa dia tidur.

“Selamat pagi, Kak Sejeku!”

Sejeong sudah akan membalas ucapan Jungwoo, tetapi kemudian Sejeong ingat dia sedang dalam mode tidak berbicara dengan Jungwoo.

“Kak Seje, sampai kapan akan marah?”

Sejeong tidak menggubris Jungwoo dan memakan sarapannya.

Tunggu, Sejeong baru sadar dia tidak melihat Yuta atau teman-teman Jungwoo yang lainnya. Bukannya semalam mereka menginap?

“Kak Seje mencari Kak Yuta? Dia sudah pulang tadi pagi.”

Sejeong hanya mendelik kearah Jungwoo tanpa mengatakan apapun.

“Maaf Kak.”

Ibunya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah kedua anaknya itu.

“Sudah cepat makan, kalian akan terlambat nanti.”

Tanpa bicara lagi mereka pun melanjutkan memakan sarapannya.

☠️☠️☠️

“Kak Seje, aku berangkat dengan Kakak ya?”

Sejeong baru ingat jika mobil milik Jungwoo pasti disita oleh Ibunya. Membuat Sejeong mau tidak mau harus memberikan tumpangan kepada Jungwoo.

Sejeong memang sedang marah, tetapi tidak setega itu untuk membiarkan Jungwoo berangkat sendirian.

Terlebih lagi Jungwoo belum pernah naik angkutan umum sebelumnya, bisa-bisa Jungwoo tersesat nantinya.

“Hmmm.”

D O U B L E - TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang