V

7 0 0
                                    

10 April 2016 sebelum pengulangan.

Hari ini Aprillia dan Maratha akan pergi untuk belajar bersama sepulang sekolah. Bodohnya aku memilih belajar sendiri. Mereka berdua sudah meninggalkan kelas. Sementara aku masih duduk di kelas sampai langit berubah kuning.

Pada awalnya Aprillia sudah mengajakku untuk belajar bersama. Hanya saja aku menolaknya. Diriku merasa kalau Maratha jauh lebih unggul daripadaku. Itulah mengapa dia lebih pantas bersama Aprillia menurutku.

Hari ini juga eskul basket mengadakan latihan. Mungkin Aprillia akan menontonnya seusai belajar.

Merasa sudah cukup lama duduk di kelas aku mengangkat bokongku dari kursi. Berjalan sedikit lesu ke arah pintu. Suasana sekolah benar-benar kosong. Setidaknya itulah yang kuharapkan. Dengan sendirian aku bisa merasa tenang.

Ketika aku ingin menaruh sesuatu di lokerku, di depannya ada seorang perempuan duduk memeluk lututnya. Dia menyembunyikan kedua wajahnya di balik lututnya. Merasa menghalangi aku mendekatinya dengan maksud memintanya minggir.

"Maaf bisa minggir?" Karena dia tidak mengangkat kepalanya ketika aku mendekat jadi aku menguncang pundaknya.

Dia mengangkat wajahnya. Matanya sembab. Sepertinya dia habis menangis. Kami saling bertatapan.

"M-maaf menghalangimu." Dia berdiri lalu berlari meninggalkanku. Belum cukup jauh aku memanggilnya lagi. Dia berhenti dengan jarak 10 cm.

"Matamu sembap. Kenapa kamu nangis?" Sambil menunggu jawabannya aku membuka lokermu.

"Bukan urusanmu." Dia berbalik badan dan memasang muka yang suram. Setelah itu kembali berlari dan akhirnya meninggalkanku.

Mendengar omongannya membuat mulutku menganga lebar. Gadis yang aneh.

Pada akhirnya aku tak bisa mendekati Aprillia lagi entah karena apa. Sifat pengecutku malah membuat mereka semakin dekat. Kenapa takdirku harus seperti ini? Menurutku ini tidak adil.

Terakhir yang membingungkan, aku sama sekali tak punya siapapun sebagai tempat bercerita. Karena itu, masalah ini selalu mengganggu pikiranku.

10 April 2016 saat pengulangan

Bel pulang sekolah berbunyi. Semua orang memasukkan buku ke dalam tasnya. Begitu pula Aprillia yang sedang memasukan buku.

Hari ini aku tahu dia akan mengajakku untuk belajar bersama. Hanya saja dia tidak akan mengajak Maratha juga. Karena sejak pertama kali aku terbangun dan melakukan pengulangan dia belum terlalu dekat dengannya. Tak seperti sebelum aku melakukan pengulangan ini.

"Nat mau belajar bareng ga? Karena kamu pintar fisika aku jadi bisa bertanya padamu. Mau kan?" Aprillia memicingkan matanya.

"Boleh." Aku tersenyum padanya.

Aku memilih perpustakaan sebagai tempat belajar. Disana sangat sepi. Menambah konsentrasiku dalam belajar.

Benar saja perpustakaan cukup sepi sepulang sekolah. Hanya ada 5 orang yang datang. Mereka yang datang kesini untuk belajar mengejar jalur SNMPTN. Aku juga mengejarnya. Tapi, tak berharap sekali untuk diterima memakai jalur itu. Hanya saja nilaiku tak ingin dibawah rata-rata kelas.

Aprillia duduk di sebelahku. Dia sudah mengeluarkan beberapa buku pelajaran. Duduk disebelahnya membuatku gugup. Dia sudah mulai mengerjakan soal. Wajahnya saat sedang fokus memang lucu. Sementara aku masih saja memandangi wajahnya.

Kami saling mengajarkan satu sama lain. Aku yang pintar fisika mengajarkannya. Dia yang pintar bahasa inggris mengajarkanku. Tak lupa kita juga berbagi tawa dan canda. Sebahagia inikah aku ketika didekatnya?

Alternate EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang