II

14 1 0
                                    

Aku berbaring dalam kamarku. Membuka instagramku. Secara sengaja melihat-lihat instagramnya. Maratha Austin. Laki-laki yang sangat aku sukai. Tapi, aku tak berani mengajaknya bicara lagi. Tidak enak menjadi perempuan karena kamu hanya bisa menunggu.

*****

"Sakura kok ngelamun." Araya mencubit kedua pipiku.

"Nggak kok." Aku melepas cubitannya.

"Temenin aku ngumpulin buku ke ruang guru yuk!" Araya menyodorkan setengah buku teman kelas padaku.

"Manja banget kumpulin sendiri dong!" Dia hanya tertawa dan aku menerima bukunya.

Kami berdua berjalan menyusuri lorong kelas. Sesekali bertukar canda. Orang memang bilang aku orangnya mudah bergaul dan menyesuaikan diri. Tapi, aku benar-benar tak memiliki teman yang sangat dekat. Araya pun kuanggap tak terlalu dekat. Aku sulit sekali percaya dengan seseorang.

Karena tak fokus dengan jalan aku menabrak seseorang. Buku yang aku bawa berserakan di lantai. Sepertinya aku menabrak seseorang yang tubuhya dua kali lipat lebih besar dariku sehingga aku terjatuh ke lantai.

"Kamu nggak apa-apa?" Terdengar suara yang rendah. Dia membereskan buku yang berserakan di lantai.

"Maaf aku nggak ngeliat ka—" Mata kami bertemu. Matanya membuatku tak beralih. Kulirik nama di seragamnya. Maratha Austin.

"Ini bukunya." Ternyata dia sudah menyusun buku itu dan menyodorkannya padaku.

"Te-terima kasih." Aku mengambil buku dari tangannya.

"Hati-hati ya." Dia berdiri lalu berjalan meninggalkanku. Diriki hanya menatap punggungku yang semakin jauh.

"Sakura jangan melamun ayok!" Araya mengguncang punggungku. Aku pun berdiri dan mengikutinya menuju ruang guru dari belakang.

*****

Hari-hari terus berlalu. Aku hanya bisa memandanginya dari jauh. Dia mengikuti eskul basket. Ikut aktif dalam OSIS. Setiap seluk beluknya aku tahu. Bahkan sampai dia dekat dengan cewek lain aku juga tahu.

Aprillia Haru. Katanya dia adalah primadona kelas 11 IPA 3. Beruntungnya dia bisa sekelas dengan Maratha.

Aku sering sekali melakukan hal yang dilarang. Semakin mereka dekat. Semakin aku menyakiti diriku. Mengiris lengan. Sulit untuk menyembunyikannya. Menyembunyikan rasa sukaku padanya. Setiap melihat dirinya aku selalu ingin mengajaknya mengobrol. Menjadi lebih dekat.

Semua itu sudahlah sia-sia. 29 April 2017. Hari kehancuran seluruh hatiku. Maratha dan Aprillia sudah berpacaran. Hari itu aku kehilangan seluruh hasratku untuk tetap hidup. Percuma hidup tanpa dirinya.

Aku berjalan terhuyung-huyung. Pandanganku kosong. Sesekali aku menabrak orang yang berlalu lalang. Tak ada kata maaf terucap setelah menabraknya. Tatapan orang-orang berubah seketika. Mereka menatapku sinis.

Sakura yang riang dan gembira sudah tidak ada lagi. Hanya ada Sakura yang murung dan cemberut. Hasrat untuk hidup seorang Sakura sudah hilang sepenuhnya.

Sesampainya di rumah aku menangis. Memandangi kalender pada ponselku. 1 April 2016. Aku ingin kembali ke hari itu. Harusnya aku berani untuk mengajak ngobrol dirinya. Aku mengiris lenganku sambil memandangi kalender. Tanpa rasa ragu aku mengambil seutas tali. Mengantungnya di langit-langit. Tanggal 1 April 2016 masih tertera di ponselku. Kepala aku masukkan ke dalam tali itu. Maaf, ini caraku untuk bahagia. Selamat tinggal dunia.

Alternate EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang