Part 2: "No one wanted a killer to be their soulmate."

6.5K 995 135
                                    

Seokjin mencium aroma rempah yang sepertinya berasal dari kayu di sekitarnya, mungkin aroma pengharum ruangan di ruangan tempatnya berada. Dia menarik napas karena aroma yang membuatnya merasa nyaman itu dan kemudian dia mendengar suara pikiran seseorang dalam pikirannya.

'Aliran darahnya sudah kembali normal.'

Mata Seokjin terbuka sepenuhnya saat dia mendengar itu, dia bernapas dengan cepat seraya menatap sekeliling, dia berada di sebuah kamar yang sangat asing untuknya. Seokjin merasakan rasa takut merambah ke seluruh tubuhnya, dia bergerak bangun seraya mengumpulkan energinya di telapak tangannya, bersiap-siap melawan siapapun yang muncul dari balik pintu karena dia mendengar suara langkah menuju kamarnya.

Pintu itu terbuka dan dua orang masuk ke dalam kamar yang ditempati Seokjin, seseorang dengan rambut berwarna biru terang tersenyum begitu ramah pada Seokjin sementara yang lainnya yang berambut abu-abu dan segera dikenali Seokjin sebagai orang yang menolongnya semalam tengah menatapnya dengan dahi berkerut.

"Ah, kau sudah bangun, sudah kuduga psychokinesis memang hebat dalam urusan menyembuhkan dirinya sendiri." Pria berambut biru itu berjalan menghampiri Seokjin dengan ceria sementara Seokjin masih memasang pose siaga. "Kau haus?"

Seokjin menggeleng cepat.

"Tapi kau dehidrasi, aku bisa merasakan air di dalam tubuhmu sangat kurang. Jadi, kau mau minum atau aku yang memaksa memasukkan air itu padamu? Aku bisa membuat air itu melewati kerongkonganmu dengan paksa." Pria itu masih tersenyum padanya namun kalimat yang diucapkannya pada Seokjin bersama dengan senyum itu benar-benar jauh dari kata menyenangkan.

Seokjin memucat, dia memasuki pikiran orang itu dan hanya merasakan aliran air di sana, Seokjin segera sampai pada kesimpulan bahwa pria berambut biru itu adalah hydrokinesis. Seokjin mengumpulkan suaranya sebelum menjawab, "A-aku akan minum.." bisiknya.

Pria berambut biru itu tersenyum lebar, dia mengambilkan gelas di bedside table kemudian memberikannya pada Seokjin. "Ini,"

Seokjin meneguk air di sana dengan hati-hati kemudian setelah dia merasa itu cukup, Seokjin mengembalikan gelas itu yang diterima dengan sigap oleh pria berambut biru.

"Oh, namaku Taehyung, by the way." Pria berambut biru itu tersenyum lagi, "Kim Taehyung," ulangnya.

Seokjin mengangguk dan Taehyung melirik ke arah pria berambut abu-abu yang sejak tadi menatap mereka. "Dan pria itu adalah Kim Namjoon."

Seokjin tertegun saat mendengar nama Namjoon, dia mendadak teringat pada inisial mark di tangannya dan juga dia menyadari sejak semalam bahwa mata Namjoon berwarna merah gelap. Namjoon.. adalah pasangannya?

Taehyung menepuk tangannya, "Baiklah, karena aku bisa merasakan aliran darahmu sudah kembali normal, kau hanya butuh istirahat cukup, makan yang banyak dan minum yang cukup agar tidak dehidrasi." Taehyung berdiri, "Aku harus pergi karena pekerjaanku menunggu." Taehyung berdiri dan berjalan pergi setelah menepuk bahu Namjoon.

Setelah Taehyung keluar, Namjoon berjalan menghampiri Seokjin sementara Seokjin beringsut mundur dengan cepat. Dia masih ingat bagaimana Namjoon dengan brutalnya membakar dua orang semalam.

Namjoon yang menyadari ketakutan Seokjin menghela napas, "Kurasa apa yang terjadi semalam sangat mengejutkanmu, ya?"

Seokjin diam, dia mencoba menggali ke dalam pikiran Namjoon untuk membaca apa yang dia pikirkan namun Seokjin tidak bisa membaca apapun. "I can't read you.." bisiknya pelan, namun cukup keras untuk didengar Namjoon.

Namjoon mengangkat sebelah alisnya, "Pernah dengar soal kemampuan mind-reading yang tidak akan bisa digunakan pada pasanganmu? Itu yang terjadi."

The OppositeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang