| Moon's Academy |

26 6 1
                                    

Letha's POV

Langkah kakiku semakin memberat saat tubuhku sudah berada tepat didepan gerbang yang diatasnya bertuliskan 'Moons's Academy'. Yah, akademi bulan yang sangat tidak aku harapkan untuk masuk kedalamnya. Aku lebih baik berkelana di hutan kawanan serigala bau itu daripada harus masuk ke akademi ini!

Harusnya aku sadar, aku tidak memiliki kekuatan apapun, tidak berdarah half demons, dan tidak istimewa tentunya. Yang ku bisa hanyalah keahlian pedangku, selama dua bulan kemarin aku terus melatih keahlian ku bersama ibu dan paman Bartlett. Dan selama itu pula ibu selalu mengatakan hal yang sama di setiap malamnya.

"Apapun yang terjadi, jika seseorang bertanya tentangmu. Jawablah dengan tegas tanpa rasa takut. Katakan bahwa kau adalah putriku, namamu adalah Letha Varvara dan kau adalah seorang half."  Yah, kira kira begitulah yang ibu katakan.

Aku heran, kenapa ibu selalu mengatakan hal itu. Aku yakin ibu sedang menyembunyikan hal yang besar padaku, aku selalu melihat sorot ketakutan dari mata merahnya setiap ia mengatakan bahwa aku adalah putrinya.

Baiklah, sekarang mari lanjutkan langkah kakiku yang terhenti.

Perlahan tapi pasti kakiku mulai melewati pagar yang berbentuk aneh itu, setelah melewati pagar dan kini tubuhku berada didalam halaman akademi bulan ini secara ajaib tubuhku dipenuhi asap berwarna silver terang dan seketika asap itu menghilang tergantikan dengan jubah berwarna silver mengkilap dengan lambang bulan sabit dan bunga mawar yang sudah terpasang dipundak ku. Inilah jubah kebanggaan Akademi Bulan.

Suasana akademi ini sepertinya tidak bisa kukatakan seperti suasana sekolah pada umumnya. Jelas saja, Akademi Bulan ini didominasi oleh warna hitam dan abu gelap, suasananya juga cukup sepi.

Para siswa yang baru saja diterima dan telah resmi menjadi siswa angkatan pertama terlihat mulai berdatangan. Mereka yang baru melewati pagar juga mendapatkan hal yang sama sepertiku, yaitu jubah silver mengkilapnya.

Mereka mulai berjalan melewati ku, aku yang tidak ingin tertinggal segera menyusul mereka menuju ruang aula. Sungguh malas sekali rasanya. Aku merindukan aroma hutan yang gelap!

Pintu aula yang menjulang tinggi perlahan terbuka ketika kami -para siswa angkatan pertama- sudah dekat dengan pintu itu. Aku yang berada dibarisan paling belakang tidak mengerti ketika para siswa seangkatan denganku berteriak kencang, seolah kegirangan.

Satu persatu dari mereka mulai memasuki aula, begitupun denganku.
Ah jadi itu alasan mereka berteriak kaget! Mataku menangkap seorang pria dengan pakaian zirah emasnya tengah berdiri tegak. Dia adalah panglima terkuat di negeri Asia ini, prajurit yang paling ditakuti dan merupakan seorang perjaka tua! Ya, dia adalah Bartlett Varvara, pamanku!

Aku bersikap seolah tak melihatnya kala mata paman Bartlett menatapku dengan tatapan penuh arti, aku sih masa bodo.

Seperti diawal, aku memilih untuk duduk di bangku paling belakang hanya saja kali ini aku tidak sendiri. Seorang pria dengan surai hitam bergelombang dan tatapan dinginnya terlihat tidak tertarik dengan apa yang ia lakukan saat ini. Bagus, ternyata aku tidak sendirian!

Diluar dugaan, pria itu menoleh menangkap basah wajahku yang tengah menatapnya dalam dia. Sial!

"Bukankah tidak sopan menatap seseorang seperti itu?" Si pria bersurai hitam itu menatap ku dingin.

"Eh?" Dengan bodohnya itu keluar saja dari mulut bodoh ku ini.

Pria itu hanya berdecak dan sedetik kemudian sudah menatap lurus kembali kedepan.

I'm Not A Goddess [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang