16 November : Emosi Yang Namanya Tidak Ada Dalam Kamus

220 57 9
                                    



Raut wajah Sri tampak cemas. "Kita tidak tahu milik siapa cincin ini. Kok aku ngeri ya? Bagaimana kalau kita tanya Bu Guru?"

Mirna sewot mendengarnya. "Cincin ini muncul di lokerku! Bukankah itu artinya dia milikku sekarang?"

"Mm ... Bapakku bilang, kalau kita menemukan barang yang tak tahu siapa pemiliknya, kita serahkan saja pada kantor Polisi," kata Sri dengan polos.

"TIDAK!! Ini punyaku sekarang!!" Mirna menggenggam erat cincin di kepalan tangannya.

Sri menghela napas. " ... Lantas, apa yang mau kamu lakukan dengan cincin itu?"

Temannya tersenyum. "Kurasa, aku akan menjualnya. Kelihatannya ini benda mahal."

Siang harinya, Mirna benar-benar pergi ke toko perhiasan.

Pria itu memeriksa cincin dari sang gadis mungil.
"Ini permata asli. Sangat kuno. Dari mana kamu menemukannya?"

"Di sekolah."

Pria itu menatapnya penuh selidik. Cincin ini bukan perhiasan sembarangan, dia tahu. "Baiklah. Aku akan memberikan harga yang bagus untukmu." Dia menulis di secarik kertas dan memberikan kertas itu pada Mirna. 


Gadis berambut panjang itu melotot. Dengan uang sebanyak ini, dia bisa membeli baju, sepatu dan ... mungkinkah dia bisa 'membeli' Ibunya? Jika dia mengiming-imingi Ibunya dengan uang ini, akankah Ibunya bersedia kembali pulang ke rumah?

"Bagaimana?" pertanyaan pria itu membuatnya tersadar dari lamunan.

" ... Aku ... ," Mirna menatap cincin itu lamat-lamat. Mendadak rasanya tidak rela jika harus berpisah dengan cincin permata ini.

Sang pedagang mulai cemas. Mungkinkah harga yang diberikannya terlalu kecil? Dia tak mengerti apa yang terjadi. Yang dia tahu, dia menginginkan cincin ini dengan hasrat menggebu.

"Aku naikkan dua kali lipatnya!" kata pria itu tiba-tiba. Membuat Mirna syok. "Dua kalinya??" 

Dia mengangguk mantap. "Ya. Dua kali lipatnya!" 


Mereka saling tatap. Sama-sama menyadari keduanya ingin memiliki cincin ini. Mirna kini gamang. Emosinya saat ini tak terdefiniskan.

Bukankah dia ingin menukarnya demi uang? Kenapa sekarang dia merasa cincin ini jauh lebih berharga dari uang?

"Maaf. Aku tidak jadi menjualnya." 






CINCIN MATA SEMBILAN - RAWS Festival 2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang