Zhafran berusia lima tahun saat Ustad Badawi mengangkatnya menjadi anak dari Panti Asuhan.
Zhafran pindah ke sebuah pondok pesantren. Ustad Badawi memiliki tiga putra. Tak ada yang diistimewakan. Peraturan tetap ditegakkan adil.
Dua puluh lima tahun berlalu. Ustad Badawi kini seorang Syeikh. Satu per satu putra beliau lulus dari pondok dan membuat Majelis masing-masing. Zhafran menjadi seorang Ustad dan mengajar para santri di pondok.
Suatu malam, Zhafran dipanggil ke ruangan Syeikh Badawi. Pertama kalinya dia diperlihatkan cincin itu. Cincin mata sembilan.
"Cincin ini diwariskan oleh orang-orang sholihin masa lampau. Do'a sembilan orang wali, terangkum di dalamnya. Insyaallah orang yang memilikinya, senantiasa mendapat barokah dan keutamaan dari Allah. Tapi dengan satu syarat, yaitu jika pemiliknya adalah pewaris yang ditunjuk."
" ... Jika pemiliknya bukan pewaris cincin, apa yang akan terjadi, Syeikh?"
" ... Bencana dan pertumpahan darah," jawab beliau setelah diam sesaat. "Cincin ini memiliki daya pikat yang luar biasa. Jika dilihat oleh orang yang belum mampu mengendalikan hawa nafsu, bisa menjatuhkannya pada kesesatan dan keserakahan."
Zhafran menyangka Syeikh hanya ingin menunjukkan cincin itu. Tapi ternyata ...
"Aku tidak menemukan kriteria pewaris cincin pada ketiga anakku. Suatu hari aku mendapat petunjuk untuk mendatangi sebuah Panti Asuhan dan mencari anak bernama Zhafran."
Zhafran mulai memahami arah pembicaraan.
"Kamu adalah pewaris cincin mata sembilan. Jika aku mati, jaga cincin ini. Jangan sampai orang lain memilikinya!"
Zhafran menggelengkan kepala. "T-tidak, Syeikh. Aku ... merasa tidak pantas."
Syeikh Badawi mengernyitkan dahi. "Kenapa merasa tidak pantas?"
"Asal usulku ... aku cuma ... ," dia tak sanggup meneruskan. Zhafran saat bayi ditemukan di dalam kardus, diletakkan begitu saja di teras Panti Asuhan. Dia selalu menduga dirinya adalah anak haram.
Syeikh tersenyum. "Kamu tidak dinilai dari masa lalumu. Yang menjadikanmu berharga, adalah tindakanmu hari ini dan esok."
Hati Zhafran tersentuh. "Baiklah, Syeikh."
"Ingat, kekuatan bukan berasal dari cincin, tapi dari Yang Maha Memiliki Kekuatan."
KAMU SEDANG MEMBACA
CINCIN MATA SEMBILAN - RAWS Festival 2019
FantasySalah satu dari 4 cerita terpilih #rawsfestival2019 Seorang sholihin baru saja wafat. Sang Syeikh dikenal telah mencapai tingkatan tinggi dalam perjalanan spiritualnya. Sebuah cincin peninggalan beliau, dititipkan pada seorang muridnya. Namun cinci...