12 November : Bangga Memiliki Sesuatu

248 59 15
                                    


Televisi butut itu menyiarkan sebuah berita pagi tentang kasus pembunuhan.

"Pelaku yang bernama Arka, mengaku membunuh rekannya yang bernama Tommy, lantaran Tommy bermaksud membawa kabur cincin miliknya. Setelah pelaku diamankan, polisi menggeledah seisi ruangan, namun tidak menemukan cincin tersebut." 


Seorang pria berkaus lusuh dengan lubang di sana-sini, sedang mengunyah sarapan ubi rebus bersama putrinya yang berseragam sekolah putih merah.

Layar berganti memperlihatkan sesi wawancara dengan seorang Polisi.


"Hasilnya nihil. Padahal begitu pembunuhan terjadi, tetangga berdatangan dan menahan pelaku agar tidak kabur. Jadi jika cincin itu benar ada, semestinya masih di ruangan itu. Tapi para tetangga bersaksi tak ada yang melihat cincin itu."


"Ada-ada saja. Rebutan cincin kok sampai membunuh segala," Bapaknya berkomentar sambil menyeruput kopi hitam.

Anak perempuan berambut panjang itu diam saja. Dia tak perduli dengan berita pembunuhan. Gadis itu tetap khusyuk makan. Menu yang membosankan. Itu-itu saja, pikirnya. 


Tiba-tiba dia berdiri menggeser kursi. Greek! "Aku berangkat," katanya singkat.

"Oh. Sekarang? Kamu mau Bapak antar ke sekolah?"


"Tidak perlu. Aku bisa sendiri," jawabnya ketus. Dia tidak mau Bapaknya mengantarnya ke sekolah. Lebih baik ke mana-mana sendirian. Bapaknya hanya seorang buruh kasar, pekerja serabutan. Tukang, supir, petugas kebersihan dan pekerjaan rendahan semacamnya. 


"Ya sudah. Hati-hati ya." 


Anak itu diam saja dan ngeloyor ke luar pintu. Tak ada salam, apalagi cium tangan. Pria itu melepas kepergian anaknya dengan senyum sedih. 


Mirna, anak perempuan itu, berjalan di pinggiran rel kereta api. Mereka dulunya adalah orang kalangan menengah atas, tapi lalu Bapaknya terkena PHK massal, jatuh miskin dan terpaksa tinggal di daerah pemukiman kumuh. Ibunya pergi meninggalkan mereka karena tidak tahan dengan kemiskinan. 


Dirinya saat ini terpaksa berjalan kaki, ke sebuah sekolah rakyat yang berisi anak-anak melarat, juga karena salah Bapaknya! Seringkali dia merindukan masa-masa itu, di mana dirinya memiliki benda-benda yang bisa dibanggakan. 


CINCIN MATA SEMBILAN - RAWS Festival 2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang