Rosi berkacak pinggang, dirinya masih gusar karena belom bisa masuk. Berkali-kali Rosi sudah teriak-teriak, tapi sama saja gak ada jawaban.
Saat Rosi ingin melangkah pergi, tiba-tiba Mark bersuara di dalam.
"Ros!" ucap Mark.
Rosi murka bisa-bisanya dia ada di dalam. "Heh, lo dari tadi di dalem?"
Terdengar suara deheman Mark. "Heh sialan, bukain dong ini gue udah capek ya mau istirahat." keluh Rosi dengan nada ngegas, gimana nggak ngegas orang dari tadi Rosi menunggu seperti kambing conge, dan gak ada satupun yang membuka pintu.
"Cium dulu."
"Anj--" umpatan Rosi tertahan, saking tidak menyangka dengan bocah satu ini, lo tuh siapa sih, batin Rosi menjerit.
"Bukain atau gue telepon bunda lo?" ancam Rosi.
"Iya sebentar gue bukain," sahut Mark, dan langsung membuka pintu.
Rosi menatap sinis ke arah bocah ini, entah pikirannya dimana, intinya Rosi heran melebihi heran.
Rosi lebih dulu ke pantry untuk minum air, udah banyak emosinya yang terkuras, tapi matanya melihat Mark yang ke pantry juga.
Rosi buru-buru menyelesaikan minumnya. "Ngapain lo?"
Mark menggeleng, dia mendekat ke arah Rosi, yang bikin Rosi melihat terus pergerakan bocah ini.
Rosi berhenti mendelik saat Mark mengambil botol air itu.
Cup.
Tiba-tiba gak ada angin gak ada hujan, Mark dengan santai langsung menyosor ke bibir Rosi, cuma menempel. Rosi ngeblank dia gak bisa berpikir sekarang dia sedang apa. Sampai Mark sedikit menggerakkan bibir itu.
Rosi dengan sekuat tenaga mendorong dada Mark saat dia tiba-tiba menciumnya tepat di bibir, fix Mark emang sinting.
Rosi menatap marah dan jijik bersamaan, mulutnya udah gak bisa bicara sepatah kata pun, intinya di kaget. Dan bibirnya sudah tidak suci lagi, fak.
Rosi langsung ngambil tasnya lagi dan keluar apartemen Mark.
Mark gimana sekarang?
Dia malah ketawa ngakak sambil nutup mulutnya, walaupun terlalu kecepatan dan agresif, tapi mau gimana lagi? keburu ada cowok lain yang nyosor duluan.