Malam ini udara cukup dingin. Restu duduk di teras rumahnya, memandangi bintang dan rembulan yang menyinari alam semesta ini.
Hatinya kini dipenuhi rasa yang tidak bisa diungkapkan. Walaupun sesekali kepikiran sosok perempuan yang dari dulu ia kagum.
Apa benar yang dikatakan Ainun, aku suka dengan Anggun yang tadi siang saling menatap. Tapi entah kenapa aku sesekali memikirkan Difa yang dari dulu aku kagumi. Apa ini sudah saatnya aku melupakan dia? Lagian dia juga tidak bakalan tau perasaanku selama ini padanya, batin Restu.
Difa namanya. Yang Restu kagumi sejak dulu lamanya, tapi enggan mengungkapkan perasaan padanya. Defa memang tidak satu sekolah dengannya, yang membuat Restu sesekali kepikiran dengannya.
Dia sekolah di SMA Bakti yang cukup jauh dengan sekolah Restu tapi rumahnya tidak terlalu jauh.Restu sejak kecil sudah menyukai difa sampai sekarang masih ada perasaan. Tapi difa tidak mengetahui perasaannya.
Mungkin ini sudah saatnya gw melupakan dia. Masih banyak perempuan diluar sana. Mulai detik ini juga gw bakal lupain dia dan mulai buka hati untuk orang lain.
"Sudah malam Res, tidur sana nanti besok kalo kesiangan gimana. Cepet Sana masuk trus langsung tidur. Diluar dingin nanti masuk angin." Ucap ibu Restu menyuruh anaknya istirahat.
Restu berbaring ditempat tidurnya. Rasanya dia masih ragu dengan keputusannya untuk melupakan Difa dari hatinya dan pikirannya.
Kemudian Restu terlelap dalam tidurnya.
Engkaulah pemilik segalanya. Hanya pada-Mulah hamba mengadu. Baru kali ini hamba merasa bingung dengan perasaan ini. Berikanlah petunjuk pada hambamu ini yang mengharapkan yang terbaik. Engkaulah yang membolak-balikan hati ini, hanya kepadamu aku meminta petunjuk.
Restu berdo'a di sepertiga malam meminta petunjuk pada Rab-nya, mencurahkan isi hatinya dengan panjang. Membuat hatinya yang gelisah menjadi tenang.
***
Restu menggenggam erat-erat pulpen yang ada ditangannya, memikirkan perasaannya yang sulit dimengerti. Dalam hati kecilnya tidak sanggup melupakan perempuan yang dari kecil ia sukai, dan kini ingin melupakan begitu saja. Tanpa lelah, matanya mengawasi jarum jam yang kini sudah menunjukkan jam istirahat.
"Woyy nglamun aja lo dari tadi, mikirin apa emang sampe segitunya," ucap Maul dengan nada keras, karena melihat Restu sejak tadi melamun.
"Gw lagi bingung dengan perasaan gw sendiri." Jawab Restu lirih, sambil memainkan pulpen yang dari tadi ditangannya.
"Ngga kaya biasanya Lo Res" gumam Ainun.
"Nun tu ada yang cari Lo tuh diluar" panggil Hasan salah satu teman kelasnya.
"Siapa San?"
"Liza.."
"Oke gw tinggal dulu yah dipanggil ama bebeb hehee" ucap Ainun pada ketiga temannya dengan mengangkat kedua alis matanya.
"Pacaran Mulu Lo Nun, sampe lupa sama kita-kita, huhh," balas Wawan kesal.
"Cabut ah males di kelas mulu" ucap Restu meninggalkan tempat duduknya.
Mereka pergi meninggalkan kelas menyusul Ainun yang lagi pacaran dengan Liza.
"Ayo Nun cabut" ucap Wawan dengan tangannya di masukkan kedalam saku celana.
"Aku tinggal dulu ya beb,"
Ainun mengikuti mereka "Mau kemana nih"
"Udah ikut ajah," sahut Maul datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
EMPAT SEKAWAN
Teen Fictionpersahabatan yang tak pernah terlupakan. Masa terindah adalah dimana kita berada dimasa putih abu-abu. Semua ada mulai dari tentang cinta, persahabatan, perkelahian, permusuhan semua ada. Manfaatkan masa mudamu sebaik mungkin, jadilah pelajaran yang...