Malam penuh kebingungan, Restu masih dengan memikirkan hal yang sama beberapa waktu ini. Restu membasuh mukanya di wastafel kamar mandi. Hari ini lelah yang ia rasakan, sekalian mengingat senyum seseorang pasti itu adalah senyum Anggun.
"Terangnya rembulan malam ini seperti wajah Anggun yang cantik membuat aku jatuh hati dengannya"
Restu menantap pantulan wajahnya di cermin. Wajahnya yang basah karena ia tadi membasuhnya untuk menyegarkan, yang seharian penuh di sekolah ia berfikir keras. Membuat ia teringat seseorang.
Apa perasaanku ini yang sebenarnya menyukai Anggun? Kenapa setiap kali melihat matanya, tampak ada rasa yang berbeda. Apa aku harus jujur tentang perasaanku ini padanya? Argghh sungguh bingung harus berbuat apa. Batin Restu dengan menatap wajahnya dari pantulan kaca.
Restu mendudukkan dirinya di kursi sebelah tempat tidurnya. Dengan di temani segelas kopi hitam yang tak terlalu pahit dan tidak terlalu manis. Sebenarnya ia tidak terlalu suka dengan kopi.
Kopi yang manis bagaikan orang menilai Restu dari sikapnya yang selalu happy, tanpa mengetahui hidup Restu yang sesungguhnya begitu pahit.
Kopi pahit halnya kehidupan Restu yang sesungguhnya. Hidup tanpa cobaan rasanya begitu hambar. Hidup tak selamanya berjalan lurusan Tanpa ada cobaan yang datang menerpa. Tidak ada gunanya hidup hanya enak-enakan saja.
Di Dunia ini semuanya tidak ada yang instan, melainkan butuh perjuangan.
Restu meminum kopinya, "Cinta memang membingungkan," decak Restu, mengacak-acak rambutnya setelah meletakkan kopinya di atas meja.
***
Terdengar sayup-sayup suara angin malam. Anggun yang sedang membaca buku, tidak sengaja membayangkan senyum Restu siang tadi. Wanita mana yang tidak mudah untuk jatuh hati dengan senyum Restu yang meracuni banyak kaum hawa. Sungguh tak pernah Anggun bayangkan sebelumnya. Salah satu mose Wanted di sekolah senyum ke arahnya.
"Tak menyangka Restu senyum begitu manis ke arahku. Mungkin jika ada perempuan yang melihat dia senyum padaku semuanya cemburu melihat fenomena itu," ucap Anggun lirih.
"Aku merasa tidak pantas jika Restu mencintai diriku, bahkan lebih tepatnya tidak akan mungkin jika semua itu terjadi. Tapi kenapa tatapan matanya seperti memberi harapan. Ada aura yang berbeda di matanya itu, membuat aku selalu terbayang-bayang. Apa dia sudah mempunyai... Ahh ngga mungkin ora kaya dia ngga punya pacar, pasti banyak cewenya." Batin Anggun.
Malam semakin larut, tak terasa pikiran Anggun hanya terbayang satu sosok yang ia kagumi.
***
Pagi yang cerah, sekolah dipenuhi dengan suara murid yang sedang tadarus membaca ayat-ayat Allah. Serempak kelas-kelas melakukan rutinitasnya sebelum memulai pelajaran.
Lantunan ayat suci Al-Quran menggema di seluruh ruang kelas. Dilantunkan dengan penuh keikhlasan para murid untuk mendapatkan ridho sang pencipta.
Lantunan Asmaul Husna juga menggema di kelas 12.6, kelas Empat Sekawan belajar. Dilantunkannya nama-nama Allah yang indah, membuat semuanya khusyuk dalam melantunkannya. Sudah menjadi rutinitas bagi semua murid di sini, sebelum memulai pelajaran. Tak ketinggalan pula setelah selesai tadarus Al-Qur'an dan melantunkan nama-nama Allah, dilanjut dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia, lagu nasional dan mars atau hymne SMA. Sebagai penerus bangsa yang harus menghargai perjuangan para pahlawan yang telah gugur mendahului.
Begitupun Empat Sekawan, mereka fokus dengan pelajarannya. Guru sibuk menjelaskan pada muridnya.
"Semuanya sudah paham??" Tanya guru pada semua seisi kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
EMPAT SEKAWAN
Teen Fictionpersahabatan yang tak pernah terlupakan. Masa terindah adalah dimana kita berada dimasa putih abu-abu. Semua ada mulai dari tentang cinta, persahabatan, perkelahian, permusuhan semua ada. Manfaatkan masa mudamu sebaik mungkin, jadilah pelajaran yang...