Sudah dua minggu sejak sekolah dimulai dan sudah memberikan sakit kepala untuk Parm dari kelas dengan diberi PR atau tugas. Untungnya dia punya dua teman baru yang juga ikut sakit kepala dengannya. Kegiatan ekstrakurikuler, seperti klub, belum juga secara resmi dimulai. Kegiatan klub butuh waktu untuk beberapa hari minggu ke depan.
Saat itu jam 10 malam. Parm membuka buku pelajaran Ekonomi Mikro yang tebal di atas meja dan meletakkan kepalanya di atasnya. Kemudian dia menyalakan komputernya dan masuk ke media sosial berwarna biru yang terkenal. Kursor dipindahkan untuk meng-klik halaman "Klub Renang", yang, tentu saja, dia sudah semacam pengagum rahasia dan mengunjungi halaman ini setiap hari. Dia melihat beberapa foto dari klub penggemar, khususnya di wajah presiden klub. Parm tersenyum kecil dan menggunakan tangannya untuk menyentuh layar. Detak jantungnya terus meningkat setiap kali dia melihat foto Dean. Sebenarnya, dia tahu akun Dean, tapi dia tidak cukup berani untuk menambahkannya sebagai 'teman'. Parm tidak bisa menjelaskan perasaannya. Sangat senang melihatnya, tetapi juga takut melihatnya. Jadi pada akhirnya, ini adalah satu-satunya solusi... Menguntitnya secara online. 1
"Kenapa aku merasa sedih setiap kali aku melihat wajah ini?"
Parm sedang berbicara kepada dirinya sendiri dan mengetik nama Dean untuk mengakses akun Facebook-nya. P' Dean tidak memposting banyak. Sebagian besar adalah foto dirinya yang ditandai dari temannya.
Sebagian besar fotonya adalah foto yang diambil ketika dia tidak melihat ke kamera. Lebih mirip foto candid. Matanya tampak begitu kosong. Orang bisa melihatnya dari gambar. Banyak teman-temannya yang menandai foto-fotonya juga meninggalkan beberapa keterangan seperti "Siapa yang kamu cari?"
Note: Di Thailand, kalimat ini dapat 'juga' diartikan sebagai 'Apa yang kamu lihat?' tapi penulis lebih suka arti yang ini, ini adalah kalimat Thailand yang dapat digunakan lebih dari satu arti.
Parm menyimpan foto-foto baru itu ke dalam hard drive dan mematikan komputernya sebelum mematikan lampu dan merangkak ke tempat tidurnya. Detak jantungnya masih berdebar kencang dan wajahnya seperti terbakar. Dia merasa sangat malu bersikap seperti gadis remaja yang naksir cowok untuk pertama kalinya. Dan jika MaNow dan Team tahu bahwa dia tergila-gila pada P'Dean, mereka pasti akan terus menggodaku.
"Cukup... Cukup... Sudah, pergi tidur. Ai Parm."
Dia menampar pipinya dengan lembut dan meremas matanya. Berusaha tidak memikirkan lelaki yang sedang melamun ini dan berhasil. Akhirnya Parm tertidur.
"P'Korn... Bagaimana jika..."
Wajah yang cerah dan menyenangkan menatap seorang pria di sebelahnya, yang memegang tangannya dan keduanya bersantai sambil mencelupkan kaki mereka ke kolam renang.
"Bagaimana jika?"
Korn mengangkat alisnya.
"Bagaimana jika kita kembali ke kehidupan berikutnya, akankah kita bertemu lagi?"
Korn berkedip lalu menjentikkan jarinya di dahi In.
"Kamu terlalu banyak menonton Drama TV."
"Ouchhhh"
In mengusap dahinya.
"Ayolah... katakan padaku apa pendapatmu?"
Mata yang tajam tetapi penuh cinta dan kasih sayang yang lembut itu menatap In.
"Tentu saja, kita akan menemukan satu sama lain."
"Benarkah? Menurutmu begitu?"
In pura-pura membuat wajah terkejut.
"Ya."
Korn meremas tangan mungil itu dengan erat.
"Kita akan saling mencari satu sama lain sampai kita bertemu lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTIL WE MEET AGAIN THE SERIES - TRANSLITE INDONESIA
RomanceTerjemahan bahasa indonesia Novel Red Threads oleh LazySheep yang segera diadaptasi menjadi series Until We Meet Again oleh P'New (wabi sabi studio). Mohon maaf jika ada kesalahan dalam pengetikan. Tokoh : • Fluke Pongsatorn Sripinta Parm [Reincarn...