Family (Keluarga)
Aroma jamur payung menguar di dalam kamar apartemen. pagi ini, sang pemilik kamar masih menjamu tamu tetapnya dengan sarapan sehat.
Dean duduk menatap nong yang berjalan kesana kemari menangani dapur dengan cekatan. Dia tersenyum saat melihat cowok kecil itu mencicipi lalu tersenyum manis. sekejap saja nasi kukus sudah matang dan terhidang di meja.
"enak" dengan suara rendah berkata saat dia memakannya. kalimat pertama yang terucap bukan hanya untuk menyanjung, tapi memang benar enak "Pham pandai memasak makanan enak"
orang yang melihat tersenyum malu-malu sambil berkata ragu "sebenarnya aku ingin membuka restoran. meneruskan toko yang pernah ditutup oleh ibuku"
"aww, lalu kenapa kamu kuliah jurusan ekonomi?" tanya Dean sambil mengunyah makanannya.
"keinginan ayahku, dan aku juga menyukainya" mata cerah itu saling menatap "ayahku sudah meninggal jadi aku ingin melakukan sesuatu untuknya" suaranya mulai meningkat saat si pendengar sedang makan.
Dean mengakui kalau dia mulai kecanduan makanan buatan Pham, sungguh.
"jadi phi Dean keturunan mana?"
"ibuku timur tengah, aku rasa ada banyak ras, tapi aku belum pernah bertemu keluarga ibuku. ibuku tidak punya saudara. sedangkan untuk warna mata" dia mendekatkan wajahnya sampai membuat cowok kecil itu terkejut dan mundur sedikit "sepertinya warnanya dominan dari pihak nenekku. mungkin karena pigmen tertentu jadi baik ibuku maupun adikku semuanya warnanya seperti ini" dia menjelaskan sambil memencet hidung mancungnya "apa kamu takut seperti anak-anak saat orang bilang mataku seperti mata hantu?"
Pham menggelengkan kepalanya "aku suka!! eemm.... suka matamu phi" dengan suara terbata "seperti permata yang indah"
Cowok tinggi itu mengangkat alisnya kaget "Pham adalah orang pertama yang mengatakan itu. terima kasih"
cowok kecil itu tersenyum. dia sangat menyukai mata Phi Dean. kalau bukan karena malu, dia akan terus menatapnya sepanjang hari. "eh, apa phi pernah terluka di pelipis?"
Tangan besar Dean menyentuh pelipisnya dengan ujung jarinya perlahan "bukan, ini tanda lahir"
"kalau tidak diperhatikan, tidak akan terlihat. aku juga punya ini" Pham menyibak rambutnya dan menunjukkan pelipisnya. "ibuku bilang pernah ada peramal yang mengatakan kalau ini adalah sesuatu dari kehidupan sebelumnya. saat ada tanda lahir di pelipis aku tidak habis pikir apa yang telah aku lakukan di kehidupan sebelumnya sampai ada tanda di pelipis" dia tertawa sambil menyendok nasi lagi ke piring Phi Dean. dia sekarang tahu kalau phi Dean makan banyak jadi dia melakukannya tanpa diminta.
setelah piringnya penuh, dia menoleh pada orang yang mendengarkan ceritanya.
"lalu suatu hari adikku pergi nonton film dan mulutnya menganga tak percaya. dia mengatakan padaku kalau luka seperti ini adalah tanda bekas tembakan ..."
Cowok kecil itu terdiam, beberapa gambaran tiba-tiba muncul. suata tangisan menyayat hati. air mata yang membanjiri wajah. seseorang berdiri menatap lurus padanya dan bibirnya bergerak pelan mengatakan ...
Phi ... mencintai... In
phi Korn!!!
dor!!!prang!!
"hiks" semangkuk nasi panas terjatuh di lantai. cowok tinggi itu segera bangkit dan menghampirinya. Dean menarik tubuh yang berdiri gemetar ke dalam pelukannya.
"cup tenanglah tenang" tangan besarnya yang hangat mengusap punggung orang di pelukannya, menenangkan dan membuat nyaman orang yang berada didalam pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTIL WE MEET AGAIN THE SERIES - TRANSLITE INDONESIA
RomanceTerjemahan bahasa indonesia Novel Red Threads oleh LazySheep yang segera diadaptasi menjadi series Until We Meet Again oleh P'New (wabi sabi studio). Mohon maaf jika ada kesalahan dalam pengetikan. Tokoh : • Fluke Pongsatorn Sripinta Parm [Reincarn...