Bagian 1

3.4K 104 3
                                    

Aku ingin menikahimu. Bisikan Fandi itu membuatku ternganga. Aku sudah menduga Fandi akan mengatakan hal ini. Yang tidak kuduga adalah, ia mengatakannya secepat ini.

"Menurutmu ini terlalu cepat?" tanyanya sambil menatapku. Mungkin pikiranku terbaca olehnya.

Aku tergagap. "Ehm. Iya," jawabku. "Kita baru dua kali ketemu."

"Dua kali?" dahi Fandi berkerut. "Aku bahkan nggak bisa lagi menghitung berapa kali kita ketemu."

Ya. Memang begitulah yang sebenarnya. Bukan hanya dia, aku juga tak bisa lagi menghitung telah berapa kali kami bertemu. Fandi bukan orang asing bagiku. Ia teman baik Jonas, kakakku, semasa kuliah. Tak terhitung berapa kali Fandi menginap di rumah kami saat mereka harus lembur mengerjakan tugas kuliah. Tetapi itu dulu. Hampir dua puluh tahun lalu.

"Itu dulu, Fan," kataku. "Waktu kita masih muda. Sekarang keadaannya sudah beda. Jadi kupikir kita butuh waktu untuk saling mengenal lagi."

Sunyi. Kami sama-sama berdiam diri. Kulirik Fandi mengangguk-angguk kepalanya perlahan. Mestinya ia memahami maksudku.

Betapa sulitnya berbicara dengannya kini. Sangat berbeda dengan dulu saat kami sama-sama masih muda. Banyak hal yang dulu bisa kami obrolkan. Soal lagu yang sedang hits, novel-novel terbaru, tempat nongkrong anak muda, sampai hal-hal sepele seperti cerita tentang kampung halamannya dan hobi kami berdua. Kami tak perlu berpikir keras untuk mencari bahan obrolan. Bahkan mungkin kami tidak pernah memikirkan apa yang harus kami obrolkan.

Aku kini bukan lagi Kinara, gadis muda yang konyol dan manja. Meski Fandi tetap memanggilku Kinara, tetapi aku kini adalah ibu dari seorang gadis yang hampir remaja. Lebih dari itu, aku adalah seorang janda. Aku dan suamiku berpisah beberapa tahun lalu.

Fandi sendiri juga bukan lagi anak rantau yang terkadang harus menumpang makan pada ibuku, karena kehabisan uang saku. Fandi adalah ayah dua anak laki-laki yang harus menjadi orangtua tunggal sejak setahun lalu karena isterinya meninggal.

Meski kini kami bertemu di tempat yang sama, di rumah orangtuaku, tetapi segalanya telah berubah dan terasa berbeda. Bahkan rumah ini pun tak lagi sama. Aku sudah merenovasinya sehingga tak banyak meninggalkan jejak sebagai rumah tua.

Balajar Mencintaimu (Cerpen Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang