Handphone-ku berdering. Dari Fandi. Terlintas pikiran untuk tidak menerima panggilan itu. Tetapi kupikir tak ada gunanya menunda. Hanya akan menambah beban pikiran saja. Jadi dengan enggan kuterima panggilan itu.
"Halo," kataku.
"Sudah kamu pertimbangkan lamaranku?" tanya Fandi tanpa berbasa-basi.
Aku menarik napas dalam-dalam. "Ya," jawabku datar.
"Apa jawabanmu?"
"Maaf, Fan..."
"Lamaranku nggak kamu terima?" sahut Fandi. Ada nada getir dalam suaranya.
"Maaf, Fan," kataku sekali lagi.
"Kenapa? Karena Yuma?" Suaranya bergetar. Mungkin campuran rasa sedih dan cemburu. "Dulu aku kalah dari dia. Sekarang pun ternyata aku nggak bisa mengalahkannya."
"Fan..."
"Apa kamu nggak bisa sedikit saja mencintaiku, Kin?" tanyanya pahit.
Aku mengerjapkan mata. Bagaimana harus kujawab pertanyaannya? Kenyataannya aku memang tidak mencintainya.
"Semoga kali ini kamu tidak salah pilih," kata Fandi tajam sebelum memutus sambungan telepon.
Aku memejamkan mata. Air mata mulai berleleran. Sedih rasanya kembali mengecewakan Fandi, menyakiti hatinya. Tetapi mau bagaimana lagi?
Beberapa hari kemudian Jonas menghubungiku.
"Fandi sudah cerita semuanya, Kin. Kalian sudah lama saling kenal. Dia orang baik. Bisa mencintai dan memperlakukanmu dengan baik. Laki-laki macam apa lagi yang mau kamu cari? Kamu sudah cukup lama sendirian. Sudah waktunya mencari teman hidup lagi," sembur Jonas begitu aku berkata 'halo'.
Aku hanya bisa ternganga. Seperti mendapat serentetan tembakan tiba-tiba dan tidak sempat mengokang senjata..
"Kin! Kamu dengar aku?"
"Iya," jawabku.
"Fandi mencintaimu, Kin. Kamu bisa percaya itu."
"Nggak sesederhana itu, Jo."
"Apa? Kamu mau bilang kamu nggak mencintainya?" tanya Jonas. Suaranya meninggi. "Apa artinya cinta, kalau laki-laki yang kamu cintai selalu membuatmu kecewa?" lanjutnya.
"Jo!" aku mulai emosi. "Aku memang adikmu, tapi bukan berarti kamu bisa mengaturku. Ini hidupku, Jo."
"Oke," suara Jonas melembut. "Jangan mengail di air keruh, Kin."
Jonas mengakhiri teleponnya. Aku terduduk lemas di kursi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Balajar Mencintaimu (Cerpen Lengkap)
Short StorySebodoh-bodohnya keledai tak mau jatuh di lubang yang sama. Harusnya aku mendengar kata Jonas. Fandi lebih bisa dipercaya. Ia mencintaiku dan tak akan menyakitiku. Baru kusadari betapa bodohnya aku. Mestinya aku tak mempercayai omongan Yuma begitu s...