A/N: di prolog ini mau coba bawa pembaca ikut masuk dalam cerita. Jadi pakai sudut pandang pembaca yang jadi sahabat Jieun, lead female di cerita ini. Semoga bisa diikuti :)
.
.
.(Sudut pandangmu)
"Masuk .." Kamu mengundang Jieun untuk masuk ke rumahmu.
Jieun mengikutimu dan melepas sepatunya, tidak lama sebelum dia menggunakan sandal yang kamu berikan padanya. Dia mengikutimu ke kamar. "Di mana ibumu? Sangat sepi di sini .. "
“Dia pergi ke rumah sakit dengan adikku. Ini jadwal pemeriksaannya"
Jieun langsung merebahkan diri di tempat tidur dengan nyaman. Dia sering datang ke rumahmu hingga dia merasa kamarmu seperti miliknya. Kamu juga mengganti seragam dengan santai menjadi celana pendek dan T-shirt. Setelah selesai berganti, kamu bergabung dengan Jieun di tempat tidur. "Bukannya kamu ada kelas piano hari ini?"
Jieun menggelengkan kepalanya dengan lembut. "Kurasa aku tak bisa berkonsentrasi hari ini."
Kamu mengerutkan kening. "Kenapa?"
Jieun duduk menghadapmu. "Apa kamu pernah jatuh cinta?"
Kamu terkejut dengan pertanyaan itu, tetapi kemudian menertawakannya. "Kenapa tiba-tiba menanyakan pertanyaan itu?"
Jieun menghela nafas. "Aku pikir aku sedang jatuh cinta .."
Kamu tertawa lagi. Tentunya, Jieun memiliki banyak pengalaman atas nama cinta. Tetapi biasanya dia lah orang yang mendapat pengakuan itu dari laki-laki. Jieun banyak penggemarnya. Dia bahkan merengek tentang mereka yang memberikan perhatian ekstra, mengatakan kata-kata murahannya, atau berapa banyak cokelat dan bunga yang didapatnya pada hari Valentine. Dia tidak pernah memberikan minat yang sama kepada para lelaki itu.
Jadi, mendengarkan Jieun mengatakan bahwa dia jatuh cinta adalah hal yang jarang terjadi dalam hidupmu sebagai sahabatnya.
"Jangan tertawa, aku serius," kata Jieun padamu.
"Oke, maaf." Kamu mencoba menahan tawa dan menunjukkan wajah seriusmu. "Katakan apa yang terjadi secara detail."
Tetapi dengan itu, Jieun tampak sangat malu. Kamu tak pernah tahu sisi Jieun yang seperti ini sebelumnya. Dan kamu pun mulai berpikir bahwa ya, Jieun memang sedang jatuh cinta.
"Entahlah. Aku hanya merasa .. Aku tak bisa mengalihkan pandangan darinya. Aku selalu ingin bertemu dengannya. Aku selalu ingin mendengar suaranya. Aku merindukannya, bahkan sekarang. ”
Mendengarkan itu, kamu bergidik geli.
Tapi Jieun tidak berhenti. "Apa ini yang namanya cinta? Apa yang ku rasa ini cinta? Jika ini bukan cinta, lalu apa? "
Kamu tertawa lagi sebelum bertanya, "Siapa yang kau suka? Siapa lelaki yang membuatmu seperti ini, hah? "
Jieun terdiam.
"Yaa, ceritakan!" Kamu membujuknya untuk menjawab.
Tapi Jieun ragu-ragu. "Aku belum siap untuk memberitahumu. Kamu pasti kaget. "
Kamu bahkan sudah terkejut dengan kata-kata itu. “Aku pasti terkejut? Wah dia pasti seseorang yang tak terduga". Kamu mencoba menebak. "Yaa, setidaknya beri aku petunjuk." Kamu bergeser mendekat ke Jieun dan bertanya dengan pelan, "Apa dia ada di kelas kita?"
Jieun tiba-tiba mendongak, dan bahkan dari reaksi sederhana itu, kamu sudah bisa menyimpulkan bahwa dugaanmu benar. "Woah, jadi dia teman sekelas kita!"
Jieun menutupi wajahnya, merasa malu.
Melihat itu, kamu tertawa lagi. Tapi kali ini kamu tidak akan memaksanya untuk menyebutkan nama. "Oke, aku tak akan menanyakan namanya, Jieun ah. Tapi bagaimana kamu bisa menyukainya? Maksudku, dia pasti melakukan sesuatu untuk memenangkan hatimu, kan? ”
Dengan itu, Jieun tersenyum. "Aku tak tahu. Aku pun bingung bagaimana bisa aku menyukainya. Tentunya ini bukan cinta pada pandangan pertama. Perlahan, setelah kuperhatikan, aksi-aksinya yang sederhana dapat membuatku tersenyum. Hari demi hari, dia menjadi orang yang lebih baik semakin aku mengenalnya. ”
Mendengar itu, kamu bergidik geli lagi. "Ya Tuhan, kupikir telingaku berdarah."
"Aku tahu itu terdengar berlebihan, tapi itu yang sedang kurasakan sekarang, serius."
"Apa kamu tak sadar bahwa kata-kata itu persis sama dengan kata-kata yang penggemarmu katakan tentangmu? Bukannya kamu tak suka kata-kata seperti itu?" Kamu menggodanya lagi.
"Aku tahu. Aku tahu. Hanya saja ... ini berbeda.. aku.. " Jieun tak mampu menyelesaikan kalimatnya dan menutupi wajahnya lagi.
Dan secara alami, kamu tersenyum lebar. "Ya, sudah jelas, kamu sedang jatuh cinta."
"Jadi, apa yang harus aku lakukan sekarang?"
“Apa yang harus kamu lakukan? Mmm, apa kamu cukup berani untuk mengaku suka?”kami bertanya dengan santai.
Tapi Jieun memukulmu dengan bantal. "Kamu gila? Bagaimana aku bisa melakukan itu?? ”
“Kamu bisa mengatakan, ‘Hey, aku menyukaimu. Kamu mau jadi pacarku?' " Kamu menggoda Jieun, dan kamu suka melihat reaksinya.
"Itu tidak mudah .." Jieun menghela nafas. "Lagipula, aku takut. Bagaimana jika dia tidak merasakan hal yang sama? Bukankah akan menjadi canggung setelah itu? "
Kamu menghela napas sebelum mengangguk. Jieun benar. Karena lelaki itu adalah teman sekelasnya, maka akan jadi sangat canggung jika ternyata dia tidak merasakan hal yang sama.
"Jadi, harus bagaimana, uhm?" Jieun bertanya lagi.
"Aku tidak tahu .. Aku belum pernah jatuh cinta, jangan tanya aku!" Kamu tertawa.
Dan Jieun menghela napas. Dia tampak sangat bingung.
Melihat Jieun seperti itu, kamu tak bisa menahan diri untuk tertawa. Tapi di dalam hati, kamu mulai menebak siapa yang sudah membuat Jieun menjadi seperti ini.
Aaah, apa dia Jae? Sungjin? Wonpil? Atau Dowoon ?? Atau mungkin, Brian ???
#BGM: Day6 - What can I do?
KAMU SEDANG MEMBACA
What Should I Do?
FanfictionCerita tentang remaja yang jatuh cinta. Kecemasan tentang bagaimana mengungkapkannya sampai perasaan kecewa ketika mengetahui bahwa itu hanyalah cinta yang tak terbalas, membuat mereka bertanya pada diri sendiri, "Huh, harus bagaimana?" Cerita ini t...