- Prolog -

608 64 18
                                    

Cinta memang aneh, dia mampu membuat kita tak melihat kekurangan apapun dari seseorang, dan cinta mampu menyembunyikan kelemahan apapun yang kita punya. Aku selalu bertanya, bagaimana seseorang bisa begitu mudah mencintai bahkan sebelum mereka bertemu sama sekali?

Dan aku pun selalu bertanya-tanya, mengapa orang bisa jatuh cinta pada pandangan pertama? Seperti saat aku jatuh cinta padamu dengan begitu mudah, dan semuanya pun berakhir dengan mudah. Meninggalkan luka yang membuatku ingin menyerah untuk percaya lagi pada cinta.

Mungkin salahku karena pernah menyayangimu dengan sangat dalam, hingga akhirnya aku tenggelam dalam kesedihan yang tak berkesudahan. Aku ingin berhenti menganggap bahwa kau adalah orang yang berarti. Mulai saat ini aku akan berhenti memikirkanmu yang nyatanya hanya membuat sakit hati.

Tapi apakah bisa? Di saat kau sudah menjadi bagian dari keluargaku?

Aku masih tidak mengerti. Aku, kau, atau cinta yang salah? Aku masih berusaha untuk tidak menyesali keputusan yang telah aku ambil ini. Karena dengan memberimu ruang dalam hatiku akan memberi luka yang sangat dalam.

Bagaimana tidak? Kau yang berhasil menyita pikiranku datang membawa cinta yang bercabang. Kau sebenarnya milik orang lain.

Haruskah sekarang aku menyalahkan cinta? Karena rasa cintaku ini timbul di saat yang tidak tepat. Apa arti kehadiranku jika cinta hanya milik dua orang saja? Tak ada tempat bagi orang ketiga seperti aku.

"[Name], kau kemana saja? Kenapa aku tidak melihatmu ketika perberkatan pernikahanku dimulai?"

Ah, itu Tsumugi. Kakak angkatku, sekaligus orang yang sangat ingin aku benci saat ini. Tapi tidak bisa. Aku tidak bisa membencinya. Karena ini bukan salahnya. Ini murni salahku. Ya, salahku karena telah jatuh cinta pada pria yang sekarang berdiri di sampingnya seraya menggenggam tangannya.

Pria itu... Yaotome Gaku, yang saat ini telah resmi menjadi Kakak iparku.

Kenyataan itu membuatku ingin menangis dan berteriak sekeras-kerasnya. Kenapa? Kenapa cinta pertamaku harus kau, Gaku?

"Gomen, Onee-san. Aku tidak enak badan. Suasana yang ramai membuatku semakin pusing."

Kulihat Tsumugi-nee menatapku khawatir. Jangan menatapku seperti itu, kumohon. Yang kau lakukan membuatku semakin tidak bisa membencimu.

"Kalau begitu, lebih baik kau istirahat. Wajahmu juga pucat. Apakah perlu kupanggilkan dokter?"

Aku menggeleng mendengar kalimat Gaku yang sarat akan rasa khawatir. Oh, apakah aku mulai berhalusinasi sekarang? Atau mungkin telingaku yang salah dengar?

"Tidak perlu, Gaku-nii. Mungkin dengan tidur sebentar, pusingku akan hilang."

"Kau yakin?"

Aku mengangguk lagi. Kali ini dengan senyum yang susah payah aku tunjukkan pada mereka.

Rasanya sakit, sungguh.

Belum genap memiliki, tapi hati ini seperti dipaksa berhenti mencintai. Harapan sudah mencapai menara tertinggi, tapi terjatuh karena tahu bukan aku yang kau mau. Kornea seperti tercelik pada realita. Tadinya pinta bergegas menyapa pencipta agar lekas menyatukan kita. Tapi doa-doa itu menabrak dinding negeri utopia, menyadarkanku bahwa seharusnya angan-angan berhenti di sini saja agar tak menyakiti siapapun. Andai pertemuan kita tak berbentur pada garis segitiga yang menyatukan aku, kau, lalu dia pada sudut-sudutnya.

Tidak peduli seberapa keras aku ingin agar waktu berputar kembali, kurasa memang inilah yang terbaik. Aku dan kau berjalan di arah yang tak membuat segalanya menjadi pelik.

Aku akan mencoba membunuh perasaanku untukmu, Gaku. Meskipun itu sama artinya dengan membunuh separuh jiwaku.

################

A/N : Monmaap nih ya, aku up ngeduluin yang lain 😂😂😂
Abis gimana, otakku lagi dalam masa2 produktif buat ngehalu soalnya //ditabok

Wrong Time | Gaku x Reader [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang