Pernahkah kalian merasa sedih?
Merasa terpuruk dan sendiri.
Memiliki perasaan entah kenapa kalian hanya butuh berdiam diri, sendiri, dan kemudian menangis?Aku rasa semua orang pasti hampir pernah merasakan perasaan seperti itu. Ketika ada sebuah masalah, atau hanya karena suasana hati kalian yang sedang tidak baik.
Seperti aku saat ini. Ya, aku tau tidak ada gunanya menangisi sesuatu yang sudah terjadi. Tapi kadangkala dibutuhkan pelamliasan hanya untuk meringankan beban yang seolah menghimpit hingga membuatmu bahkan sulit untuk bernapas.
Tok tok tok
Aku sedikit tersentak saat seseorang mengetuk pintu kamarku. Dengan segera kuhapus airmataku dan berjalan ke arah pintu. Semoga siapapun orang di balik pintu itu tidak begitu memperhatikan wajahku yang menyedihkan ini.
Ceklek
Begitu pintu terbuka, aku tidak bisa menyembunyikan keterkejutanku mendapati Gaku berdiri dengan nampan berisi makanan di tangannya.
"Gaku-nii?"
Gaku tersenyum kecil sebelum berkata, "Bagaimana keadaanmu? Aku membawakanmu makanan karena kau tidak turun untuk sarapan tadi pagi."
"Maaf, aku bangun kesiangan. Kau tidak perlu repot-repot sampai membawakan makanan kesini, Gaku-nii." ucapku merasa tidak enak.
Ketika aku menerima nampan itu, tanpa sengaja tangan kami bersentuhan. Dan entah mataku yang salah lihat atau memang Gaku sedikit tersentak beberapa saat?
"Tsumugi sangat mengkhawatirkanmu. Dia tidak berhenti merisaukanmu dari semalam."
Ah, tentu saja Tsumugi-nee berada di balik semua ini. Jika tidak, mana mungkin Gaku mau repot-repot melakukan hal seperti ini hanya untuk adik iparnya?
Aku tersenyum miris dalam hati.
Adik ipar ya? Kenyataan itu entah kenapa membuatku ingin menagis lagi. Tapi aku tidak boleh cengeng. Aku harus mencoba untuk menerima kenyataan.
"Maaf membuat kalian khawatir. Aku sudah merasa lebih baik."
"Syukurlah."
Mataku membulat, dan aku tidak bisa menahan debaran jantungku yang mulai berdebar dengan cepat saat tangan Gaku terangkat dan mengelus puncak kepalaku.
Rasa sakit itu datang lagi.
"Eh? K-kenapa kau menangis?"
Menangis? Siapa? Aku?
Sebelah tanganku segera terangkat untuk menyentuh wajahku. Dan ternyata benar, ada airmata di sana. Aku bahkan tidak sadar sejak kapan airmata itu lolos dari kelopak mataku.
"A-apa aku menyakitimu?" tanya Gaku khawatir.
Menyakiti? Menyakiti dalam konteks apa? Jika yang kau maksud adalah menyakiti perasaanku, maka akan kujawab dengan ya, kau menyakitiku dengan sangat dalam. Tapi aku tau, pertanyaanmu tidak mengarah pada konteks seperti itu.
"Tidak. Mataku memang sedikit bermasalah akhir-akhir ini." Aku sedikit terkekeh, "Terimakasih untuk makanannya. Dan tolong katakan pada Tsumugi-nee bahwa dia tidak perlu khawatir. Aku baik-baik saja."
Gaku hanya mengangguk dalam diam. Karena merasa tidak ada yang perlu dikatakan lagi, aku segera pamit untuk kembali memasuki kamarku. Namun baru saja aku berbalik, suaranya kembali terdengar memanggil namaku.
"[Name] ..."
Aku kembali berbalik dan mendongak menatapnya. "Ya?"
Kulihat bibir Gaku terbuka sebelum kembali tertutup. Dia seperti hendak mengatakan sesuatu namun tampak sekali keraguan di wajahnya.
"Semoga lekas sembuh." ucapnya dengan senyum kecil sebelum berbalik dan berjalan menuju lantai bawah.
Aku terpaku.
Kenapa? Kenapa sesaat aku menemukan kesedihan di matanya?
Harusnya kau bahagia, Gaku. Karena kau akhirnya menikahi gadis yang kau cintai. Tapi kenapa aku tidak menemukan kebahagiaan itu di matamu? Kenapa justru hanya ada kesedihan dan keputusasaan disana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong Time | Gaku x Reader [END] ✔
Fanfic"Ketika cinta datang di waktu yang tidak tepat, apa yang harus kulakukan?" . . [Ainana Project] Fict ini adalah fict yang aku ikut sertakan dalam memeriahkan project perdana Grup i7 yang aku ikutin di WA. Enjoy and happy reading!