My Veranda - 20

2.2K 250 28
                                    

Shania sibuk memoles wajah Veranda yang masih terlihat bekas luka. Meski sedikit susah namun Shania mampu menyamarkan memar di wajah Veranda dengan sangat baik.

"berarti Naomi belum tau tentang Andi ?"

Veranda mengganguk, "Tapi Andi tau tentang Naomi"

"kok bisa sih ? Ngeri amat pak tua itu" gerutu Shania.

Veranda hanya diam. Setelah selesai di rias Shania Veranda langsung berganti baju.

"terus si Dianto gimana ? Mati atau enggak tuh manusia?" tanya Shania. Shania sudah tau tentang Veranda yang nyaris diperkosa Dianto dan temannya.

"gak tau mati atau enggak, tapi yang pasti kayu yang di pakai Naomi nyerang mereka patah" wajah Veranda meringgis ketika bercerita, dia sangat ingat betapa mengerikannya Naomi menghajar Dianto tanpa ampun.

"mati enggak, paling koma gitu" kata Shania.

Shania memperhatikan Veranda dari atas hingga bawah. Veranda terlihat sangat manis dengan menggunakan blouse putih dan jeans, tak lupa Veranda juga mengikat ekor kuda rambutnya. Shania memuji Veranda dalam hati, mungkin jika Naomi melihat penampilan Veranda sekarang ia yakin kalau Naomi pasti akan lupa bernafas.

"lo cantik amat, emang Naomi mau bawa lo kemana ?"

Veranda menggeleng tak tahu, "katanya dandan aja, dia gak ada cerita mau kemana"

"lo dandan cantik gini tapi dia kek gembel gimana ?"

"Shan...." Veranda mendelik tak suka.

"iyee ngerti, sensi banget manusia kesayangannya di ledekin" Veranda mendengus tak peduli.

"Apalagi yang ditunggu, orang tua kalian udah ngasih lampu hijau, gak ada niatan mau memulai duluan gitu ?"

Shania masih penasaran. Veranda sudah bercerita tentang kehadiran Naomi di rumah sakit hingga akhirnya Veranda menginap satu malam di rumah Naomi. Namun Veranda tidak menceritakan pasal ciuman tersebut.

"Shan, jalin hubungan gak semudah itu"

"mudah kok, lo aja yang bikin ribet. Nyokap lo aja udah nerima Naomi sebegitunya, bahkan lo sendiri cerita kalau adiknya Naomi senang banget sama lo"

"itu menurut lo, menurut gue ribet"

"ribet gimana, kemarin katanya kalau Naomi nembak lo langsung terima. Plis deh Veranda, jangan mempersulit keadaan yang sebenarnya mudah" kalimat Shania seperti berusaha menyerang Veranda.

Veranda hanya diam saja, dia lebih memilih membongkar tumpukan sepatu daripada bongkar mulut dengan Shania.

"atau jangan-jangan lo yang ragu buat maju?" tanya Shania memicingkan mata.

Veranda terdiam, tangannya mencengkram sepatu yang dia genggam. Melihat itu Shania kembali memojokan Veranda.

"Lo ribet banget jadi manusia, kalau hati lo udah yakin tinggal maju tak gentar. Kurang apa sih Naomi di mata lo ?"

"Gue yang banyak kurangnya !!"

Shania tersentak mendengar suara tinggi Veranda. Shania bisa melihat bahu Veranda naik turun seirama dengan hembusan nafasnya yang berat. Veranda duduk di pinggir ranjang, ia meletakkan sepatunya dan mulai menggunakannya.

"gue terlalu banyak celahnya beda sama Naomi. Kita terlalu berbeda"

Shania merasa bersalah sekarang, sepertinya kalimat yang ia gunakan sangat salah hingga membuat Veranda tersinggung. Keduanya terjebak keheningan selama beberapa menit sebelum akhirnya Shania kembali bicara.

My VerandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang