My Veranda - 34

1.9K 207 31
                                    

Demam Berdarah Dengue, begitulah kata dokter mengenai penyebab Naomi jatuh sakit. Belum lagi stress berat dan kelelahan menjadi faktor pendorong kondisi fisik Naomi bisa tiba-tiba drop dihari itu.

Dan sejak kejadian di temukan Karin dalam kondisi pingsan, ini sudah memasuki hari ketiga Naomi tidak sadar. Tentu semua orang menjadi panik, terutama para dokter yang terus ditekan oleh keluarga Naomi untuk rajin memantau kondisi si sulung yang ternyata cukup parah. Bahkan salah satu perawat di marahin Kinal hanya karena kelamaan mengganti cairan infus yang sudah habis.

Bagi orang lain, mungkin keluarga Naomi keterlaluan menekan para dokter dan perawat untuk bersiap 24 jam penuh mengawasi Naomi. Tapi mereka tidak peduli, mereka lebih takut kehilangan Naomi lebih dari apapun daripada memikirkan omongan miring orang-orang tentang mereka.

"Sin, kira-kira kakak lo kapan sadarnya yah ?" tanya Kinal menatap wajah Naomi yang masih terlelap.

Sinka yang duduk disebelah Kinal terlihat asik bermain game baru pemberian Kinal, dia hanya mengindikan bahu. "Tanyalah sama anaknya langsung, masih mau bangun atau enggak" kata Sinka tanpa menatap Kinal.

Kinal bangkit dari duduk, ia beranjak mendekati ranjang Naomi. Dengan tatapan bertanya ia terus memakukan tatapannya tidak terlepas dari Naomi. "Kira-kira apa yah, yang dirasakan orang yang gak sadar lebih dari 48jam ?"

Lebih dari 3 menit Sinka tidak menjawab pertanyaan Kinal, Sinka akhirnya menghentikan permainannya dan ikut berdiri disebelah Kinal.

"Mungkin Naomi lagi latihan meninggal" jawab Sinka santai.

"Heh, ini kakak lo"

"Ya lo sih nanya ada-ada aja. Gue aja paling lama bangun jam 3 sore udah syukur"

Keduanya kembali menatap Naomi dengan seksama. Hingga tiba-tiba Sinka nyeletuk suatu pendapat.

"mungkin sekarang Naomi lagi dibawa keliling Padang mahsyar" kata Sinka enteng.

Kinal menahan tawa mendengarnya. Sinka sama saja dengan Naomi, mulutnya terlalu ajaib apabila sudah berbicara.

Ibu jari dan telunjuk Sinka tiba-tiba menjepit hidung Naomi hingga alat EKG (Alat rekam jantung) mulai berbunyi nyaring membuat Kinal langsung panik.

"astaga Sinka ! bisa mati kakak lo !!" serunya. Kinal langsung menepak dengan keras punggung tangan Sinka.

"Sakit wooee"

"Candaan lo ngeri, tuh kakak lo bisa mati beneran yang ada"

"gue mau coba aja, dia ini beneran masih gak sadar atau udah sadar dari kemarin tapi malas bangun" Sinka berkilah.

"Ya tapi gak dijepit juga hidungnya, kalo kakak lo gak nafas gimana" Kinal begitu gemas menghadapi Sinka.

"Ya dia bodoh, nafas aja lupa"

Sinka tiba-tiba mencubit pipi Naomi, tidak terlalu kuat namun cukup membuat Kinal semakin panik.
"Lo mentang-mentang orangnya lagi gak sadar seenaknya nyiksa dia" kata Kinal kesal.

Sinka berdecak, "Udah dibilangin gue cuman mau coba aja"

Bagai menemukan bola lampu yang tiba-tiba bersinar dikepalanya, Sinka memiliki ide untuk mencoba membangunkan Naomi. "Gue punya cara biar anaknya bangun"

"Ahh males gue, cara lo beneran diluar nalar"

Sinka tidak menjawab, justu dia tersenyum penuh misteri memancing rasa penasaran Kinal.

Sinka sedikit menundukkan kepalanya kearah wajah Naomi. Ia mendekatkan mulutnya ketelinga, Sebentar Sinka menelan ludahnya, berusaha mengubah suaranya menjadi sedikit berat dan ia membisikan suatu kata.

My VerandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang