Lalu tanganku tergerak atas dorongan hati dan pikiranku begitu saja. Aku mengusap kepalanya, aku raih kepalanya dengan hati- hati dan aku lepaskan kerudung yang menutupi rambutnya.
Aku menatapnya dengan kekaguman yang tak terbendung, Zara menatapku dengan binar matanya namun kemudian tertunduk. Refleks mataku menyusuri dirinya. Gaun putih yang indah itu terlihat cukup jelas sedikit transparan setelah tidak ada jarak antara diriku dan Zara seperti ini. Dan keindahan rambutnya yang sulit kugambarkan betapa indahnya tiada bandingnya. Hitam memikat, lebat dan panjang se siku lengan, indah sekali. Sangat cocok dengan bentuk wajah cantik mempesonanya.
Naluri alamiahku menggeliat. Aku tidak pernah menyangka bisa merasakan hal yang tidak sanggup kubayangkan seperti inilah rasanya. Aku raih wajah Zara yang tertunduk, jemariku menyusuri wajah indahnya, dan binar matanya yang membuat kebahagiaan tiada tara.
"Zara, kau sangat cantik sekali" aku mengucap. Zara hanya tersenyum yang malah semakin meluluhkan hatiku saja. Kemudian dia berkata "Engkau tampan yang kukagumi, kepribadianmu yang aku cukup tahu dan bagaimana engkau menggunakan waktu hidupmu, sayang" Masya Allah,, ya Rabb,,
"Kenapa engkau bisa mengagumiku, menerimaku, dan mencintaiku?! Aku hanyalah satu dari sekian yang bisa kamu pilih mana yang terbaik". Aku mengucap.
"Itu yang seharusnya aku tanyakan. Mengapa engkau menjatuhkan pilihan untuk mengajakku bertaaruf ? aku yakin perempuan yang kamu tahu tidak hanya aku, pun dari segi kecantikan, apalah aku" Ucap Zara.
"Kau cantik tiada bandingannya. Tidak ada seorangpun dari yang aku kenal. Hanya kamu yang terindah. Fisikmu indah dan yang membuat kecantikanmu berkilau adalah kelembutanmu sekaligus ceria, anggun dan santun dalam waktu bersamaan. Engkau juga konsisten di jalur ibadah. Engkau mampu menahan dirimu selama taaruf menghadapi segala sikap jaga jarak-ku. Yang bagiku aku merasa takut kau terluka karena sikap penjagaanku itu. Tapi kau tidak. Engkau seakan mengerti isi hatiku" Semua meluncur dari mulutku dengan mata dan hatiku tidak beranjak dari sosok Zara dihadapanku.
"Sayang, aku serius dan bersemangat menjalani taaruf bersamamu. Karena aku tidak ingin kehilanganmu. Seseorang yang aku kagumi. Semakin engkau menjaga dirimu semakin yakin aku padamu. Tidak ada perasaan sakit hati atau kecewa ketika engkau menjaga diri demikian rapatnya. Yang ada Allah memberiku rasa cinta yang terus bertambah dan nyatanya Allah merestui kita"
"Ketampanan mu adalah impianku, ketampanan yang tidak sekedar tampan, tapi ada sosok imam yang selama ini aku impikan, dan itu kamu Ardy, tidak ada yang lainnya"
Sejujurnya di zaman sekarang ini terasa hari berganti demikian cepat, pun detik, menit dan jam. Tapi entah kenapa malam ini panjang yang ku rasakan. Sangat panjang dan kunikmati sepanjang malam ini. Rupanya semesta juga turut merayakan pernikahanku dengan Zara.
Sayangku, Zahra Anataya Kinara, aku milikmu seutuhnya dan kita akan selalu seperti ini selamanya. Sehidup sesyurga bersamamu, dan anak – anak kita,,,,,,,,
KAMU SEDANG MEMBACA
From Taaruf With Love
RomanceYa, moment tersebut sebetulnya kami nantikan, bersentuhan pertama kali. Saling mengungkap perasaan cinta dan kasih sayang yang selama ini kami simpan dalam- dalam. Tak terkira akan sebegitu dahsyat rasanya, gugup, gemetar, haru dan bahagia menjadi s...