Aku Menyandarkan diri pada salah satu sisi punggung kasur. Memainkan kedua lengan dan jemari yang refleks menggambarkan kondisi hatiku yang entahlah, gejolak yang tidak terdeskripsi dengan kata dan kalimat.
Padahal hati dan raga ini sudah rileks setelah tadi aku dan Zara solat isya berjamaah, untuk pertama kali nya (untuk menggambarkan ini saja sudah sulit dirangkai) dan solat sunah berjamaah sebagai pembuka kami sudah saling memiliki.
Malam cukup penat setelah kami melewati hari yang panjang dari prosesi akad di pagi hari hingga resepsi di malam hari. Dan saat ini jam di kamar hotel sudah menunjukkan waktu pukul 23.00 WIB. Banyak cerita menarik dan akan terkenang sepanjang masa saat akad, tapi nantilah akan kuceritakan. Tidak sekarang.
Yang paling menarik saat ini adalah aku menanti hadirnya Zara, muncul dari balik kamar mandi. Aku menanti dengan gugupnya tak tau harus memulai apa.
Tidak pernah membayangkan aku yang selalu mengganggap diriku tidak percaya diri ini, yang tidak pernah memikirkan akan berjodoh dengan seorang wanita yang secantik dan seindah bidadari. Kini dia hadir di hadapanku. Gaun tidur berwarna putih yang membalut tubuh indahnya, ya tubuh indahnya, tidak pernah terpikir pula aku akan bertatap berhadapan dengan tubuh indah perempuan, setidaknya tidak secepat ini.
Rambutnya masih tertutup kain kerudung, yang direkatkan cukup untuk menutup rambutnya. Ya bahkan saat solat jamaah tadi aku belum melihatnya, karena setelah berwudhu Zara langsung memakai mukena nya. Ya aku cukup sabar menanti dan tetap saja aku hanyalah seorang pria biasa dengan segala fitrahnya.
She's smile away looking at me, senyum lembut nan ceria dan wajah cantik berseri itu. Aku termangu dan entahlah ekspresiku, tidak menyangka dia di hadapanku dan status kami pun sudah suami istri sekarang.
Seluruh jiwa ragaku rupanya punya sensor refleksnya yang tidak bisa kukendalikan, tiba2 aku berdiri dan menggerakan tangan (melambaikan tangan) padanya agar mendekat kearahku.
"Zara,,,," dan aku berkata, memanggilnya. Dia tersenyum manis, cantik sekali. Kecantikan yang selama ini tidak pernah ku sanggup bermimpi akan kumiliki.
Dia menghampiriku, tapi,,,,,, memilih untuk duduk di kasur lalu menyenderkan diri di punggung kasur, dan aku duduk disampingnya.
"Ardy,,," xixixi (Zara membuka obrolan dan tertawa cekikik dan langsung menular padaku) :D
"cerita dong, banyak hal yang aku penasaran saat masa taaruf kita, sangat penasaran hingga ku tak sabar menanti hari aku sah menjadi istrimu"
"cerita apa sayang,,,, aku juga ingin bertanya banyak hal, sama sepertimu". Ya bahkan kata sapaan "sayang" juga meluncur dari mulut ku dan tak terkendali.
"sayang,,,,,," Zara juga memanggilku demikian, disertai senyum yang indah itu, menghipnotisku bahkan dari sejak awal kita bertemu. Mata kami tentu saja saling bertubrukan, hati dan raga yang tak kuasa bahagia nya dalam diriku.
"menurutmu siapa yang pertama kali jatuh cinta, aku atau kamu" Zara memulai
"sepertinya kamu sayang" aku menjawab dengan isengnya yang berujung dia memukul lenganku, gemas.
"hmmmm, iyain aja deh aku memang sudah deg2an sejak awal bertemu, penasaran seperti apakah sosokmu" Zara membalas tak disangka, dan mata indahnya yang berbinar.
Lalu tanganku tergerak atas dorongan hati dan pikiranku begitu saja. Aku mengusap kepalanya, aku raih kepalanya dengan hati- hati dan aku lepaskan kerudung yangmenutupi rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Taaruf With Love
RomanceYa, moment tersebut sebetulnya kami nantikan, bersentuhan pertama kali. Saling mengungkap perasaan cinta dan kasih sayang yang selama ini kami simpan dalam- dalam. Tak terkira akan sebegitu dahsyat rasanya, gugup, gemetar, haru dan bahagia menjadi s...