Rush Hour ? (Zara's PoV)

98 0 0
                                    

Setibanya di kamar hotel aku bergegas berbenah dan membersihkan diri ke kamar mandi. Lebih tepatnya mengambil air wudhu. Karena Ardy sudah menungguku lengkap dengan peci di kepala dan kain sarung yang membalut setengah badannya serta kaos singlet putih polos itu, berdiri di atas sajadah terhampar. Penampilan Ardy yang seperti ini adalah salah satu yang membuat hati dan mataku tertegun, terpesona. Begitu indah dan adem nya ciptaan Tuhan. Indah karena ketampanannya melesat bagai pesawat terbang kertas yang diterbangkan hehe, adem karena memang aura Ardy yang adem.

Don't asked me why, but i have seen him before on that outlook, yess Ardy, that guy who's grab all of my life.

Aku mulai memutar otak dan berfikir ulang. Ya Allah ini adalah malam pertamaku bersama Ardy, apalah dayaku dan apa yang harus kulakukan. Bahkan bersentuhan saja baru pertamakali sejak akad tadi pagi. Seketika aku merasa lega ketika kulihat mukena menggantung pada capstock di balik pintu kamar mandi. Aku lupa tadi aku sempat – sempatnya membawa mukena itu. Aku langsung memakainya ada perasaan lega entah kenapa ketika rambutku akhirnya aman dengan mukena.

Aku ingin Ardy yang membukanya sendiri, dengan tangannya sendiri membuka kain penutup rambutku. Untuk pertama kali nya.

Kami solat isya berjamaah, malam sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB. Setelah itu solat sunnah ba'da isya, dan solat sunnah khusus untuk memulai hubungan seperti yang telah Ardy ajarkan padaku "Zara, sebelum berhubungan ada solat sunnah dan doa sunnah yang harus kita panjatkan" . Kurang lebih seperti ini :

BISMILLAH, ALLAHUMMA JANNIBNAS-SYAITHAAN WA JANNIBIS-SYAITHAANA MAA RAZAQ-TANAA

Yang artinya : "Dengan (menyebut) nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezeki (janin) yang Engkau anugerahkan kepada kami" (HR. Bukhari)

And after that, tenang saja aku bukanlah gadis kaku yang tak mengerti bagaimana memberi kejutan, haha, aku tetaplah aku seorang gadis muslimah yang suatu hari dalam masa taaruf kami, Ardy menggambarkan diriku sebagai sosok yang ceria nan lembut dan santun (ini Ardy yang nulis ya (iya nulis, tidak berkata langsung). Ya itulah aku.

Aku bergegas ke kamar mandi masih dengan mukena ku. Dan aku bersiap diri "mengemasi" diriku dengan gaun tidur yang sudah kupilih dan kupersiapkan, yang sudah kulakukan jauh hari dalam masa persiapan pernikahan kami, hehe. Aku mengerling sambil memakaikan kerudungku. Ya ini kejutanku.

Aku menghampirinya dan duduk di salah satu sisi kasur, di sampingnya, menyandarkan diri. Aku sempat menggodanya dengan bilang kalau aku lah yang jatuh cinta lebih dulu, itu karena dia dengan isengnya mendahuluiku mengatakan bahwa aku (ya aku) yang lebih dulu jatuh cinta, sigh !!! Gotcha Zara!!. Semakin Ardy seperti itu semakin dalam dirimu bergejolak bahagia memilikinya.

Ardy berhasil melepas kerudungku yang lalu meluruh begitu saja jatuh dari kepalaku. Deg. Zara, satu keinginanmu berhasil.

Aku menatap Ardy dalam-dalam, sulit aku lakukan, karena kemudian pertahananku runtuh, aku tertunduk. Aku terlalu malu dan merona. Sadar dihadapanku adalah Ardy seseorang yang aku pilih untuk menjadi imamku,seseorang yang aku kagumi dan karena itulah aku menjalani taarufku dengan serius dan alhamdulillah nyata nya Allah merestui.

From Taaruf With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang