Bagian ke~29

1.6K 105 0
                                    


Aku memilih untuk berubah.

Ali

____

Satu minggu telah berlalu, suasana pun kembali seperti semula. Dalam beberapa hari terakhir, Tiara kembali ke Bandung. Ali kadang juga merindukan gadis itu. Namun sudah cukup, Ali harus berubah dan bisa melupakan Keyra dan semua gadis yang pernah ia sakiti.

Dengan setelan sekolahnya, Ali sudah siap dan langsung menemui keluarganya di meja makan, Adik perempuannya pun kembali ke jakarta, dan melanjutkan sekolahnya di kota itu.

"Kakak!" teriakan gadis itu membuat Ali menggeleng sambil mengecup kening adiknya sayang lalu tersenyum dan duduk di sebelahnya.

"Makan yang banyak, dan volume suara kamu itu di kurangin Tasya." Resi pun menyendokkan nasi goreng ke piring Ali.

"Makasih, Ma." Kata Ali dan tersenyum.

"...Jadi, Adik mau sekolah di sekolahku, Ma?" tanya Ali sedikit menoleh ke arah Tasya.

"Iya, Li. Kamu kan harus jagain adikmu." Jawab Resi.

Ali mengangguk, gadis itu pun bersuara, "denger tuh kak." Cerocos gadis itu.

"Iya, bawel."

***

Prilly memasuki kelas bersama kedua sahabatnya. Hari-hari sedihnya pun sudah berlalu. Ia juga sudah melupakan Kevin-cinta pertamanya. Tapi, melupakan bukan berarti menjauh, mereka masih berteman seperti biasa.

"Pi, lo kelihatannya makin dekat aja ya sama Ali!" kata Tesa sambil bertopang dagu.

"Iya tuh, teman lo juga kayaknya udah lupain kakel ganteng itu." Dita menimpali sambil tersenyum meledek.

"Ih, apaan sih lo berdua." Prilly berucap malu-malu.

"Pake malu lagi," cibir Tesa.

"Duh, pipinya." Dita mencubit Pipi cubby gadis itu.

Prilly bangkit, "pada ngaur deh." Katanya lalu pergi meninggalkan kelas.

Kedua gadis itu pun tersenyum tipis menatap kepergian Prilly.

***

Prilly berjalan menyusuri koridor tanpa tujuan, sampai ia tak sengaja bertubrukan dengan seorang gadis. Asing! Kata pertama yang muncul di otaknya saat melihat gadis itu.

"Sorry, Aku gak sengaja." Kata gadis itu sambil membantu Prilly untuk bangun.

"Iya gak papa,"

"Oh, iya. Kenalin nama aku, Tasya." Gadis itu mengulurkan tangannya.

"Prilly." Prilly tersenyum tipis, "Murid baru ya?" tanya Prilly basa basi.

"Iya, kelas X1." Gadis itu sangat periang, itu dapat di lihat dari caranya berbicara.

"Oh, Aku kelas XI2." Prilly menarik gadis itu untuk duduk di kursi koridor, "Duduk sini." Mereka pun duduk.

"Kenal Kak Ali dong?" tanya gadis itu sambil tersenyum ramah.

"Iya, cuma Aku sama Dia beda kelas."

Gadis itu mengangguk samar, "ya udah Kak, Aku ke kelas duluan." Katanya lalu pergi.

"Manis sekali," Prilly tersenyum, "Tapi tunggu, kenapa dia bisa kenal Ali?" Fikirannya seketika tertuju kepada Ali.

"Sudah lah, gue harus kembali ke kelas."

***

Sesampainya, teman-temannya kembali mengganggunya. Prilly duduk di tempatnya sambil mengerucutkan bibirnya sebal.

Sampai Bu Saras memasuki kelas, "Pagi semuanya?" sapa guru itu.

"Pagi!"

Pelajaran berlangsung setelah Bu Saras selesai mengabsen.

"Bagaimana dengan tugas kalian, sudah selesai kan?" tanya Bu Saras.

Hanya Prilly yang menyahut, Bu Saras pun sudah menduganya.

"Apa hanya Prilly? Lantas bagaimana dengan kalian, hah?" tatapan guru itu pun terlihat menyeramkan, semua muridnya hanya tertunduk takut jika sudah seperti itu.

"Ya sudah, selesaikan tugas kalian. Ibu mau keluar sebentar!" Ibu Saras pun melenggang pergi.

"Akhirnya, bisa bernafas tenang gue." Tesa menghembuskan nafas lega.

"Iya, Sa. Gue fikir Bu Saras bakal hukum kita tadi, nyatanya nggak, jadi senneng deh." Dita menempelkan wajahnya di atas meja sambil tersenyum tipis.

"Udah?" Prilly memutar bola matanya malas, "Kerjain tuh, gue mau ke toilet bentar." Gadis itu pun melangkah pergi.

***

"Prilly?" panggilan seseorang terpaksa membuat gadis itu menghentikan langkahnya dan menoleh.

"Iya?"

"Mau kemana?" tanya pria yang sudah berdiri di hadapannya.

"Ke toilet, kenapa ya?"

"Gak papa, abis dari toilet temuin gue di rooftop. Gue tunggu, bye." Pria itu pun melenggang pergi. Sementara Prilly hanya menggeleng pelan lalu melanjutkan aktivitasnya.

Setelah dari toilet, ia melangkah ke roof top seperti yang di inginkan pria tadi.

Sesampainya, Prilly langsung duduk di samping pria itu, "Ada apa sih?" tanyanya heran.

"Gue cuma mau berdua saja sama lo." Jawabnya tanpa beban.

Seketika mata Prilly membulat sempurna, "Kenapa harus gue? Emang pada kemana tuh pacar-pacar lo yang banyak itu?" tanya Prilly dengan di bumbuhi sedikit cibiran halus.

"Gue kan udah bilang mau berubah, masih aja belum percaya. Butuh bukti apa sih lo?"

"Perlihatkan perubahan lo, bukan hanya bisa ngomong doang."

"Jika itu mau lo, akan gue lakukan." Ali menatap Prilly sekilas.

"Duh, kenapa lagi nih si Ali. Makin hari makin manis aja, bikin gue gemes deh." Dewi batin Prilly bersuara.

"Prill, gak tahu kenapa. Gue ingin berubah karena lo." Batin Ali ikut bersuara.

"Ya udah, gue balik ya. Gue gak mau kena omelan Bu Saras, tahu sendiri kan gimana jadinya kalau di ngamuk."

Prilly tersenyum begitupun Ali, lalu gadis itu melenggang pergi dari hadapannya.

"Rasanya aku nyaman kau ada di dekatku, Serigala jelek." Gumam Ali lalu memejamkan mata.


Ok guys, mohon tinggalkan jejak dengan cara Vote and comment.

Terimakasih sudah baca,

Love you All....


«Playboy Tampan-Complete»Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang