Bagian ke~32

1.7K 115 0
                                    


Matahari yang begitu terik, tidak melunturkan semangat ke enam anak muda yang tengah berjalan di pinggiran pantai. Mereka terlihat sangat menikmati keindahan pantai anyer.

"Sumpah, Li. Hari ini lo benar-benar bikin gue bahagia banget!" Tanpa sadar Prilly menggenggam kedua tangan pria itu dan yang bisa pria itu lakukan hanya tersenyum, menikmati sentuhan tangan Prilly yang seakan-akan menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Lo senang, gue bahagia." Kata Ali, tatapannya kini tak ingin lepas dari gadis itu.

"Thanks," Prilly melebarkan senyumnya, "gue udah percaya kalau lo benar-benar udah berubah." Kata Prilly dan Ali lagi-lagi hanya tersenyum.

"...Duduk sana, yuk!" Tangan Prilly pun bergerak menarik lengan Ali. Gadis itu berhenti di bawah pohon kelapa, lalu mendudukkan tubuhnya di atas pasir putih itu. Ali pun mengikuti apapun yang di lakukan Prilly.

"Lihat deh, mereka kelihatannya bahagia banget ya." Jemari telunjuk gadis itu ia tujukan kepada teman-temannya yang tengah asik bermain kejar-kejaran.

"Iya, mereka lucu." Ali membentuk senyumnya. Prilly sampai tidak berkedip melihat senyuman itu.

"Li?"

"Hem."

Keduanya saling berbicara tanpa menatap satu sama lain, mata mereka ia fokuskan ke arah teman-temannya.

"Gimana dengan Keyra?"

"Keyra? Gue sudah bisa mengikhlaskannya, Prill. Lagian bagaimana pun juga, dia tidak akan kembali. Dia sudah tenang disisinya, mungkin Allah lebih menyayanginya daripada gue, itulah sebabnya ia mengambilnya dari gue."

Jujur, Prilly terharu mendengar penuturan dari pria itu. Setiap katanya begitu menyentuh hati kecilnya, rasanya benar-benar terasa di dalam sana. Tanpa sadar, sekali lagi Prilly menggenggam kedua tangan pria itu.

"Gue yakin, lo itu kuat." Kehadiran gadis itu seakan menyalurkan kekuatan untuk seorang Ali.

"Makasih, Prill. Gue salah pernah membeci lo, mungkin kalau lo gak nyebelin gue gak akan bisa benci sama cewek sebaik lo."

"Gue rasa juga gitu, Li. Sepertinya selama ini gue juga udah salah benci sama lo ... Lo gak sejahat yang gue kira, malahan lo sangat baik. Dan gue mengerti penyebab lo nakal seperti itu."

"Terimakasih, lo benar-benar bisa bikin hidup gue lebih berwarna. Mungkin jika gak ada lo, hidup gue gak akan bisa lepas dari masalalu yang kelam itu."

"Jika bukan gue, pasti ada orang lain ... Mungkin ini cuma kebetulan saja, gue mampir di kehidupan lo."

"Gue gak suka lo bilang ini kebetulan, cobalah berfikir kalau ini adalah takdir, Prill."

Prilly pun mengangguk samar, lalu tersenyum.

"Udah yuk, kita ke sana." Gadis itu bangkit begitupun Ali.

"Seru gak, Prill?" Tesa menarik Prilly bergabung bersamanya.

"Iya dong, apalagi kalau kita lihat sunsetnya secara langsung, pasti tambah seru!" kata Prilly membuat Tesa dan Dita berdecak kagum.

"Wah-wah, pokoknya kita harus tunggu saat itu tiba." Dita menyetujui ucapan Tesa dan Prilly pun mengangguk antusias.

Sementara para pria hanya tersenyum tipis melihat kehebohan ketiga gadis itu.

***

Saat yang di tunggu-tunggu pun sudah tiba, sunset sedikit demi sedikit mulai terlihat dan keindahannya tidak dapat lagi di ragukan.

"Waw, indahnya ciptaanmu YA ALLAH." Prilly berdecak kagum, bukan hanya dirinya ke lima anak muda itu pun menatap sunset itu dengan tatapan penuh syukur kepada Tuhan Pencipta Alam.

"Bagus ya, gak sia-sia kita nunggu lama-lama." Tesa tak kuasa melihat keindahan itu, ia merasa hatinya benar-benar tentram.

"Gue tidak suka sunset itu, kedatangannya di tunggu banyak orang. Namun setelah datang, hanya sebentar lalu pergi kembali."

Penuturan dari Pria itu membuat semua pasang mata mengarah padanya, semua orang begitu menyukai sunset, namun pria yang satu ini sangat jauh berbeda. Ya alasannya memang masuk akal, tapi tak seharusnya ia tak menyukainya bukan?

"Kenapa lo ngomong kayak gitu?" tanya Prilly,saat ini ia sudah mengalihkan tatapannya ke arah Ali.

"Karena gue gak suka sama yang datang sebentar tetapi menyimpan banyak rasa lalu setelahnya ia pergi meninggalkan rasa itu."

"Cukup masuk akal, tapi gue suka sunset."

"Alasannya?"

"Karena meskipun ia datang untuk pergi kembali, setidaknya sebelum pergi ia menyalurkan kebahagiaan kepada siapa saja yang melihatnya dan akan kembali jika waktunya tiba, dia juga tidak pernah mengecewakan orang-orang yang menunggunya."

Ali mengangguk samar mendengar penjelasan dari gadis itu, "Gue sudah mengerti, yuk pulang."

Gadis itu pun mengangguk sembari melambaikan tangannya ke arah teman-temannya. Mereka mendekat dan bersama-sama melangkah ke arah mobil Ali terparkir.

***

"Lo istirahat dan jangan lupa mimpiin pangeran di hadapan lo ya." Ali tersenyum sementara Prilly sudah salah tingkah.

"Iya-iya sana lo pulang."

"Cie, ngusir." Goda Ali, rasanya sangat menyenangkan menggoda gadis itu.

"Ali!"

"Iya-iya nona, gue duluan ya." Tangan kekar milik pria itu pun bergerak mengusap pelan rambut Prilly lalu segera menyalakan mobilnya menjauh.






Owowoooooooooo, Udah gak play boy lagi ternyata. Hhhhh bisa berubah juga ya si Ali.

Tapi bagus dong ya, hehehe.

Ok guys, mohon selalu tinggalkan jejak dengan cara Vote dan comment.

Jangan lupa di follow juga my IG :@rissarrahman

Terimakasih sudah baca, cerita aku yang absurd ini.

Love,
RISS

«Playboy Tampan-Complete»Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang