SATU

18 0 0
                                    

Nyatanya hari senin bukanlah musuh untuk siswa saja. Adziva yang notabenenya seorang karyawan pun sama, menghindari yang namanya hari senin. Tapi apa mau dikata, tak mungkin bukan jika dari minggu langsung selasa ?

Adziva unaiyya. Gadis 20 tahun yang saat ini bekerja di sebuah perusahaan transportasi yang tersohor di daerahnya. Dia bukan hanya seorang karyawati tetapi juga seorang santriyah di salah satu pondok pesantren yang masih bisa dijangkaunya dari rumah. Resiko anak perempuan yang tidak mendapat izin orangtuanya untuk bisa menimba ilmu di luaran sana.

Kegiatan sehari hari adziva hanya berputar di tiga tempat. Tempat kerja, pondok, dan rumah.

Pulang kerja dia langsung ke pondok. Ba'da sholat isya berjamaah langsung kajian kitab kuning hingga jam sepuluh karena dia punya tambahan jam. Begitu selesai langsung ke asrama dan tidur. Kembali bangun jam 3 pagi, tahajud bersama, kajian lagi ba'da subuh hingga jam 6. Setengah tujuh dia langsung berangkat. Lalu kembali lagi seperti semula. Tapi jika awal bulan dia pulang ke rumahnya. Terus seperti itu. Tidak ada yang menarik bukan?

Itulah kehidupan adziva unaiyya.

Hingga suatu hari ibunya meminta ia untuk pulang ke rumah padahal awal bulan masih ada satu minggu lagi. Tanpa banyak protes adziva pulang sesuai dengan permintaan ibunya.

"Assalamualaikum"
Adziva mengucap salam sembari masuk langsung menyimpan sepatunya. Dia tidak menatap sekelilingnya. Tanpa dia sadari ada sepasang mata yg memperhatikannya untuk beberapa detik. Setelah itu dia langsung menundukkan pandangannya kembali.

Adziva yang baru menyadari bahwa yang menjawab salamnya bukan hanya ayah ibunya saja langsung mengangkat kepala. Diam memgerutkan kening lalu setelah tersadar langsung tersenyum sopan dan menyalami semua yg ada disana tentu dengan yang hanya mahramnya saja.

"Ibu iva ke kamar dulu. Om, tante mari" dziva tersenyum dan berlalu ke kamarnya.

Tok tok tok

"Ivaa.. bisa keluar sebentar nak?"
Setelah adziva mengiyakan ibunya kembali ke ruang tamu.

"Maaf bu, ibu panggil iva?"

"Sini nak, duduk dulu. Sebelumnya perkenalkan, ini ibu lastri, ini suaminya pak farhan, dan itu anaknya nak fatir. Iva kenal?" Ibunya bertanya hati hati pada sang anak.

"Maaf bu, tapi iva gak kenal" adziva meringis.

"Nah nak fatir ini katanya mondok juga loh di Nurul Huda. Nak fatir itu bekerja sebagai salah satu pengajar juga disana. Mungkin iva bukan termasuk anak didiknya jadi iva tak mengenalnya. Tapi tak apa, masih ada waktu untuk bisa saling berkenalan. Jadi nak fatir dan orangtuanya kesini itu punya niat baik nak. Silahkan nak fatir" ibunya mempersilahkan

"Ekhem..." untuk menghilangkan rasa gugup fatir berdehem agar suaranya tak begitu tercekat.

" Assalamualaikum. Sebelumnya maaf saya mengganggu waktunya. Perkenalkan saya muhammad fatir ash-shidiq. Dan ini kedua orang tua saya. Saya kesini mempunyai niat baik. Ekhem.. saya.."

Tbc

ADZIVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang