Cerita mudik Chakra

99 7 0
                                    

Hari pertama sekolah setelah liburan sekian lama.

Chakra menghela nafasnya malas. Ini yang paling ia tidak suka dari hari pertama masuk sekolah setelah liburan, menulis karangan 'Apa-yang-kamu-lakukan-selama-liburan'. Ia pikir setelah menjadi anak sekolah menengah pertama tidak ada lagi pekerjaan melelahkan seperti menulis karangan bertemakan liburan sekolah seperti itu tapi angan hanyalah angan. Ia menoleh ke arah Jibran yang duduk di barisan seberangnya. Anak itu sedang menggigiti ujung pensilnya sambil bermain sepak bola jari dengan teman sebangkunya, Rena. Hal yang sama juga ia dapati saat membalik tubuhnya ke belakang untuk melihat apa yang Yuda lakukan. Anak itu malah sedang asik bermain perang di atas kertas bersama kembaran Rena- Rona. Ia dapat menebak jika pasukan Yuda sudah di ambang batas kekalahan makanya anak itu sejak tadi ribut sendiri.

"Kamu liburan kemana Chakra?" Chakra menolehkan kepalanya ke arah teman sebangkunya yang baru saja bertanya. Entah dapat kebijakan dari mana walikelasnya memutuskan untuk memasangkan setiap meja laki-laki dan perempuan. Hanya ada sekitar tiga pasang saja di kelasnya yang duduk dengan sesama jenis mereka. Ia, Yuda dan Jibran kebagian untuk duduk bersama anak perempuan dan untungnya ia tidak dipasangkan dengan anak perempuan yang ribut atau tukang gosip. Teman sebangkunya ini sebenarnya adalah anak baru sekitar lima bulan lalu. Ia cerdas hanya saja sedikit malas bergerak atau mager. Kerjaannya hanya mabar bareng anak laki-laki di kelasnya dan membawa bekal.

Namanya saja yang terdengar sangat perempuan, Anggun. Tapi anak kelas terutama yang laki-laki lebih sering memanggilnya dengan panggilan Guntur karena Anggun sama sekali tidak ada anggun-anggunnya. Awalnya juga Chakra mikirnya Anggun ini seperti anak perempuan kebanyakan, gemar bergosip, rajin ke kamar mandi buat ngaca atau sekedar benerin kerudung. Bahkan ia dan Yuda sempat bertaruh kalau Anggun ini termasuk anak mami di rumahnya karena kerjaanya bawa bekal dan jarang kelihatan naik kendaraan umum. Ternyata semua runtuh begitu saja begitu ia, Jibran dan Yuda melihat Anggun yang sedang membanting kakak kelas dua waktu gak sengaja melewati anak ekskul Taekwondo. Anggun juga sering naik sepeda ke sekolah daripada di antar jemput dan alasan dia bawa bekal setiap hari adalah supaya bisa ikut mabar sama anak kelas.

Sangat Anggun sekali.

"Memang lu kemana Gun?" Chakra memperhatikan bagaimana Anggun memainkan pulpennya. Jari tengah dan telunjuk teman sebangkunya itu terbalut hansaplas membuat Chakra meringis ngilu melihatnya.

'Ini anak ikut taekwondo apa debus sih? Luka mulu perasaan'.

"Enggak kemana-mana. Aku kan gak punya kampung." Jawab Anggun sambil menaruh kepalanya di atas lipatan tangannya di meja.

"Gua kira lu balik ke Asgard Gun memuin bapaklu."

Pletak!

"Ngaco! Emang aku Thor! Ish!"Chakra mengelusi punggungnya yang terkena pukulan Anggun. Pedes-pedes perih gitu rasanya.

"Kan lu Guntur, makanya lu-" Chakra langsung menutup mulutnya sambil tersenyum lebar saat melihat Anggun sudah bersiap dengan pukulannya. Ia hanya menggeleng minta ampunan Anggun untuk tidak memukul punggungnya lagi. Teman sebangkunya itu hanya mendengus lalu kembali meletakan kepalanya di meja. Setelahnya baik ia maupun Chakra tidak ada yang berniat membuka suara mereka. Chakra lama-lama jadi ikutan Anggun buat menaruh kepalanya di meja.

Chakra mencoba mencari ide untuk mengerjakan tugasnya hari ini. Liburan tahun ini memang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Saat masih ada nenek, ia sekeluarga akan mudik ke tempat nenek. Ia dan kakaknya Brian bakalan berburu angpao bersama. Salah satu tradisi keluarga yang paling ia dan Brian sukai adalah pembagian angpao disetiap perayaan hari besar keagamaan. Baik itu agamanya ataupun bukan, selama keluarga besar berkumpul saat itulah angpao akan datang. Bentuk toleransi sederhana yang leluhurnya ajarkan pada keluarga mereka untuk menghormati semua agama yang ada.

ADYATMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang