P;s : Kisah kasih bukan hanya adegan romantis penuh merah muda ya :)
P;s;s : Buat yang lupa Jeno itu Jeno, Jovian itu Jaemin, Haikal itu Haechan dan Reksa itu Renjun :). Di sini mereka udah kelas 2 SMA ya.
...
Kalau kata lagu jaman dulu yang sering mama dan papanya nyanyiin itu 'Masa-masa paling indah, masa-masa di sekolah. Kisah kasih paling indah, kisah kasih di sekolah.' Sepertinya tidak berlaku bagi Haikal. Tidak ada yang asik kalau harus berhadapan dengan sekolah. Kisah kasih apanya? Sejak awal masuk SMA, Haikal belum menemukan anak perempuan di kelasnya yang menarik hati selain teman sebangkunya Jeno yang jago masak dan gemar membawa bekal. Ia bahkan lebih tertarik mengganggu si mungil –Reksa karena melihatnya emosi itu sangat menyenangkan.
Sialnya, sejak tadi ia sudah berusaha untuk menyimpan seluruh tenaganya demi tidak menganggu si mungil Reksa yang sedang asik menggambar. Jeno yang sibuk persiapan turnamen jadi tidak ada di kelas dan Jovian yang ribut mabar di belakang bareng anak-anak sekelasnya. Tapi bukan Haikal namanya kalau pasrah begitu saja. Dengan segera ia membawa dirinya ke bangku depan sang target dan memulai aksinya.
Reksa Mahardika, si kecil yang menggemaskan setidaknya saat ia sedang emosi. Waktu pertama kali kenal Reksa, Haikal mengira jika dia adalah anak percepatan karena tubuhnya yang lebih mirip anak smp. Selama ini Haikal dikelilingi oleh orang-orang bertubuh besar seperti Jovian, Jeno, Bang Johnny kakaknya Jeno atau Bang Lucas anak dari kompleknya Reksa yang badannya besar-besar. Kak Dion aja yang tidak terlalu tinggi dari teman-temannya saja sudah termasuk besar bagi Haikal. Itu sebabnya ketika ia, Jovian dan Jeno sedang duduk di pinggir lapangan menantikan bel masuk tanda mos dimulai, mereka bertiga bengong sendiri melihat ada anak kecil berjalan dengan tas ranselnya yang cukup besar mengingat barang bawaan untuk masa orientasi hari pertama cukup banyak –melintas begitu saja di hadapan mereka.
(Kilas balik satu tahun lalu saat masa orientasi sekolah)
"Jen, itu anak sd?" Tanya Jovian sambil mengipasi lehernya yang agak berkeringat dengan topi. Jeno hanya menggeleng tak tahu meskipun matanya tak lepas dari siswa yang baru saja melintas itu.
"Jen, kagak percaya gua dia satu tingkat ama kita. Paling disuruh mama nya itu buat nganter barang kakaknya yang ketinggalan. Kasian cuy." Tambah Haikal yang semakin membuat Jeno menggelengkan kepalanya ribut.
Dia juga gak tahu, kenapa semua bertanya padanya coba?!
Lima menit kemudian bel berbunyi dan seluruh siswa keluar untuk berbaris sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Mereka bertiga pun berpisah dan beruntungnya Jovian satu kelompok dengan si anak kecil yang tadi mereka bicarakan.
Jovian tidak terlalu fokus untuk teman kelompoknya yang lain saat berkenalan, namun ketika si kecil itu bicara ia reflek berteriak, "IMUT BANGET SIH REKSA!" –yang jelas bikin malu satu kelompok bahkan Jeno dan Haikal ikutan malu.
Haikal agaknya perlu berterima kasih pada Jovian karena anak itu juga yang berhasil membuat ia dan Jeno jadi berteman dekat dengan Reksa, si mungil yang sering banget dia gangguin.
"Sa," Haikal memulai kegiatan rutinnya.
"Hmm?" Kan, ini nih yang bikin gemes buat mancing emosinya Reksa. Ini anak kalau dipanggil Cuma gumam aja kadang, nggak noleh atau apa gitu.
"Sa," panggil Haikal lagi yang sekarang sambil mencolek tangan Reksa yang sedang menggambar,
"Haikal diem." Mana bisa seorang Haikal diam? Bahkan sedang demam aja dia bisa merusuh ke kamar Dion untuk minta dibacakan cerita lucu.
"Gambar apa sih sayang? Asik banget." Haikal yakin, habis ini Reksa pasti kesel. Bukan karena dipanggil sayang tapi lebih karena tangannya barusan sengaja menyenggol Reksa hingga garis panjang melintang di atas gambar anak itu.
1, 2, 3, Reksa pasti ngomel abis ini.
"YA! NAKAL BANGET TANGANNYA HAIKAL!" Setelahnya ia berlari mengejar Haikal yang sudah lari duluan keluar kelas sambil tertawa-tawa.
"HAIKAL SINI LU!" Teriak Reksa yang hanya dibalas dengan juluran lidah oleh Haikal. Ini yang ia suka, mengerjai Reksa sampai anak itu teriak-teriak atau ngomel.
"HAIKAL KALO KETANGKEP ABIS LU DI TANGAN GUA!"
Tinggalkan Reksa dan Haikal yang asik berlarian di koridor kelas. Mari kita menuju ke Jovian yang tadi lagi asik mabar.
Beda Haikal, beda Jovian.
Kalau Haikal tidak punya ketertarikan dengan lawan jenis untuk usianya sekarang, Jovian bahkan pernah ditolak sebanyak dua kali. Pertama waktu kelas satu, ia tertarik dengan teman sekelas Haikal dan mendekatinya seperti saran Kak Tristan –tetangganya. Dengan malu-malu kucing Jovian mendekati si calon pacar tapi ketika menyatakan perasaanya, anak perempuan itu menolaknya dengan alasan Jovian terlalu manis dan ia tidak terlalu suka laki-laki berwajah manis seperti Jovian. Ia lebih suka kakak kelas tiga yang entah siapa namanya itu.
Penolakan tak membuat Jovian patah semangat dong. Masih di kelas satu, ia pergi les bersama Jeno dan menyukai salah satu teman les mereka. Anak dari sekolah lain, duh cantik deh pokoknya. Ia bahkan tak segan bertanya pada Kak Tristan untuk membantunya tampil garang, tidak berwajah manis seperti biasanya. Jovian suka merapikan rambutnya namun demi terlihat macho maka ia sengaja menyisir rambutnya asal. Bahkan kala itu Jeno masih kalah dari Jovian.
Pendekatan perlahan berhasil. Ia bahkan bisa mengajak anak itu pergi ke taman, kencan membeli boba dan makan bakso bersama. Namun saat penembakan, penolakanlah yang ia terima.
Alasannya, ia tidak mau menjalin kasih, mau fokus belajar.
Yah klasik sih, tapi Jovian nggak kesel. Biasa aja bahkan sekarang ia masih sering mengajak anak itu untuk bermain bersama selesai les.
Tiba saat kelas dua ini di mana ia disatukan dengan sahabat-sahabatnya membuat Jovian malah lupa untuk mencari cinta. Seperti kata Haikal, di kelas dua ini satu-satunya anak perempuan yang menarik hatinya adalah teman sebangku Jeno yang jago masak. Pernah sekali waktu ia iseng mencoba untuk menawarkan pulang bersama ke rumah Putri yang ternyata lumayan jauh dari sekolah. Ia tidak sendiri melainkan ada Jeno, Reksa dan Haikal yang ikut menemaninya pulang bersama dengan Putri. Itu adalah pengalaman tak terlupakan bagi Jovian. Mereka berempat bahkan mendapatkan satu kotak nasi uduk lengkap dengan ayam dan telor gratis dari ibunya Putri sebagai tanda terima kasih sudah mengantarnya anaknya pulang dengan selamat.
Mengingat hal itu membuat Jovian berdiri dari duduknya di lantai untuk menghampiri Putri yang sedang asik menonton video.
"Put,"
Putri hanya menoleh tanpa berniat menjawabnya.
"Ibu bawain nasi uduk banyak gak?" Tanya Jovian lagi. Putri hanya mengangguk lalu berdiri menuju loker di belakang. Terdengar suara berisik plastik dan kemudian gadis itu berbalik membawa empat kotak makan berwarna merah muda, biru, hijau dan kuning.
"Sekalian titip buat Reksa, Jeno sama Haikal ya Jov. Nanti aku mau langsung bantuin ibu di kantin." Jovian hanya mengangguk sambil menerima keempat kotak makan tersebut dengan senyum merekah. Ini yang sejak tadi ia tunggu-tunggu, bekal nasi uduk dari Ibunya Putri.
"Bilangin ibu makasih ya Put!"
Setelahnya ia berlari keluar kelas sambil berteriak, "REKSA! HAIKAL! AYO MAKAN UDUK PUTRI!"
Ya jangan ditanya sih apa yang terjadi kalau bukan kedua sahabatnya yang sudah bergelut di depan kelas tetangga langsung bangkit menyambut panggilannya.
Jika kisah kasih Haikal di sekolah adalah mengganggu Reksa dan Jovian adalah nasi uduk ibunya Putri, lalu bagaimana kisah kasih Jeno di sekolah?
...
Kisah kasih di sekolah - Bag.01 End.
Kira-kira ada ide kah untuk kisah kasih Jeno?
Sincerely -Blue.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADYATMA
FanfictionAdyatma /;/ Anugerah Hidup - Sansekerta Terkadang kita kurang menyadari betapa sederhananya sebuah anugerah dalam hidup, memiliki anak-anak yang terlahir sehat meskipun terkadang mengesalkan misalnya. Cerita ini menceritakan bagaimana kehidupan Marv...