Pagi itu sama dinginnya dengan pagi-pagi sebelumnya. Layaknya pohon-pohon lain di Prancis, pohon-pohon di Soissons pun juga menggugurkan daunnya ke jalan kota. Di tengah suasana yang tenang, terdengar langkah kaki seseorang. Sambil membawa kendi-kendinya, ia menyanyi pelan melewati pohon-pohon. Setelah beberapa langkah, berhentilah dia di sebuah sumur.
Ia tersenyum kecil. "Puji Tuhan, hari ini langitnya belum terlalu terang. Sepertinya aku tiba lebih awal dari waktu kemarin." Ia mengeluarkan salah satu kendinya. "Sepertinya menimba air tidak sesusah kata gadis-gadis lain. Walaupun aku baru dua hari melakukan ini, aku akan tunjukkan bahwa aku anak yang lebih hebat dari Raymond si pemalas!"
Ia mulai mengikat talinya ke kendi. Dengan sedikit buru-buru, dijulurkanlah kendinya ke dalam sumur. Akan tetapi, setelah empat kali menurunkan kendinya, ia kurang merasa puas. Karena talinya kurang panjang, direntangkanlah badannya ke dalam sumur. "Yes, kendinya sudah mau penuh! Sedikit lagi... Aduh!" Kakinya terpeleset daun. Maka, terjerumuslah ia ke dalam sumur itu.
"Aduh, aduh celaka... dalam juga sumurnya. Bunda Maria yang baik, bagaimana aku bisa keluar dari sini? Lengan kananku sakit pula. Hmm, pastilah karena batu-batu tajam di dinding sumur." Setelah beberapa kali ia meminta tolong, beberapa waktu kemudian terdengar beberapa langkah kaki yang tergesa-gesa mendekati sumur.
"Nona muda, apakah anda terluka?" Seru seorang pemuda dari atas sumur. "Puji Tuhan tidaklah parah, tuan muda!". Pemuda lain berseru "Jangan khawatir, nona yang cantik. Kami akan menurunkan tali untuk membantu anda naik. Dapatkah anda berpegangan pada talinya?" "Bisa, tuan-tuan. Boleh bawa aku naik sekarang?" Pemuda yang pertama pun menjawab. "Tentu saja, nona. Akan tetapi bolehkah kami tahu, bilamana anda ingin membalas pertolongan kami?" "Tentu, tuan-tuan muda. Keluarkan aku dahulu, maka kita bisa membicarakannya."
Dengan semangat, ketiga pemuda itu menarik talinya dan akhirnya Margoton keluar dengan selamat. Setelah bertatapan satu sama lain selama beberapa detik, pemuda yang ketiga memperkenalkan dirinya. "Nama saya Guillome, dan kedua orang ini namanya Jura dan Thibaut. Nona, adakah yang ingin anda katakan pada salah satu dari kami, sesingkat apapun ucapan anda?" Hening sejenak diantara mereka berempat. Tiba-tiba, menyanyilah Margoton dengan suaranya yang indah.
Ketiga pemuda tersebut bingung. Jura berkata"Nona, kami pikir sepertinya anda tidak mengerti maksud kami. Jadi sebenarnya, kami telah membuat taruhan lebih dahulu, mengenai siapa diantara kita yang paling berpenampilan menarik untuk mendapatkan hati nona." Guillome pun bertanya. "Wahai nona Margoton, siapakah dari antara kami yang berhak untuk diterima nona sebagai pahlawan?" Margoton pun berjalan pulang sambil tertawa. Ia menyanyi: "Maaf, tapi hatiku bukan untuk orang genit, tuan-tuan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
1711
Historical FictionMargoton adalah seorang gadis muda dari Prancis yang ingin mencari kebahagiaan dibalik hidupnya. Tak disangka, tahun 1711 tiba dan mengubah hidupnya seiring perjalanannya bertemu bermacam-macam orang. Diupdate setiap hari Jumat.