Part 20 (Dalang)

37 10 4
                                    

  *Ryuki POV

        "Baik, baik. Semuanya sudah siap?" tanya guru dengan suara yang sudah sedikit serak, pak Izawa.

       "Karena sudah dua hari persiapan kita, mungkin ini adalah akhir dari segalanya. Akhir, bagi penderitaan kita di sekolah ini. Sebuah ujung dari teror ini, nak Fukuzawa yang sudah melakukan penelusuran kemarin sendirian. Hanya dia satu-satunya orang yang selamat dari regu Yamada. Dan menurut informasinya Hito-gui yang kuat selalu muncul dari dalam hutan Timur. Meskipun bagian barat juga ada pertimbangan. Tapi untuk saat ini, kita akan melakukan pengepungan hutan timur," ucapnya dengan semangat diatas podium kayu yang kami bangun sendiri.

         "Apa kalian siap!"

          'ya!' sorak para murid yang berjumlah sekitar 30 atau mungkin 40 orang yang bersenjata lengkap.

          "Jika ada apa-apa, segera kabur. Kita tidak ingin jatuh korban lagi, tugas utama kita hanya untuk mencari tahu apa yang ada di pertengahan hutan seluas satu hektar itu, pokoknya, semua regu harus saling membantu. Apapun yang terjadi usahakan ekspedisi ini berhasil," lanjutnya lagi.

           Karena masih dalam proses rehabilitasi, aku dan juga Murasaki tidak diperbolehkan untuk mengikuti ekspedisi ini.

           Yah, rasanya memang aneh bahkan aku merasa tidak enak kalau tidak ikut. Murasaki juga semakin murung, dia bahkan sangat jarang terlihat. Baik itu di koridor ataupun di atap sekolah.

           "Setelah aba-abaku. Kita semua akan turun, bergantian!" ucap pak Izawa. Beberapa orang yang ditunjuk sebagai kapten pun mengikuti langkah pak Izawa.

            Sekitar lima orang sekarang berdiri di samping pak Izawa. Keenam orang itu mulai memegangi tali yang ada di katrol. Jumlahnya memang sudah diperbanyak beberapa hari yang lalu. Sudah ada 20 katrol yang dibuat dan semuanya digantung pada kayu-kayu yang sudah disusun dan dibentuk seperti gantungan.

           Satu persatu, diawali oleh pak Izawa dan disusul oleh yang lainnya. Sekitar 40 orang tadi sudah hilang, turun ke bawah. Menuju gerbang neraka yang mereka sebut hutan.

        Itu juga berdasarkan pengalamanku yang bertemu dengan makhluk buas berenergi listrik di sekujur tubuhnya. Memangnya apalagi nama yang cocok untuk tempat itu? Bukan hanya hutan, seisi sekolah ini adalah neraka. Hanya saja bahaya yang mengintai tidak dapat diduga akan muncul darimana.

             Keadaan sudah mulai hening. Yah, semuanya karena sebagian besar murid ikut ekspedisi itu. Hanya sekitar 20 atau malah 10 murid yang tersisa. Semuanya karena cedera, kurang sehat, dan fisiknya tidak cocok untuk pertarungan.

             Setelah menyaksikan pelepasan regu ekspedisi, semuanya mulai masuk kembali ke dalam gedung, beberapa tinggal dan melihat tujuan dari regu penyelamat itu, regu yang berkorban demi bebas dari sekolah ini.

            Mereka pahlawan, kurasa. Atau malah mereka hanyalah tim bunuh diri. Aku sempat berpikir seperti itu. Usaha regu yang telah gugur juga sama, tapi hasilnya? Hanya mengulang-ulang, selalu melakukan hal yang sama berkali-kali. Dan semuanya mati. Ironis, memang itu kata yang cocok. Tapi kata itu terlalu kasar, aku tidak dapat memikirkan kata yang tepat untuk itu.

            Tidak akan ada kata yang cocok untuk menggambarkan keberanian regu ekspedisi, meskipun aku juga termasuk tapi tetap saja sangat sulit untuk mendeskripsi-kan regu yang satu ini.

            "Ah, ya. Fukuzawa," pikiranku langsung buyar ketika mengingat Fukuzawa yang hampir mati beberapa hari yang lalu karena tugas pengintainya.

Fujioka Death School Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang