RAFARESYA

6

Pagi, 31 Juli 2016.

"Gini aja, kan tadi kita di suruh mencar buat yaahh maksud gue ah yaa gitulah, masa gak tau. Kan ada sebagian yang nelusurin jalan, trus ada juga yang ngumpulin barang, sama ada juga yang harus meriksa bangunan-bangunan sekitar ni ye kan. Dah lah langsung jha. Gue sama Resya, Lucas sama Naya-"
"Yeeeaaayy!!" Naya memotong Rafael berbicara.
"Heh dengerin dulu napa. Terus Rama sama Karina. Gimana?"
"GUE. GAK. SE. TU. JU." Rama menolaknya.
"BO. DO. A. MAT." Rafael membalas dengan senyuman.

*****

Di tempat Rama dan Karina...

"Iiiih kok gue harus sama lo siih???"
"Siapa juga yang mau ama lu."

Beberapa menit kemudian...

"Nih nih, lo pegang!"
"Dih nyuruuh!!"
"Udah ah lu nurut ae. Gitu jha marah. Darah tinggi ntar lu."
"Eh kok kita malah ke tengah hutan gini?" Benar saja, dari tadi mereka sudah berada di hutan.
"Oh iya, untung aja gue bawa peta HOHOHO." *ketawa jahat

"Katakan peta, katakan peta."
"Lebih keras!"
"PETTAAA"
"Gausah ngegas monyet!"
"E busyet dah. Gue bukan monyet Naa!!"
"Lah gue kan ngikutin yang lagi trending..."
"Ya gak gitu juga kaliikkk."
"Bentar deh, bukannya itu adanya taun depan trus depannya lagi ya?"
"Anggep aja sekarang ada."

"Emm... Ram,"
"Paan?"
"Menurut lo, Rafael itu gimana?"
Ngapain lu nanyain tu anak? Lu naksir yak? Hahah... kalo lu naksir ama tu anak, mending mundur aja deh." Rama berbicara sambil memindahkan papan kayu.
"Loh? Kenapa harus mundur? Emangnya gue bukan tipenya?"

"Bukan gitu, dia udah suka sama orang lain. Dan sekalinya dia suka sama orang bakalan digebet terus. Jadi dari pada lu sakit hati gara-gara tu anak, mending ama gue."
"Dih. Emang siapa yang disukain sama Rafael?"
"Lo gak perlu tau."
"Iih kok lo kayak git-" Karina tidak melanjutkan bicaranya. Ia terdiam sesudah mendapatkan tatapan tajam dari Rama.

Rama melihat wajah Karina, entah kenapa setelah pembicaraan tadi ekspresinya langsung berubah.
"Ah maaf."
"Hah? Ngapain minta maaf?"
"Kayaknya lo jadi sedih pas gue ngomongin Rafael tadi."

Rama adalah orang yang paling bisa menjaga rahasia. Dan jika rahasia itu benar-benar penting, orang yang paling dekat dengannya bahkan tidak boleh mengetahui rahasianya. Termasuk orang tuanya.

*****

Di tempat Lucas dan Naya...

Dari sejam yang lalu mereka sama sekali tak berbicara. Sampai akhirnya....

"Lucas, gue mau nanya nih."
"Apa? Jangan susah susah ya gue gak akan sanggup."
"Anjirr lebay deh lu.... oh iya lo tuh kok bisa sih temenan ama Rafael?"
"Ya... bisa aja, jadi ceritanya kira-kira 5 tahun yang lalu...
Jadi pas itu gue sering banget yang namanya dibully. Pas jam istirahat gue diajak sama orang orang yang suka ngebully gue.-"

"Kok lu mau mau aja sih?" Naya tidak sengaja memotong cerita Lucas. "Ya... soalnya yang ngebully gue itu anak kepala sekolah. Dan dia ngancem gue lah! Udah gitu guekan cuma murid beasiswa."

"Lanjut nih, mereka ngajak gue ke toilet,"
"Toilet cowok loh! Habis itu mereka ngedorong gue ke dinding. Otomatis kepala gue kebentur dong. Cuter, pisau kecil, gunting, mereka pake semua itu buat nyakitin gue. Gak lama setelah itu Rafael sama Rama dateng ngedobrak pintu toilet itu. Dan saat itu gue ngira mereka berdua gak bakalan sanggup ngelawan orang orang itu. Ternyata gue salah. Coba deh lu tebak."

"Emm... karna Rafael sama Rama bawa pasukan?"

"Bukan. Lo tau? Mereka bisa menguasai berbagai macam beladiri. Jadi gue bingung pikir gue tuh mereka bisa taekwondo, karate atau judo? Gitu hahah🤣🤣 sumpah kalo gue nginget lagi rasanya tuh kayak ehahah🤣" Lucas tertawa sampai terbahak-bahak dan itu membuat Lucas memotong ceritanya. Itu juga membuat Naya penasaran.