8

12 3 0
                                    

3 Agustus 2016

Resya bersiap-siap untuk pergi ke perpustakaan. Setelah selesai ia mendapat pesan dari orang yang mengirim pesan padanya. Karna ia tidak tau siapa pengirimnya ia memberi nama...

Orang aneh : Gua dah mau berangkat.

Resya : iya iya ah

Resya akhirnya pergi berpamitan dengan orang tuanya dan memesan taksi.

*****

Resya sibuk mencari orang itu. Ia mengingat- ingat kembali pakaian orang itu.

Orang aneh : inget, gue cowok pake jaket hoodie warna abu celana hitam bawa bunga

Resya masih mencari sampai akhirnya ia menemukan orang yang persis menggunakan jaket hoodie abu dan celana hitam, hanya saja yang dilihatnya tidak membawa bunga dan memakai topi. Tanpa pikir panjang ia mendekat pada orang tersebut.

Ting bunyi ponsel Resya menghentikan jalannya.

Orang aneh : gue udah nyampe lo dimana?

Resya : depan pintu.

Orang aneh : oke tunggu di situ gue masih di parkiran.

Deg hampir saja ia salah orang. Resya kemudian mencari tempat untuk duduk. Akhirnya orang tersebut datang dan duduk tepat di samping Resya.

"Eh, Dirga?!" Resya langsung memeluk Dirga dengan erat.

"Sya, peluknya entaran aja ya. Lagi di tempat umum nih." Resya melepaskan pelukannya.

Dirga banyak berubah. Dari pakaiannya, rambutnya terkecuali sifatnya. Sifatnya yang selalu memberi sebuah kejutan.

"Gak kasih tau si kalau dateng."

"Ya biar seru. Oh iya nanti gua bakal masuk ke sekolah lo."

"Jadi lo yang pindah..."

"Nih buat lo." Dirga memberikan bunga untuk Resya. Tentu saja dibalas dengan senyuman Resya. Senyum manis yang disukai Dirga.

"Lu dah gede ya... pasti punya pacar."

"Ha?"

"Lo kan cantik."

"A-apasih?!" Dirga terkekeh geli.

"Hehe, pelajaran apa yang susah? Bukannya lo pinter ya?"

"Nilainya turun... bahasa inggris gue."

"Turun drastis?" Tanya Dirga.

"Jadi delapan tiga..."

Orang pintar memang beda. Batin Dirga sambil memalingkan wajahnya. Padahal dia sendiri tidak menyadari bahwa dirinya pintar dalam pelajaran(kecuali bahasa inggris).

"Sya, nilai gue aja tujuh lima Sya kalau bahasa inggris. Pas kkm nih PAS KKM." Dirga menekankan kata 'pas kkm'. Resya hanya diam dan tak tahu ingin membicarakan apalagi.

"Ga, adek lo apa kabar?"

"Baik, gimana nilai fisika lo?"

"Bener juga nilai fisika gue bisa dibilang masuk tujuh puluhan. Lupa-lupa inget sih."

"Tujuh puluh? Gue dong."

"Emang berapa?"

"Sembilan empat. Keren kan? Iyalah. Orang gue mati matian kok belajarnya. Ampe begadang. Lo tau gak pagi-pagi mata gue bengkak." Ujar Dirga.

"Kasian. Habis itu lo sakit?" Dirga mengangguk yang berarti iya.

"Oh iya Sya, gue denger-denger tentang lo, lo kalau di sekolah dingin banget ya? Bahkan ada yang bilang lo itu judes." mata Resya langsung terbuka lebar mendengar perkataan Dirga.

"Siapa yang bilang?" Dirga membeku. Bahkan bibirnya kini kaku untuk menjawab pertanyaan Resya.

"Haha gua gak inget namanya." Dirga berbohong. Ia jelas tau siapa yang mengatakannya.

"Lo punya temen deket, Sya?"

"Punya!" Ujarnya dengan muka yang kegirangan.

"Kayaknya lo seneng banget kalau bicarain temen lo. Temen lo perempuan ato laki laki?"

"Perempuanlah!" Ia mengerucutkan bibirnya. Karena tak tahan Dirga menyentil bibir Resya.

"Dia baik?"

"He-eh!" Terukir senyuman yang sangat indah. Seharusnya Dirga memotretnya. Kini banyak pria yang melihat Resya di perpustakaan. Resya sedikit gelisah. Dirga tak tinggal diam. Ia menatap tajam satu persatu yang melihat ke arah mereka.

"Pindah yok." Dirga menggenggam tangan Resya.

"Gua tau tempat yang enak buat makan dengan tenang."

"Dimana?"

"Akhirat."

*****





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAFARESYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang