2. Lucunya Hidup Ini

49.2K 1.1K 17
                                    

Zara terus saja merapal ucapan yang tidak jelas, saat ia berada di pantry, tempatnya membuatkan makanan ataupun hanya sekadar membuat kopi untuk boss ataupun untuk sekertarisnya.

Degup jantungnya terus saja menggila, padahal diluar gedung ini sedang hujan sangat deras, walaupun beberapa saat yang lalu, hanya gerimis saja.

Hujan itu seakan membuat Zara kembali mengingat tentang laki-laki yang dengan begitu baiknya mau meminta maaf padanya saat air hujan membasahi bajunya akibat mobilnya melaju terlalu cepat.

Padahal, Farhan bisa saja mengabaikannya. Tapi, kini, Zara kembali mengingatnya dan membuat degup jantungnya terus bertalu-talu. Rasanya ini bukan seperti dirinya, pikir Zara.

Sangat lucu sekali rasanya cerita ini. Jatuh cinta pada pertemuan pertama? Rasanya itu terlalu klise untuk Zara alami. Apalagi Farhan, bossnya itu sudah mempunyai seorang istri.

Betapa beruntungnya wanita itu yang bisa menjadi istrinya Farhan. Zara menghela napas panjangnya seraya memegang dadanya untuk menetralkan degup jantungnya yang menggila.

"Zara... jangan deg-degan lagi. Ingat, dia itu sudah beristri dan ingat ucapan Kokom, jangan pakai hati kalau bossmu itu terlalu baik, karena Pak Farhan pada dasarnya memang baik orangnya." gumamnya mencoba memberikan petuah supaya jangan terpikat oleh pesona Farhan, bossnya itu.

Setelah membuat dua kopi untuk sekretaris dan asisten pribadi bossnya tersebut. Zara pun bersiap untuk memberikan kedua kopi tersebut untuk kedua wanita yang sangat cantik-cantik.

Zara semakin berkaca diri saat melihat penampilan kedua wanita tersebut. Sangat sexy dan cantik. Sedang dirinya? Seperti butiran busa yang kapam saja bisa menghilang terkena siraman air.

Dasar.

"Silahkan, Bu. Ini kopinya."

"Terimakasih, Zara."

"Iya, terimakasih ya, Zara."

"Sama-sama, Bu." ucap Zara tersenyum dengan penampannya ia pelik ke dadanya. "Kalau ada apa-apa panggil saya saja, Bu. Saya siap membantu."

"Iya terimakasih ya, Zara."

"Iya Bu, sama-sama. Permisi."

□■□■□

Jam makan siang itu, Zara lebih memilih diam dipantry dengan membuat makanan ala kadarnya. Lebih baik ngirit bukan, apalagi ditempat kerjanya sudah disediakan banyak sekali makanan. Bukankah bahan makanan ini untuk karyawannya sehingga Zara berhak mendapatkannya kan?

Saat Zara tengah menggoreng sebuah telor dadar, sehingga bau khas telor dadar tersebut membuat Farhan mengerutkan keningnya saat ia berada di depan pintu lift, dimana saat ia mau turun untuk makan siang.

Langkah kakinya menyusuri lorong lantai antas, menuju pantry. Saat kepalanya ia menengok masuk ke dalam.

Farhan melihat Zara, OG barunya itu tengah bersenandung pelan seraya menari sambil tangannya sesekali membalikan telor dadar tersebut dari wajannya.

Sudut bibir Farhan terangkat melihat tingkah Zara saat ini. "Boleh minta makanannya?"

"Bujuneng." pekik Zara terkejut seraya membalikan badannya dan pandangan matanya menatap sosok Farhan, laki-laki tampan yang menjadi owner perusahannya bekerja. "Pak Farhan? Oops."

Farhan tertawa pelan. "Buatkan aku makan yang kamu buat juga, ya. Biar sekalian kita makan bareng juga, disini."

"Ta-tapi, Pak."

Suami Orang Lain ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang