P r o l o g

178K 6.1K 69
                                    

Dia benar-benar mirip!

Rania duduk di sudut perpustakaan kampus, memfokuskan pandangan pada buku-buku di hadapannya. Dia berusaha untuk memahami teori yang dijelaskan di dalam buku tebal yang dipegangnya. Meskipun begitu, pikirannya terus melayang ke hal-hal lain, seperti pekerjaan yang harus diselesaikan dan ujian akhir yang akan segera datang.

Seseorang mengamatinya untuk waktu yang cukup lama. Ini bukan kali pertama pemuda itu mengamati Rania di perpustakaan, kira-kira sudah lebih dari sepuluh hari Braga datang, tapi Rania tak punya waktu untuk menyadari keberadaannya. Selain menutup diri dari pergaulan, Rania juga memandang lawan jenis sebatas mahluk hidup tak kasat mata. Tak ada ketertarikan. Jadi dia tak ingin membuang waktu untuk urusan asmara dan teman-temannya.

Bagaimana bisa dia semirip itu sama.....

Mata si pemuda memicing sambil terus bertanya-tanya dalam hati. Tatapan Braga seolah menguliti setiap inci penampilan Rania.

Ya, mereka tidak kembar, tapi sekilas tampak serupa.

Dalam pandangan Braga, Rania yang memiliki kulit halus dan cerah itu sangat mirip dengan seseorang dari masa lalunya. Rambut Rania hitam panjang, melambai lembut di sekitar bahu. Mata Rania besar dan berbentuk almond, dengan warna coklat gelap yang dalam, dan alisnya yang melengkung membuat wajah gadis itu bisa terlihat sangat ekspresif, jika saja Rania mau lebih sering tersenyum.

Meskipun dia sangat cantik, Rania kurang mendapat perhatian lawan jenis di kampus karena terlihat sedikit aneh dengan pemilihan pakaian yang tertutup dan kurang sesuai dengan cuaca saat ini yang sedang terik. Mungkin ia lebih memilih untuk mengenakan pakaian yang sederhana dan nyaman, seperti kaos oversized dan celana jeans yang longgar. Tapi kenapa Rania harus menutupi tubuhnya yang body goals itu dengan pakaian kedodoran? Di saat gadis lain memamerkan, membanggakan, bahkan ada yang tanpa tahu malu joget-joget di TikTok dengan pakaian kurang bahan, Rania malah menyembunyikan semua kelebihan yang dia miliki.

Braga akhirnya berdiri, berjalan menuju ke meja Rania dan memberikan sebuah buku. "Lo nyari ini kan," ujar Braga sambil mengulurkan sebuah buku.

Rania sedikit terkejut dengan kehadiran Braga yang tiba-tiba dan memberikan buku padanya. Dia melihat judul buku itu, 'Di Atas Viaduct'. Mata Rania berbinar terang. "Da-dari mana kamu tahu kalau aku sedang nyari buku ini?"

"Nggak sengaja denger pas lo nanyain ke petugas perpustakaan," jelas Braga sambil menarik kursi dan duduk di depan Rania. "Nama gue Fabian Shailendra Braga, lo bisa panggil gue Braga."

Rania merasa agak gugup karena menyadari bahwa Braga adalah salah satu cowok most wanted di kampusnya, seorang pria yang terkenal sangat tampan namun misterius. Rania menghembuskan nafasnya "Nggak usah kenalan, satu kampus juga tau siapa kamu."

"Jadi, lo juga tau siapa gue?"

"Cuma tahu nama kamu, karena kamu cukup terkenal." Rania merapikan buku-bukunya, seolah sedang bersiap pergi.

"Kalau lo tau siapa gue, kenapa lo nggak nyadar kalau dua minggu ini gue terus ngikutin dan perhatiin lo?"

"Kamu?"

"Ya, gue duduk di situ," tunjuk Braga ke bangku samping jendela yang jaraknya dua meter dari tempat duduk Rania saat ini. "Jam segini, setiap hari, selama seminggu. Cuma buat liatin lo, Rania."

"Ta-tapi, kenapa?" Rania tak cuma gusar, ia mulai panik. "Apa aku melakukan kesalahan ke kamu, Ga?"

--000--

Hallooo
Selamat membaca ya. Jangan lupa follow akun wp author dan mari kita lestarikan budaya vomen!!!

Braga's Rule :  Follow akun wp author supaya kamu bisa baca cerita di wp sampai end. Wajib, kudu, harus diramaikan dengan komentar dan vote disetiap chapternya. Please don't bring another story in here . Kalau kalian komen + vote sesuai target pasti moon akan update

Gimana menurut kalian cerita ini ?

Mau dilanjutin terus gak nih?

Vote ❤️ kalau mau lanjut

Vote 💔 kalau ga lanjut

Oh iya kalian tau cerita ini darimana?

Kasih aku asupan ❤️ yang buanyakkkkk disini!!!biar aku tambah semangat

Thankyuu😘

BragaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang