Bab 16

74.7K 3.6K 61
                                    


Hallooo maaf moon baru bisa update lagi 🙏🏻🥺

Dikarenakan kesibukan di real life moon baru bisa update, maafkan moon ya bestie 🙏🏻🥺

Semoga masih pada inget Braga dan masih nangkring di Reading List kalian yaa 🙏🏻🥺

Jangan lupa vote + komen di setiap paragraph ya genks, biar kita tetep peace kawan 😎

Happy Reading!!

Pagi ini, Braga terlihat menggeliat sambil merentangkan tubuhnya yang terasa remuk. Apa yang terjadi semalam belum muncul dalam ingatannya, hingga samar terdengar suara isakan dari samping. Braga yang masih memejamkan mata, mulai membukanya dan melihat siapa yang bersuara serak pagi ini.

"Ran?" panggil Braga heran.

Kenapa Rania nggak pakek baju? Kenapa gue juga nggak pakek apa-apa?

Braga mencoba memutar lagi memori di kepalanya, tentang kejadian semalam yang sama sekali bukan bagian dari rencananya.

"Lo nggak tidur dari semalem?" tanya Braga dengan hati-hati.

Sayangnya, pertanyaan itu tak mendapat jawaban. Braga menarik selimut untuk tetap menutup bagian pentingnya dan berganti posisi jadi duduk. Tangannya perlahan menyentuh bahu putih dan mulus milik Rania.

"Say-" Ucapan Braga tak berlanjut karena Rania menepis tangannya.

Bingung, ingatan semalam begitu jelas di kepalanya saat ini. Namun perlahan-lahan potongan satu demi satu ingatan kembali. Apa yang sudah terjadi di kamar ini semalam, memang bukan kehendak Braga mau pun Rania.

Bangsat lo semua, awas aja nanti, maki Braga dalam hati.

Beberapa detik memikirkan apa yang harus dikatakan, akhirnya Braga memulai kembali kalimatnya.

"Ehm, Sayang, hei liat gue bentar. Maafin gue, gue janji bakal tanggung jawab kalau terjadi sesuatu ke depannya sama lo, dan gue-" Lagi-lagi ucapan Braga terhenti.

Kali ini Rania yang tertunduk mengangkat kepala dan memberikan tatapan tajam pada Braga.

"Ran, aku-"

"Bisa-bisanya Kak Braga ngomong seenteng itu. Kakak pikir keperawananku bukan apa-apa? Kakak sadar nggak sih? Secara nggak langsung Kakak udah ngerusak masa depanku! Gara-gara Kakak, aku merasa badanku sekarang sangat kotor. Aku nggak tahu apa yang ada di pikiran Kakak, bisa-bisanya ... Kakak tuh...." Rania menghentikan kalimatnya karena terisak.

Air matanya kembali membasahi wajah cantik itu. Sementara, Braga tertunduk dan merasa bersalah. "Ran, ini di luar kendali gue. Tapi, apa yang udah kita-"

"Cukuppp, Kak! Aku nggak mau denger lagi apa pun dari mulut Kakak!"

Braga menarik tubuh Rania ke dalam pelukannya. "Lo boleh maki-maki gue sepuas lo, Ran. Lo boleh pukul gue sepuas lo. Luapin semua sama gue."

"Lepasin! Aku benci sama Kak Braga! Aku benci Kakak. Lepasin aku!" Rania memberontak, memukul Braga sebisanya.

"Lo tenang dulu, Ran. Gue bakal nepatin janji gue ke lo. Percaya sama gue, Sayang. Sekarang lo tenangin diri dulu, oke?" Setelah beberapa saat, akhirnya Rania berhenti memukul. Braga meraih selimut untuk menutup tubuh polos Rania, lalu berkata, "Elo tunggu disini sebentar. Gue mau coba panggil anak-anak sekalian minta tolong buat ambil baju lo di kamar atas."

BragaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang