Sekarang sudah dua minggu lama nya aku dan Fajar masih sama-sama seperti orang yang tidak kenal sama sekali, aku merasa sakit hati yang luar biasa. Setiba nya di depan kelas, aku bertatap muka dengan Fajar.

"Hai Jar" Sapa ku kepadanya.
"Iya" Ucapnya.
"Jar kamu kenapa?" Tanya ku ke Fajar.
"Kenapa gimana?"
"Kamu kelihatan gak nyaman, apa aku membuat kesalahan? Sehingga kamu berbeda seperti sekarang?"
"Tidak. Kamu sama sekali tidak punya kesalahan kok, aku hanya tidak suka dengan perempuan yang seperti kamu" Ucapnya dengan nada tegas. Dan aku merasakan sakit hati dengan ucapan nya yang seperti itu.

Mungkin menurutnya, dia tidak suka dengan perempuan yang suka nongkrong seperto ku. Dan mungkin saja kelihatannya aku seperti anak bandel. Aku juga menyadari akan hal itu.
"Tapi Jar, aku mau jujur kepada kamu"
"Mau jujur apa Tar?" Tanya nya.
"Aku sebenarnya suka sama kamu, tapi aku mengatakan seperti ini hanya ingin jujur saja dengan perasaan ku, kamu tidak perlu menjawab perasaan ku Jar. Aku hanya ingin kamu tahu perasaan ku saja" Ucapku sambil tersenyum.

"Kamu serius dengan ucapan mu?"
"Iya aku serius, kamu tidak perlu memikirkan perkataanku Jar"
"Maaf Mentari, aku bukannya jahat sama kamu. Tetapi, aku hanya tidak suka perempuan yang seperti kamu. Kamu terlihat jauh dari kriteria aku. Maaf ya Tar" Wajahnya terlihat tidak enak dengan ku.
"Ah iya, tidak apa-apa Jar. Terima kasih ya, kamu sudah mengatakan hal ini. Semoga kamu mempunyai wanita yang lebih baik dari diri ku. Dan mungkin kelihatannya lucu, padahal kita baru bertemu. Tetapi, aku sudah menyukaimu. Mungkin benar, ada yang bilang bahwa cinta tidak perlu ada alasan untuk hadir. Karena, cinta pun datangnya tiba-tiba dan tidak bisa dipaksakan untuk di sembunyikan". Ucapku sambil tersenyum.

Mentari FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang