005. Pintu Selanjutnya

84 14 1
                                    

Sekali lagi maaf saya telat update

-----------------------------------------------------------------





Kami sudah tertinggal oleh gerombolan, mereka telah menuju pintu namun saat ingin pergi mengikut mereka aku melihat Viana. Wajahnya sangat pucat, seolah tak ada darah yang mengalir di wajahnya. Aku pun mencoba mengajaknya menuju pintu selanjutnya walaupun aku masih takut untuk melihat rintangan apa yang akan menanti kami semua.

"Viana" Aku memanggilnya dengan suara kecil. Namun tak ada tanggapan darinya, aku pun meninggikan suaraku "Viana" Masih tak ada jawaban dari Viana. Ia hanya menundukkan wajah pucatnya, melihat ke lantai dengan tatapan kosong. Kali ini aku mencoba lebih keras memanggilnya sambil menepuk pundaknya. "VIANA!" "A-ah iya?" Dia gelagapan saat berbicara. Pasti dia masih syok, dan mungkin juga seharusnya aku tak membuatnya terkejut begini. Aku pun kembali berbicara kepada Viana "Ayo kita pergi dari sini!" "Hmm" jawabnya sambil menganggukkan kepala. Aku rasa tak aman juga bila kita masih disini.

Aku pun berdiri diikuti Viana melewati darah yang berserakan di lantai untuk menuju pintu seperti anak anak lainnya. Aku dan Viana menutup mulut karena bau darah yang sangat amis, mencoba untuk menahan isi perut agar tak keluar dari dalam.

.
.
.
.
.
.




Ruangan Selanjutnya





Setelah kami semua memasuki ruangan kedua. Pintu yang menghubungkan ruangan ini dengan ruangan sebelumnya tertutup. Aku yang ada di posisi paling belakang mencoba untuk membuka pintu dan mendobraknya. Namun sia sia, sepertinya pintu itu di kunci dan ditahan benda yang sangat besar di luar sana. Kurasa kami semua akan terjebak disini, mengikuti semua 'permainan' yang dibuat oleh orang orang psikopat itu tanpa ada jalan keluar.

Aku hanya pasrah, dan mencoba untuk tidak khawatir. Aku pun melihat lihat ruangan ini. Ruangan yang tak terlalu luas namun cukup untuk menampung kami semua. Berbeda dengan ruangan sebelumnya, ruangan ini berwarna coklat gelap, warnanya sangat gelap. Dengan warna gelap seperti ini, mereka hanya menyediakan lampu yang agak redup, membuat kami sulit untuk melihat dengan jelas. Di dalam ruangan ini terdapat CCTV di pojok kiri ruangan dan Sound di pojok kanan ruangan. Di ujung ruangan tepat di tengah tengah nya terlihat pintu yang berwarna coklat tua, di atas pintu tersebut ada sebuah timer dengan angka 06:00
"Hei apakah sekarang jam 6? Kurasa masih terlalu pagi sekarang"
Di sebelah kiri pintu terdapat loker yang terlihat sangat serasi dengan pintunya. Aku melihat ke sekeliling aku berpikir kenapa para OSIS itu tega melakukan hal ini kepada orang orang yang tak berdosa. Mereka begitu mudahnya menghilangkan nyawa orang orang. Aku harap mereka mendapat ganjaran yang lebih besar, sangat besar. Ahkk.. aku sangat kesal sekali. Aku menoleh ke arah Viana wajahnya masih terlihat pucat tapi tak seoucat sebelumnya, aku sedikit lega karena dia tak pingsan disini, dan kami semua termasuk murid murid yang lain masih bisa melanjutkan ujian yang tak masuk akal ini. Semoga saja kami semua bisa bertahan hingga akhir.

Ruangan hening, tak ada seorang pun yang berbicara. Mereka merasa takut, gelisah, khawatir dan firasat buruk selalu menghantui pikiran mereka. Keheningan terjadi cukup lama dan hal ini sangatlah menegangkan. Setelah semua keheningan ini, terlihat Sound yang semula diam mulai bergetar dan mengeluarkan suara. Pandangan mata langsung tertuju pada Sound tersebut, suara yang diucapkan di Sound itu bisa saja suara terakhir yang kami dengar. Suara orang yang berbicara di mic pun terdengar. Suara yang masih sama dengan suara sebelumnya.

"Selamat datang di ruang kedua. Pada ruangan ini kalian ditugaskan menjawab teka-teki jika kalian benar pintu akan terbuka. Saya hanya memberikan waktu selama 6 menit dan selama waktu berjalan lantai yang di bawah kalian akan terbuka."

Setelah pengumuman tersebut, soal teka-teki pun dibacakan.

'Aku adalah anak seorang polisi. Saat itu aku berada di rumah bersama bibiku (pembantu) dan kakakku yang memiliki gangguan jiwa. Orang tuaku sedang pergi, mereka akan kembali jam 12.00 siang. Pada pukul 11.55 aku mendengar aku mendengar suara bibi yang menjerit dari arah kamar kakak. Saat aku menghampiri, bibi sudah tak bernyawa. Aku melihat kakak memegang pisau dengan darah dan ia tertawa puas. Aku mencoba merebut pisau dari kakak namun sayangnya pisau itu mengenai bagian leher kakak saat kakak ingin mengambil pisau yang sudah kurebut. Aku pun terbunuh 5 menit setelah kejadian itu. Jadi, siapakah yang membunuhku?'

Rasanya pening sekali setelah mendengar banyak kata yang tadi diucapkan. Jangankan untuk menjawab, kurasa sebagian dari kami lupa jalan cerita teka teki tersebut. Dan dimana keberadaan mereka semua?! Apa mereka tidak peduli terhadap kami dan hanya menganggap kami sebagai kelinci percobaan?! Hei.. bahkan nyawa seekor kelinci saja berharga. Kenapa mereka sangat mudah menghilangkan nyawa manusia??

"Jawablah teka teki itu dengan alat tulis yang kami sediakan di dalam loker. Tulislah jawaban kalian di kertas lalu tunjukkan jawabannya ke CCTV yang ada di ruangan ini. Dan kami tidak menyediakan penghapus jadi jawablah dengan benar. Selamat MENJAWAB!"

.
.
.
.
.
.
.
.










-----------------------------------------------------------------

Maaf kalau banyak typo, jangan lupa tinggalkan jejak.

Deep Web SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang